5- Gara-gara mesin cuci

85 8 0
                                    

Hari minggu, harinya penghuni kost Arjuna bersantai.

Randu main ps sama Teru di ruang tengah, Anan baca buku tentang silsilah arsitektur -arsitektur aja ada silsilahnya hmmm-, Endi sama Bima sibuk diskusi tentang musik, Andra bersih-bersih, Noki baru datang setelah beli obeng yang diilangin Teru, Udin tepar di sofa dengan mata panda setelah begadang dua hari, Didim ngerjain tugas dipojokan sambil minum kopi hari bagus.

Kurang siapa?

Ah, iya.

Jihau baru aja keluar kamar, dengan setumpuk baju kotor di keranjang cuciannya. Dia bersiul melewati ruang tengah, melirik Udin yang nggak bergerak.

Berkedip, Jihau berbisik. "Udin mati?"

"ANJING?!" Noki panik, dia menaruh obengnya di meja lalu berbalik menatap Udin. Semua melakukan hal yang sama, sampai bunyi ngorok terdengar.

Noki berdecak. "Masih hidup, sat."

"Yeu, siapa suruh tiduran di sini."

"Biarin aja." Andra menaruh kemoceng di atas laci, lalu duduk di samping Udin. "Tepar codingnya merah mulu."

Jihau ngakak, dia jalan lagi ke dapur, di mesin cuci. Menghidupkan keran, jalan menuju ruang tengah sambil menunggu air penuh. "Btw, bang... lo nggak kerja?"

"Enggak, jam part time gue udah abis dari sabtu."

"Part time kok pakai jam-jaman." Teru mencibir.

"Biar nggak rugi cafenya." Randu yang menjawab. "Padahal kalau ada Andra pun, cafe bisa makin ramai. Oon emang yang punya."

"Itu duit lo, lo buat apaan?" Didim berdiri, mengangkat gelas kosong menuju dapur.

"Jajan kalian itu, kalian kira duit dari mana?" Andra melirik Didim yang jalan balik ke ruang tengah. "Dicuci jangan lupa."

Didim nyengir, dia balik ke dapur, mencuci gelas kotornya. "Cuman sebiji juga."

"Sebiji, sebiji, sebiji, ntar yang lain juga ngikutin jadinya sembilan biji."

"Kok sembilan? Kan kita sepuluh."

"Gue nggak mungkin naruh gelas kotor tanpa dicuci, kan?"

Didim balik, stay nyengir, dia duduk di kursinya semula. "Air lo penuh, noh."

"Ngomong sama siapa lo?"

"Jamet kuproy kita."

Jihau beranjak, ngebirit menuju dapur.

Didim ketawa ngakak. "Nyadar dia kalau jamet."

Diam beberapa detik, sampai Jihau teriak. "KOK GINI?!"

Bima menoleh. "Gue lupa bilang, mesin cucinya rusak."

"KENAPA NGGAK BILANG DARI TADI?!"

"Mana tau gue kalau lo mau nyuci."

Jihau lemas. "Terus ini gimana?"

"Tukang reparasi kita ada noh."

Sumringah, Jihau ngedeket ke Noki. "Bang Noki ganteng, benerin, dong."

"Mesin cuci rusak bukannya bilang dari kemarin-kemarin malah baru bilang sekarang. Ini pas banget gue di kost, gimana coba kalau gue nggak di kost? Mau sambat ke siapa kalian?!" Sambil ngomel, Noki beranjak. Saat melihat mesin cuci sudah penuh terisi air, Noki misuh. "ANJING?! UDAH DI ISI AIR BEGINI GIMANA MAU BENERINNYA?!"

"YA KAN MESINNYA ADA DIBELAKANG!"

"LO KIRA GUE KUAT ANGKAT MESIN CUCI SAMA AIR PENUH GINI?!"

"GUNANYA SEPULUH BUJANG DI SINI APAAN KALAH NGGAK DIGUNAIN?!"

Andra sama Anan ngedekat, yang lain stay di tempat masing-masing, pura-pura nggak dengar teriakan Jihau.

"Jangan teriak-teriak, sepet gue dengarnya." Andra, Anan sama Noki udah stand by di samping mesin cuci. " Mau digeser ke mana?"

"Ke arah Anan aja." Noki melirik Jihau. "BANTUIN, ANJING! LO NGAPAIN MALAH BERDIRI DOANG GITU?!"

"Ngegas mulu lo." Akhirnya Jihau ikut bantuin.

Kurang fokus apa kurang air, Jihau malah narik mesin cuci ke arahnya, arah yang berlawanan sama arahnya Anan.

Muka Noki udah memerah, marah. "KE ARAH ANAN GUOBLOK! JANGAN LO TARIK, DORONG ANJING!"

"Santuy, dong!"

Jihau bersungut-sungut. Saat mesin cuci sudah bergeser, Jihau duduk, sok-sokan capek padahal dia cuman bantu pegang doang.

"Gue Jumat kemarin mampir ke cafe lo." Bima memulai pembicaraan.

"Ngapain?" Andra duduk, di samping Noki yang sibuk benerin mesin cuci.

"Berak." Mata Noki juling. "Nongkrong, lah."

"Terus terus?" Teru paling semangat kalau ada gosip.

Sudut bibir Bima tertarik. "Gue lihat lo bareng cewek."

"Pelanggan kali." Anan menyahut.

"Bukan, ceweknya gelayut manja gitu di lengan Andra. Lo tau lah maksud gue, kayak orang pacaran gitu."

"Sejak kapan Andra punya pacar?"

"Nggak tau, makanya gue tanya sekarang." Selesai menjawab Endi, Bima balik menatap Andra. "Itu pacar lo? Kok doyan sama bocil, sih? Mana pendek banget lagi."

Obrolan berlanjut. Andra yang mengelak dengan cuping telinga yang memerah, Bima dan Teru yang terus mendesak supaya mengaku.

Nggak ada yang sadar kalau Noki diam, melamun, tangannya berhenti memperbaiki mesin cuci.

Ah, ternyata ada satu pasang mata yang mengabaikan obrolan dan milih mengamati Noki.

Kening Endi berkerut.

Kenapa?

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang