11

431 52 0
                                    

Merasa lebih baik dan tidak ada gejala lanjutan, Jaehan memutuskan untuk tidak mengecek lebih detail mengenai keadaanya. Setelah terakhir kali ia muntah, Jaehan sudah kembali sehat. Saat suaminya pulang pun keadaan Jaehan sudah kembali seperti semula. Hanya hati nya saja yang masih merasa sedih karena Yechan yang menegaskan dirinya untuk bersikap lebih baik lagi pada mertuanya. Padahal siapa yang memberikan kesan tidak mengenakan? bukannya disini Jaehan lah yang terus merasa tidak nyaman, kenapa jadi dia yang harus menjaga sikap.

Yechan memeluk istrinya dari belakang karena Jaehan memunggunginya.

"Kenapa sayang?" Tanya Yechan, lembut.

"Gapapa"

"Maknanya ga baik-baik aja ya berarti"

Jaehan membalikan tubuhnya menghadap Yechan, memasang wajah sedih yang akhirnya bisa dilihat suaminya. Mengelus wajah sendu itu, Yechan tersenyum lalu mengecup kening Jaehan sekilas.

"Ada apa? Cerita dong jangan sedih sendiri gini"

"Kalo aku hamil bagaimana Yechan?"

Yechan mengernyit bingung. Apakah hal ini yang membuat istrinya sedih?

"Kenapa ko nanyain soal itu?"

"Ditanya ko malah balik nanya sih" dengus Jaehan, tak puas.

"Iyaa maaf. Aku agak kaget aja kamu nanya soal itu"

"Lalu jawabannya?"

"Aku akan happy aja sih kalo memang iyaa"

"Kamu ga inget apa kata dokter yang menangani ku dulu?"

Sedikit mengingat Yechan mulai memasang wajah khawatir. Benar. Jaehan tidak dalam kondisi yang baik untuk kembali mengandung pasca kelahiran Antella. Kenapa ia bisa melupakan itu.

"Kamu nanya gini, karena kamu ngerasa gejalanya atau gimana sayang?"

Jaehan mengangguk kecil, lalu berkata. "tapi hanya beberapa hari saat kamu ke luar kota. Sekarang sudah tidak lagi, makanya aku ga memeriksa lebih lanjut. Aku pikir mungkin aja emang karena aku masuk angin aja kemarin"

"Enggak, besok kita harus periksa. Lebih baik di periksa lebih detail sayang. Aku takut ada apa-apa. Udah besok perginya sama aku ya"

Akhirnya Jaehan mengangguk setuju, sebenarnya meski memilih untuk menghiraukan awalnya, tapi tetap ada rasa khawatir juga. Bagaimana pun kesehatan adalah yang terpenting.

***

Janji hanya sebuah janji nyatanya Jaehan sedang di restoran depan rumah sakit sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Janji hanya sebuah janji nyatanya Jaehan sedang di restoran depan rumah sakit sendirian. Menyantap makan siangnya setelah selesai memeriksakan diri. Berpura-pura kuat meski nyatanya tubuhnya tak baik-baik saja. Mendengar semua kenyataan seorang diri, tanpa Yechan disampingnya.

Jaehan benar-benar hamil, dan keputusan yang ia ambil langsung lurus sesuai anjuran dokter. Tidak menunggu restu dari suaminya yang entah kemana di telfon tak mengangkat.

Operasi pengangkatan rahim.

Keputusan berat namun satu-satunya solusi agar ia dapat terus hidup.

Bukan tidak mencintai jabang bayi yang masih berupa gumpalan darah ini, namun keputusan ini sepertinya adalah yang terbaik yang harus ia ambil agar tak banyak pula yang merasa sedih dan tersakiti.

Setelah mengirim satu foto sebagai laporan pada suaminya, Jaehan menghabiskan makanannya. Selagi ia masih bisa menikmatinya untuk saat ini.

Keputusan mengenai kapan dilakukannya operasi tetap akan ia diskusikan dengan Yechan, tentu dengan semua keluarga juga.

Iapun yakin semua pasti akan setuju, ini untuk kesehatannya, siapa juga yang akan tidak setuju? Tidak mungkin ada kan?!






Tbc.

✔Baby Antella - Yechan Jaehan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang