5

549 58 0
                                    

Ruangan dengan atmosfer gelap tergambar jelas saat ini. Ada sekitar lima karyawan yang hanya bisa menunduk ditemani rasa takut terhadap atasannya yang sedang dalam mood tidak baik. Satu senti pun tak ada yang berani mengangkat wajah mereka.

Yechan sedang dalam mood yang sangat tidak baik, terhitung sudah hampir setengah jam ia memarahi karyawannya.

Divisi penjualan selalu saja membuatnya naik darah.

"Masalah report begini saja kalian masih tidak bisa diandalkan. Mau kemana arahnya perusahaan ini? Perlu berapa kali saya menjelaskan? Harus dengan bahasa apa agar kalian bisa mengerti?"

"Kalau urusan seperti ini saja harus berulang-ulang saya menegur kalian, bagaimana urusan lainnya yang masih menumpuk? Harus saya semua yang menyelesaikan?! Lalu gunanya saya menggaji kalian apa"

Masih tak ada yang berani merespon. Setiap baris kalimat yang Yechan ucapkan dengan nada yang begitu menyeramkan membuat suara kelima karyawan itu tercekat.

Semoga saja pembicaraan ini tidak berakhir di pemutusan kontrak.

Sampai suara dering menginterupsi amarah Yechan. Melirik sekilas Yechan tak berniat mengangkat. Ia lantas menekan tombol off agar dering itu tak lagi terdengar.

Jaehan, istrinya menelfon.

***

Sementara di kediaman Yechan sedang terjadi kegaduhan juga, karena Antella demam tinggi. Jaehan sedang bersiap membawa putranya ke rumah sakit, ia tentu saja harus mengabari Yechan. Tapi suaminya malah tak mengangkat. Sedikit menggerutu tapi Jaehan berusaha memahami karena suaminya sedang bekerja, mungkin saja memang sedang sibuk. Akhirnya ia memutuskan langsung membawa Antella ke rumah sakit, biarlah nanti ia akan jelaskan pada suaminya setelah Ann di tangani.

Agar nanti Yechan paham, Jaehan mengirim pesan dulu. Jika Ann harus di rawat biar Yechan langsung datang saja ke rumah sakit.

.
.

Yechan datang sesaat setelah Antella di pasang infus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yechan datang sesaat setelah Antella di pasang infus. Rasa sesal menyeruak di hatinya, karena telah menghiraukan panggilan istrinya. Ia bersumpah tak akan melakukannya lagi.

Ia berdiri sambil terus mengelus punggung istrinya yang masih menatap putranya dengan tatapan sendu. Ini pertama kalinya Ann sakit sampai harus di rawat begini.

Sementara Antella sedang tidur, demamnya sudah mulai turun dan karena pengaruh obat membuatnya mengantuk.

"Sudah makan siang sayang?" Tanya Yechan, lembut.

Jaehan membalasnya dengan gelengan.

"Makan dulu ya sayang"

"Ga mau, mau disini aja temenin Ann"

"Tapi kan kamu harus makan, nanti kalo kamu sakit juga Ann pasti jadi lebih sedih" .

Jaehan diam, menimang perkataan Yechan yang ada benarnya.

"Kalo beliin aku makanan aja mau ga? Jadi aku tetap disini sama Ann"

Yechan tersenyum, "boleh dong. Kamu mau makan apa?"

"Kalo ada aku mau soto ayam aja"

"Yaudah tunggu ya"

***

"Baby Ann how was your feeling?"

"I'm good thank you. But..this one... Umm a little bit hurt, Doctor"

Antella menunjuk tangannya yang masih di infus. Mengadu pada dokter yang memeriksanya, bibirnya sedikit mengerucut.

Dokter yang memeriksanya tersenyum, gemas.

"Besok dibantu sama Sus lepas ya, tapi Ann masih belum boleh pulang"

Antella mengangguk seakan mengerti, padahal aslinya tidak terlalu paham sebenarnya.

"Ann boleh pulang kapan Dok?" Tanya Jaehan.

"Besok saya akan lepas infus, sambil lihat perkembangannya. Jika memungkinkan lusa sudah boleh pulang"

"Syukurlah, terimakasih Dok"

"Sama sama. Saya pamit dulu. Get well soon, good boy"

"Thank you doctor"





Tbc.

✔Baby Antella - Yechan Jaehan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang