"Saya rasa saya tidak pernah lupa memberitahu anda kalau operasi Pengangkatan Rahim itu adalah operasi besar kan Tuan Yechan?!" pertanyaan sarkas yang sangat Yechan pahami itu tidak bisa ia elak. Sejak awal operasi di lakukan Yechan sudah di beri penjelasan sangat detail oleh dokter berwajah garang itu.
"Operasi baru berlangsung beberapa waktu lalu, satu bulan pun belum. tapi sepertinya anda menganggapnya itu adalah hal enteng yang tidak perlu di perhatikan. Apakah sesulit itu menjaga istri anda yang perlu perhatian khusus?"
"tidak Dok"
"lantas?! hahh baiklah, saya tidak mau mencampuri urusan kalian, namun yang saya utamakan saat ini adalah keselamatan pasien saya. tolong, sekali lagi saya jelaskan kondisi istri anda perlu perhatian yang sangat khusus, saya yakin anda mengetahui itu, jadi tolong jangan biarkan hal-hal yang bisa mengganggu kesehatannya terjadi lagi. Pergi seorang diri dari rumah dengan jarak sejauh itu apalagi kondisi yang sangat mengkhawatirkan, ini sudah keterlaluan bagi saya jadi saya tidak mau pasien saya berada dalam bahaya seperti ini."
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan Yechan saat ini selain 'rasa bersalah' meski sebenarnya itu pun bukan kehendaknya. Jika ia tau, mungkin ia memang akan melarang istrinya. Namun apakah ia peka bahwa kondisi istrinya tidak baik-baik saja? dia bahkan tidak bisa menjaga istrinya dari ucapan kasar Ibu nya sendiri.
"Tuan Jaehan harus di rawat paling cepat tiga hari, sampai kondisinya sudah lebih baik. luka dalam dan luar pasca operasinya belum benar-benar sembuh. Anda tidak keberatan kan Tuan Yechan?"
"Tidak Dok, saya percayakan semuanya pada anda. Maaf dan Terimakasih dokter Xen"
"simpan kata maaf untuk Istri anda saja, saya tidak memerlukannya"
Yechan tersenyum canggung. Biasanya dia yang bersikap dingin pada bawahanya di kantor, ternyata seperti ini rasanya.
"satu lagi, saya minta anda yang menjaga istri anda selama di rawat. jika anda bekerja, cuti saja untuk beberapa waktu. Tuan Jaehan pasti sangat membutuhkan anda, hanya dia terlalu naif untuk mengatakannya, jadi biar saya yang mengatakannya"
"O-oh iyaa baik Dok, saya tidak masalah." balas Yechan tak bisa berkutik sama sekali.
Oh, teringat kata 'dirawat' Yechan baru terpikirkan putranya. Pandangannya kini beralih pada putranya yang sedari tadi diam di pangkuannya, mendengarkan dua orang dewasa itu tanpa mengerti apa yang dibicarakan.
"jika anda tidak keberatan, Istri saya bisa membantu menjaga putra anda"
"eeh?" Yechan menggumi betapa peka nya Dokter Xen, namun tentu saja ia sedikit terkejut dengan tawarannya. mau menolak tapi lebih dulu Dokter Xen menunjukan foto istrinya, sedikit menganga namun Yechan kembali tersadar. cantik sekali pikirnya. heh! 😭
"Cantik ya Papi" dengan cepat Yechan kembali menutup mulut ember putranya. bisa-bisanya malah di perjelas Antella.
"M-maaf Dok"
Dokter Xen yang semula menyeramkan kini tertawa, menyunggingkan senyumannya yang begitu manis sebenarnya. sayang sekali ekspresi itu jarang ditunjukan. kini berkat Antellah Dokter muda itu tersenyum.
"Gapapa. Makasih ya Antella pujiannya, dia istri ku. cantik ya?"
Antella menangguk dengan semangat. "sama sama Doktel"
"namanya Jehyun, Antella mau bertemu?" tawar Dokter Xen yang langsung dibalas anggukan Antella, tentu saja anak itu kesenangan mendengar tawaran itu.
"bole ya Papi?" tak lupa Ann pun meminta izin Papi nya yang hanya bisa meringis, malu. Akhirnya Yechan mengangguk setuju. Soal tawaran Antella yang akan di jaga orang itu, biar nanti ia bicarakan pada Istrinya. kalau dari kelihatannya sih ia tidak perlu khawatir, justru lebih khawatir kalau putranya akan merepotkan.
Tbc.
diluar nurul cantik anet huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Baby Antella - Yechan Jaehan
FanfictionBaby Antella balita dengan segala tingkah ajaibnya. Ia sangat menyukai bagaimana Mami Papi memanggil dirinya. "Ann..." "Yes Mami..." -berbeda universe dengan Felicity Conditions- Yechan x Jaehan