49. Pasar malam

30 4 1
                                    

"UDAH PADA SIAP BELUM?" Udin teriak dari ruang santai. Hanya dia sama Noki yang udah rapi, yang lain masih pada di kamar.

Noki yang masa bodoh, milih mainan HP sambil ngecek akun orennya, sudut bibirnya terangkat waktu akun bengkel resminya sudah diikuti 50 ribu orang.

"BENTARAN!" Didim yang kamarnya di depan ruang santai pas, nyahut. "GUE NYARI TOPI NGGAK KETEMU."

"PINJEM PUNYA ANAN AJA DULU. UDAH JAM DELAPAN INI, NANTI KEBURU KEMALEMAN!"

Tukang ngaret. Padahal acara mereka malam ini udah direncanakan dari kemarin. Udin juga sudah ngusir mereka dari ruang santai sejak jam tujuh biar mereka lekas siap-siap.

Anan keluar kamar. Dia bawa dua topi, satu udah ada di atas kepala, satu dia pegang. Dia ke kamar Didim, ngetuk sekali lalu ngebuka pintu, ngelempar topinya, terus balik jalan ke sofa.

Didim nyusul, dia udah rapi pakai hoodie sama topi milik Anan. "Gue pinjem dulu, ya."

Anan ngangguk. "Duitnya dikumpulin ke siapa ini?"

Kemarin mereka sudah sepakat kumpulin uang buat naik wahana di pasar malam nanti. Katanya biar nggak ribet ngurus pembayaran, lagian kasihan kasirnya nanti kalau harus ngurus sepuluh bujang yang bayar sendiri-sendiri.

"Ke Noki."

Noki menengadahkan tangannya. "Mana?"

"Serius Noki?"

"Lo nggak percaya gue?"

Anan natap Noki dari bawah sampai atas. "Badan begitu bisa nyerobot antrian?"

"Gue nggak ngandelin badan." Noki tersinggung, dia menunjuk bibirnya. "Gue ngandelin congor sampah gue."

Didim ketawa. "Ngakuin juga lo kalau mulut lo itu sampah."

Yang lain pada keluar, mereka berangkat jam delapan lebih. Bawa mobil Andra diisi sama pemiliknya, Randu yang duduk di sampingnya, Teru, Udin, Bima di belakangnya, Jihau, Endi sama Anan duduk lesehan di mobil paling belakang. Agak semriwing, atapnya sengaja nggak ditutup, kata Jihau biar bisa menikmati langit malam.

Sedangkan Noki naik motor boncengan sama Didim.

Selesai parkir, mereka masuk. Agak jauh lokasinya dari parkir, soalnya lapangan yang digunakan buat pasar malam itu sering dipakai buat main bola resmi.

"Gue tau lagu ini." Cetuk Didim waktu lagu yang nggak asing terdengar, dia jalan di barisan tengah, jadi yang lain bisa dengar apa yang dia ucap. "Penyanyi yang botak itu tuh. Gue lupa namanya."

"Upin ipin?"

Noki melirik Jihau. "Jingan, kita lagi ngomongin penyanyi, bukan tuyul pesugihan."

Teru kejatah ngakaknya.

"Lagunya Zayn Malik ini, judulnya Pillowtalk kayaknya. Sekarang dia udah nggak botak." Bima ngejawab. "Lagian orang kayak dia mau botak apa enggak tuh nggak ngaruh!"

"Coba bayangin kalau bang Bima yang botak." Teru diem sedetik, abis itu ketawa. "SEREM. NANTI JADI TEMENNYA JOKO."

Gelut mereka. Yang lain pada kalem sambil keliling sebelum mutusin mau naik apa.

"Naik kora-kora mau?" Tawar Udin.

Mereka berdiri di depan wahana kapal bergerak. Jeritan terdengar nyaring, malah yang naik udah ada yang nangis. Agak serem, apalagi bagian yang paling ujung, rasanya pasti kayak jadi iron man.

"Serius mau naik yang itu?" Bima yang paling penakut masalah ginian, ragu.

"Mumpung belum rame, kalau mau naik ya naik aja sekarang." Anan masih melongo.

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang