Pasca pingsan di kediaman mertua nya, Jaehan benar-benar dinyatakan hamil. Sudah menginjak satu minggu usianya.
Namun sayangnya kondisinya tak terlalu baik, fase ngidam yang dirasakannya cukup parah. Mual yang Jaehan rasakan cukup menyiksa, atau mungkin sangat menyiksa.
Untuk sekedar minum air putih saja dia tidak kuat. Mual katanya.
Padahal air putih tak berbau.
Menangis menjadi hobbynya saat ini, entah bisa dikatakan hobby atau bagaimana, habisnya hampir setiap hari Jaehan menangis.
Semua menjadi sangat sensitif. Tak jarang karena Jaehan terlalu sensitif membuat pertengkaran kecil sering terjadi, antara dia dan Yechan.
Ditambah lagi untuk sementara waktu sampai kondisi Jaehan mulai membaik, mereka tinggal di rumah orang tua Yechan. Dalih suaminya agar dirinya tak seorang diri di rumah, biar kalau ada apa-apa ada Mami Yechan yang akan mengurus istrinya.
Namun nyatanya perpindahan sementara ini yang membuat Jaehan semakin uring-uringan. Entah memang bawaan bayi atau bagaimana, dia merasa tak suka berada di dekat Ibu mertua nya. Hal itu tentunya tak bisa ia utarakan dan berakhir menjadi semakin sensitif.
Tiap kali Yechan pulang kantor istrinya pasti sedang menangis di kamarnya. Meringkuk sambil menekan perutnya yang sakit.
Seperti hal nya saat ini, Yechan kembali disuguhkan Jaehan yang sedang meringkuk di kasurnya, tidak menangis tapi terlihat cukup tersiksa.
Yechan mendekat lalu mengelus kening istrinya.
"Masih sakit?"
Jaehan mengangguk pelan.
"Lemes banget. Makan minum juga gak bisa, gak masuk Yechan hiks"
"Tadi aku udah telfon Dokter Taedong, calon suaminya teman kamu itu. Saran dia sih coba di infus vitamin aja, biar kamu ada sedikit tenaga. Gapapa ya di infus dulu?!"
Akhirnya Jaehan hanya bisa mengangguk setuju, apa saja caranya asal kondisinya bisa kembali membaik. Sungguh rasanya sangat tidak nyaman.
"Berarti kamu di kamar aja seharian ini?"
Lagi, Jaehan mengangguk.
"Lemes banget, gak kuat bangun aku nya juga"
"Iyaa iyaa udah gapapa, jangan nangis. Ini kamu karena kebanyakan nangis juga jadi energinya terkuras, makanya lemes terus" Yechan mengusap air mata yang sedikit mengalir di wajah pucat kesayangan nya itu.
Istrinya jadi semakin kurus. Ini kalau mertua nya melihat mungkin akan menangis melihat kondisi anaknya yang menyedihkan.
Habis Yechan juga bingung, kalau dibawa pulang ke Bogor, dia pasti tak bisa bekerja. Kalau ia tetap bekerja, otomatis tak bisa bertemu istrinya secara rutin.
"Yechan aku mau di rumah kita aja, jangan disini"
"Jaehan aku kan udah bilang, kamu gak boleh ditinggal sendirian dikondisi kaya gini. Harus ada yang merhatiin kamu"
"Tapi aku juga disini sendiri, Mami juga jarang ngecek aku. Sama aja, mending aku di rumah kita aja Yechan"
Jaehan tak berbohong, nyatanya memang Ibu mertuanya tak sesering itu mengecek keadaanya. Paling hanya maid nya yang datang membawakan makanan. Jadi untuk apa juga dia tinggal disana jika rasanya sama saja seperti sendirian.
"Jaehan!"
"Tuh kan, kamu kalo aku ngomong jujur neken aku terus hiks. Aku gak mau disini Yechan hiks aku gak betah"
"Udah udah akhirnya kita malah bertengkar terus. Mending kamu tidur dulu, nanti habis magrib ada suster yang pasangin infus buat kamu. Aku mandi dulu"
"Yechan! Yechaaan hiks"
Jaehan semakin menangis pun Yechan tak menggubris, ia justru bangkit dan memilih membersihkan diri. Mandi rasanya akan enak agar tubuhnya menjadi lebih rileks.
Bukan tak memikirkan istrinya, tapi jika dituruti apakah benar hal itu yang terbaik? Melihat kondisi Jaehan bangun dari tempat tidur saja tak memiliki tenaga.
"Maaf sayang"
Tbc.
Huhu sian bumil :')
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Baby Antella - Yechan Jaehan
FanfictionBaby Antella balita dengan segala tingkah ajaibnya. Ia sangat menyukai bagaimana Mami Papi memanggil dirinya. "Ann..." "Yes Mami..." -berbeda universe dengan Felicity Conditions- Yechan x Jaehan