50. Bertemu lagi

25 4 0
                                    

"Bang."

"Apaan?" Noki yang lagi menjemur baju nyahut tanpa noleh ke Teru.

"Masih kurang banyak?"

"Tinggal dikit. Kenapa?"

"Ada tamu, tuh."

Noki noleh. "Tamu buat gue?"

"Iya."

"Bukan bang Bejo?"

"Bang Bejo tuh yang suka mampir ke sini buat nganter makanan itu?"

Noki ngangguk.

"Bukan. Ini tamunya cewek-cowok."

Noki berhenti menjemur, dia berdiri menghadap Teru. Berpikir. "Siapa?"

"Lo aja nggak tau, apa lagi gue." Teru mendekat, meraih baju yang Noki pegang. "Samperin, gih. Biar gue yang lanjut jemurin bajunya. Sekarang bang Anan sama bang Andra yang ngajak mereka ngobrol. Kasihan kalau lama-lama."

Noki manut, dia jalan.

"Bang."

Noki berbalik.

"Pakai baju jangan lupa."

Noki natap ke bawah, lupa kalau dia lagi nggak pake baju. Dia ngangguk sambil jalan ke kamar melewati dapur, nyapa Bima sama Udin yang lagi makan. Kamarnya ada di pojok, jadi dia nggak bisa ngintip siapa yang datang.

Sudah pakai kaos pendek, Noki ke ruang santai. Suara mereka sayup-sayup masih bisa dia dengar, tapi waktu melihat tamu yang Teru maksud tadi, Noki mematung.

"Nak Noki." Pakai jilbab, wajahnya sudah keriput, matanya sayu. Dia berdiri, dengan bibir yang nggak dipoles lipstik, dia tersenyum.

"Ngapain? Duduk sini." Andra menyadarkan Noki. "Orang tua lo dateng kok lo malah diam aja."

Anan berdiri, dia nuntun pundak Noki biar duduk di hadapan mereka. "Gue pergi dulu. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil gue." Anan tersenyum tipis natap pasangan di depan mereka. "Mari om, tante."

Anan pergi melipir ke dapur bareng Andra.

"Noki." Dia memanggil lagi. Suaranya masih sama, lembut, nggak ada tanda-tanda marah sama sekali. Padahal apa yang Noki lakuin di masa lalu itu termasuk dosa yang nggak termaafkan.

"Bu Irna." Bisik Noki. Tersadar, Noki langsung mencium punggung tangan kedua tamunya.

"Masih berani manggil nama kami?" Arto, umurnya mungkin sama seperti Irna, tapi wajah tegasnya masih terlihat. Postur duduknya juga masih kokoh, apalagi tatapan matanya yang menusuk. "Udah nggak ngabarin hampir setahun, masih berani manggil?"

Tangan Noki terkepal gugup. "Maaf, pak."

"Aku nggak butuh maafmu. Yang aku butuhin itu penjelasan dari alasan buat maafmu."

Noki cuman bisa diam, dia nggak mampu menjawab.

"Kenapa nggak ngabarin?"

"Maaf, pak."

"Kenapa ngilang dari kita?"

"Maaf, pak."

"Kenapa ngelarang Bejo buat ngasih tau ke kami di mana kamu tinggal sekarang?"

"Maaf, pak."

"Kenapa kamu pindah dari bengkel? Lantai atas malah kamu jadiin gudang penyimpanan."

Noki meneguk ludah. "Maaf, pak."

"Aku nggak butuh maafmu, aku udah bilang tadi. Yang aku butuhin itu jawaban." Arto pindah duduk ke samping Noki. Sadar masih ada cincin di jari manis Noki dan cincin lebih kecil yang sengaja dijadikan kalung. "Kenapa kamu lari dari kita?"

ARJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang