53. Nikah (END)

54 4 0
                                    

"Udah pada siap?"

"Gue sih udah, nggak tau ya kalau mas Anang." Teru nyahut santai omongannya Randu dengan ponsel yang dimiringin. Biasa, main game.

Didim keluar kamar, dia langsung duduk di samping Teru. "Ini yang baru beres cuman tiga orang?"

"Bang Anan udah siap dari tadi, cuman dia jemput mbak Fikri dulu."

"Namanya Friki, bukan Fikri." Jihau datang bawa semangkok sereal yang direndam susu.

"Lo ngapain makan?"

"Ini udah pagi, gue laper."

"Kita mau kondangan."

Jihau duduk. "Terus?"

"Kita dapet makan di sana."

"Santai. Gue punya perut karet." Jihau lanjut makan. Luka di pipinya akibat begal yang sekarang lagi ngedekam di penjara udah sedikit memudar, Jina yang dulu dengar Jihau dibegal langsung ketawa ngakak, dia malah lebih kasihan sama 'korban' tinjuan Jihau.

"Noki mana? Belum keluar?" Udin keluar bawa amplop.

"Belum."

"Lama banget. Yakin tuh anak udah bangun?"

"Tadi gue lihat bang Noki keluar buat berak, kok."

Noki, Anan sama Didim sudah menyelesaikan magangnya. Mereka lagi mumet-mumetnya ngurus sidang magang sama ngerjain skripsi setelah masuk semester baru. Anak semester empat yang naik ke semester lima, ikutan pusing nyari tempat magang. Teru, yang paling setres karena harus ngulang dua mata pelajaran, nangis bombai waktu kenaikan dulu.

Setelah nunggu seabad, Noki keluar. Rambutnya masih keliatan basah, bau parfum menguar, ngebuat penghuni lain refleks mengernyitkan dahi.

"Parfum sebotol lo tuang semua apa gimana?"

"Gue semalam minum." Noki membaui badannya sendiri. "Bau alkohol gue udah nggak ke cium, kan?"

"Lo minum lagi?"

"Santai, dong. Gue udah kurangin porsi minumnya. Mata lo masukin lagi, jangan melotot gitu." Noki ngelihat motor Anan datang. "Yang lain nyusul, kan? Yuk berangkat. Bentar lagi jam 9, akadnya udah mau dimulai ini."

Mereka keluar kost, Teru yang paling depan langsung heboh ngelihat Friki yang duduk di jok belakang Anan. "MBAK, GUE BARU PERTAMA KALI INI NGELIHAT LO PAKAI ROK?! CANTIK BANGET!"

Friki nyengir sambil ngecubit perut Anan yang lagi nahan ketawa, tau kalau Friki ngerasa salting. "Makasih hehe."

"Cie yang udah couple-an baju, nyusulnya kapan nih?" Randu godain. Anan langsung buang muka malu, Friki stay pringas-pringis.

Mereka pakai batik, sama kayak penghuni lain, tapi batik yang Anan sama Friki pakai lebih berbeda, coraknya nggak terlalu ramai, lebih kalem dengan warna coklat muda. Beda sama batik yang Noki pakai, lebih keliatan kayak bapak-bapak. Emang bapak-bapak, sih.

Anan sama Friki, Noki sama Udin. Teru sama Randu nebeng ke mobilnya Jihau. Mereka berangkat. Jaraknya nggak terlalu jauh. Di tengah kota gede yang udah melekat sama simbol kemacetan, waktu 30 menit itu termasuk cepat.

Rombongan Arjuna masuk. Acaranya nggak terlalu wah, malah bisa dibilang sederhana. Nggak sama kayak nikahan orang lain, pemilik acara cuman ngadain acaranya sehari aja. Dekorasinya full putih tapi ada kesan emas yang jadi pajangan. Noki ikut ngebantu, ngebuat spot dengan hiasan nama sama dekorasi buat jadi ajang foto-foto.

Mereka duduk di depan, di mana penghuni yang lain sudah duduk di sana ditemani pasangan mereka masing-masing.

Acara akad sedikit rusuh, pengantin cowok kelihatan gugup sampai salah ngucapin mahar, jadi mau nggak mau harus ngulang lagi. Teru sama Udin paling heboh bilang 'sah', malah bikin mereka jadi pusat perhatian, tapi pemilik acara nggak keberatan, dia malah ketawa.

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang