28. Foto

27 4 0
                                    

Noki bersikap kayak biasa setelah langit nggak lagi bewarna hitam. Setelah insiden semalam, Noki nggak berani buat tidur lagi. Jadi dari jam tiga, sepuluh penghuni kost Arjuna nggak ada yang balik tidur. Malah hidupin api unggun, duduk melingkar bawa jaket sambil ngegosip. Sengaja dimepet-mepetin karena udara dinginnya bikin orang gila.

Orang yang paling bikin khawatir malah asyik dudukan di kayu sambil ngedekap kopi. Matanya menatap langit gelap yang ada semburat oren.

"Pemandangannya bagus kan, bang?" Teru duduk di samping Noki. Karena si empu udah ngerasa biasa aja, Teru berani ngajak ngobrol.

Noki menyesap kopinya. "Mau bilang nggak bagus tapi pemandangannya bikin orang nggak bosen buat ngelihat."

"Makanya kapan-kapan naik gunung lagi ya, bang."

"Nggak usah hasut gue." Noki ngelirik Teru. "Gue nggak sudi naik gunung buat kedua kalinya."

Bima yang lewat depan mereka, ngejulurin kepalan tangan. "Tos dulu, bro."

Noki julurin kepalan tangannya. Agak susah karena ada dua lapis jaket yang dia pakai sekarang. Biasa, dapet paksaan dari Randu. "Kalau mau kemah di tempat lain aja. Gue nggak sudi nyiksa badan gini."

"Kapan-kapan kemah di lapangan kampung aja." Andra gabung, dia duduk di samping Bima. "Biar gue yang ngurus ijinnya ke pak RT."

"Deket banget, nggak seru dong."

"Kan yang penting kebersamaannya."

"Alah, kebersamaan tai kucing." Noki mulai mengumpat, tanda-tanda dia mulai bersikap normal.

Jihau dateng dari belakang dengan gelas berisi wedang jahe di tangan, nempeleng kepala Noki tanpa rasa bersalah lalu duduk di samping Teru. "Lo kayaknya perlu hobi, deh."

Ngelihat semua orang duduk di tanah sedangkan dia duduk di atas kayu, Noki milih memrosotkan diri, biar bisa sejajar sama mereka. "Gue udah punya hobi."

"Minum alkohol itu nggak termasuk hobi."

Noki ngasih death glare ke Jihau. "Kalau lo bacot lagi, gue beneran ngelempar kopi ke muka lo."

Jihau malah ketawa ngakak.

Didim yang aslinya nggak kuat dingin, sengaja nyumpel di sebelah Anan sama Randu. Masih ngerasa kurang, dia ngedekap tangan mereka. "Dingin banget, anjirlah."

"Mau pakai jaket gue?" Noki menawarkan diri.

Endi sama Udin yang baru dateng setelah ambil barang di tenda, mendelik ke Noki. "Nggak usah."

"Jangan macem-macem, bang. Gue takut lo kayak gitu lagi." Omongan Teru yang terlalu nggak tau diri ngebuat abang-abangnya gigit jari.

Untung aja, Noki masih bisa nyahut tenang. "Santai, gue udah sering gini. Kadang emang suka lupa napas, tapi nanti inget lagi caranya kalau udah sekarat."

"Ya kali nunggu sekarat dulu. Kayak nggak punya temen aja. Lo kalau ada masalah bilang ke kita. Gue bantu." Endi ngelirik Noki. "Asal nggak hidupin orang mati aja."

Gelap. Noki malah ketawa. "Oke. Gue cerita nanti kalau ada masalah."

"Btw, bang Jihau putus?" Emang ya, mulut Teru itu nggak pernah bisa direm. Selalu blak-blakan kalau ada sesuatu yang bikin dia penasaran.

Jihau ngamuk. "PUTUS PALA LO!"

"Jangan teriak, yang lain masih pada tidur." Randu memperingati.

"Mbak Jina udah jarang dateng, sih."

"Sibuk dia tuh. Niatnya sabtu besok mau nginep." Jihau nyikut Didim. "Lo kapan dapet spoilernya, bang?"

"Spoiler apa?"

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang