21

434 51 17
                                    

Dengan sisa tenaga, Jaehan mengangkat ponselnya yang berdering. Pada layar pipih yang terus berdering itu tertera nama kontak Ibu mertuanya.

Dengan menguatkan hatinya, ia mengangkat panggilan itu.

"Hallo Jaehan"

"Hallo Mam"

"Jadi benar kan kecurigaan saya selama ini"

"Maksud Mami apa?"

"Jangan pura-pura lagi Jaehan, saya muak dengan kamu yang sok bersikap naif. Saya ingatkan ya Jaehan,.jangan pernah main-main dengan saya dan keluarga saya. Berani sekali kamu mengatur putra saya sampai melarangnya seperti itu. Kamu siapa, semua kemewahan yang kamu rasakan itu semua berasal dari kekayaan putra saya. Jangan sok mengatur"

Bagai tertusuk ribuan pedang, rasa sakit pada perutnya bahkan sampai tak lagi mempengaruhinya. Berganti dengan rasa sakit hati yang begitu menyakitkan.

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, mohon tarik kembali ucapan Mami tadi. Bahkan meski Mami mengatakan saya sok mengatur, pada kenyataannya saya istri sah Yechan. Saya memiliki hak akan itu, meski semua kekayaan itu milik suami saya, tapi saya berhak mengaturnya agar kami tidak keliru. Maaf jika ucapan saya menyinggung Mami, saya tutup telfonnya"

***

Jaehan pulang ke Bogor setelah mendapat telfon tak menyenangkan dari Ibu mertuanya. Tanpa sepengetahuan Yechan tentu saja.

Jaehan pergi membawa Antella saat suaminya masih di kantor. Emosinya sudah tak terbendung. Ia rasa ucapan mertuanya sudah keterlaluan.

"Jaehan ga pernah bermaksud menguasai harta Yechan Bu hiks...Jaehan tau suami Jaehan memang Kaya, tapi Jaehan ga pernah bermaksud begitu hiks hiks sakit hati Jaehan, Bu"

Sejak sampai di kediaman orang tua nya, Jaehan terus menangis sambil memeluk ibu nya, berkeluh kesah mencurahkan perasaannya yang sudah sangat campur aduk.

Punggungnya terus di elus Ibu nya yang juga ikut merasakan sakit yang dirasakan putranya. Kenapa besannya sampai Setega itu mengatakan kalimat menyakitkan itu pada putranya. Ia mendidik Jaehan dengan kelembutan, tak pernah sekalipun kalimat bahkan kata kasar keluar dari mulutnya selama ia membesarkan putra kesayangannya. Bagaimana jika suaminya tau putranya diperlakukan seperti ini.

"Jaehan berkecukupan sejak masih bersama Ibu, Jaehan tidak gila kekayaan Bu hiks hiks"

"Iyaa sayang Ibu paham. Gak apa, nangis aja sepuasnya, pelukan ibu bisa menenangkan perasaan Jaehan perlahan. Biar orang berkata apa, kita hanya perlu tetap menjadi pribadi yang baik supaya bisa menampar mereka secara halus"

"Hiks hiks hiks sakit Bu"

Kali ini keluhan Jaehan bukan lagi sakit pada hatinya, tapi ringisan serius karena rasa sakit di perutnya kembali terasa.

"Baringan aja sayang, sini ibu elus perutnya ya"

Jaehan menurut lalu membaringkan tubuh lemasnya itu. Rasanya begitu nyaman saat ibu nya membantu meringankan rasa nyerinya.

Ini pasti karena tekanan yang ia rasakan beberapa hari terakhir, belum lagi kelelahan fisik. Perjalanan dari Jakarta ke Bogor juga menjadi faktor perutnya menjadi semakin sakit. Ingatkan untuk menghubungi Taedong jika ia sudah kembali ke rumahnya nanti.

***

"Hallo Bu"

"Ga usah banyak tanya, datang kesini sekarang! Jaehan dan Antella disini"

"Baik Bu Yechan berangkat sekarang"









Tbc.

Bikin masalah mulu lu Chan 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bikin masalah mulu lu Chan 😭

✔Baby Antella - Yechan Jaehan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang