3

547 70 5
                                    

Yechan baru pulang namun ia disuguhkan dengan istrinya yang tengah meringkuk membelakanginya. Yechan tak mau ambil pusing, ia langsung menghampiri Jaehan. Duduk di pinggir kasur tepat di depan istrinya yang malah menutup wajahnya dengan selimut.

"Sayang kenapa? Aku pulang ko bukannya di sambut malah ngumpet gitu"

Bukannya jawaban, Yechan justru mendengar isakan pelan. Panik tentu saja, ada apa sebenarnya kenap istrinya sampai menangis begini. Sedikit memaksa Yechan menarik selimut yang menutupi wajah Jaehan yang sudah banjir air mata.

"Heyy kenapa sayang? Sini sini peluk ushh ushh jangan nangis sayang"

Perlahan Yechan menarik Jaehan kedalam pelukannya. Jaehan pun bangun menyembunyikan wajahnya dibalik dada suaminya. Isakan masih terdengar. Perlu beberapa saat sampai Jaehan tenang.

"Sudah bisa cerita?" Tanya Yechan lembut. Diusapnya sisa air mata dipipi mulus kesayangannya itu.

"Maaf" ucap Jaehan masih sedikit sesegukan.

"Maaf untuk apa?"

"Ann...hiks Ann tadi jatuh"

Yechan tentu saja kaget, tapi tidak mau merespon berlebihan juga. Ia paham sekarang kenapa istrinya sampai menangis.

"Iyaa iyaa, jelasin dulu ya. Jangan nangis lagi" Yechan terus mengelus punggung Jaehan.

"Ann main air di garasi terus terpeleset, tangan sama kaki nya berdarah Yechan. Maafin aku hiks"

"Iyaa gapapa aku ga marah ko"

"Beneran?"

Yechan mengangguk sambil tersenyum.

"Terus Ann nangis ga?"

Jaehan menggeleng, Yechan lantas tertawa kecil.

"Ann ga nangis, malah kamu yang nangis ya"

"Aku khawatir banget dan takut kamu marah Yechan"

"Aku ga akan marah kalo kamu ga ngelakuin kesalahan sayang. Lagipula itu kecelakaan, apalagi Ann main air begitu jadi wajar kalo dia terpeleset. Pelajaran untuk kedepannya ya sayang, supaya kita lebih hati-hati jagain Ann"

"Eh? Terus kamu yang angkat Ann? Kamu gendong Ann?"

Dengan cepat Jaehan menggeleng. Kalo soal ini mungkin saja bisa membuat suaminya marah.

"Ann yang cegah aku buat gendong dia. Tadi aku cuma bantu dia bangun aja, dia tetap jalan sendiri"

Terdengar Yechan menghela nafas lega. Tak lupa berucap syukur karena putranya pintar sekali.

"Yaudah aku mau lihat anaknya dulu ya. Mau ikut?"

Jaehan membalas dengan gelengan. "Wajah aku masih sembab banget, nanti Ann tau kalo aku nangis lagi. Tadi dia nangis soalnya karena lihat aku nangis hehe"

"Yaudah kamu bobo istirahat aja ya"

"Mau nyiapin air hangat buat kamu dulu"

"Oke"

***

Duk Duk Duk

"Ann boleh Papi masuk"

Yechan membuka pintu kamar putranya setelah mendengar Ann membalasnya membolehkan.

"Hallo Papi" Ann bangkit dari kasurnya, menyalami Papi dengan semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo Papi" Ann bangkit dari kasurnya, menyalami Papi dengan semangat. Mainan masih digenggamnya.

"Hallo sayang. Belum bobo?"

"Hehe masi main main"

Yechan melirik jam dinding, tak apa belum waktunya Ann tidur juga.

"Mami bilang tadi Ann jatuh?" Tanya Yechan lembut. Ia bisa melihat siku dan tumit Antella di perban.

Mendengar pertanyaan Papi nya, raut Antella jadi berubah. Tiba-tiba saja hidungnya memerah, sepertinya ia akan menangis. Matanya mulai berkaca-kaca.

Ia mengangguk sambil menunjukan tangannya yang terluka.

"Ann jatuh Papi, sakit hiks hiks" dengan manja Ann memeluk Yechan.

"Ehhh ko nangis sayang nya Papi? Tadi Mami bilang Ann ga nangis pas jatuh"

Yechan mendudukan putranya. Mengecek tangan dan kaki Antella yang terluka. Di elusnya, lembut.

"Hiks Ann takut Mami sedih. Tadi Mami nangis"

Cukup terkejut mendengar jawaban Antella, putranya sepintar itu. Ia bahkan bisa memahami suasana hati Mami dan Papi nya.

"Pintar sekali jagoan Papi. Yasudah sekarang jangan nangis dong, sini lukanya Papi kasih mantra supaya ga sakit lagi ya"

Antella mengusap air matanya lalu mengangguk setuju. Lucu sekali.

Yechan meraih tangan Ann yang di perban, lalu berkata.

"Tuhan sembuhkanlah luka di tangan dan kaki Ann, hilangkanlah rasa sakitnya agar Antella bisa beraktivitas seperti semula lagi, Aamiin. Terimakasih Tuhan"

"Aamiin"

Yechan tersenyum lalu mengusak kepala putranya, gemas.






Tbc.

✔Baby Antella - Yechan Jaehan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang