12

389 49 0
                                    

Yechan mengurut keningnya, pening ringan ia rasakan setelah mendengar penjelasan Jaehan. Lebih dari itu ia benar-benar merasa bodoh. Ia sudah sangat protektif pada istrinya terhadap orang lain disekeliling Jaehan tapi nyatanya dia lah yang menyakiti orang tersayangnya itu.

"It's not your fault Yechan" ujar Jaehan, mengelus jemari suaminya, lembut. Memasang wajah damai berharap dapat menenangkan suaminya.

"Sudah bilang Ibu?" Tanya Yechan, gelengan menjadi balasan.

"Nanti kita Videocall bareng aja ya. Aku belum berani bilang ke siapa-siapa selain kamu" ujar Jaehan.

"Yaudah. Kalo ke Mami, mau kesana aja?"

"Boleh"

"Tapi kamu gapapa? Walopun rumah Mami deket tapi khawatir di jalan-"

"Gapapa, selagi bisa bicara langsung mending langsung aja sayang"

Orang tua Jaehan tinggal cukup jauh dari rumahnya bersama Yechan. Mereka berkunjung mungkin sebulan hanya dua kali saat Yechan sempat. Alasannya sederhana menurut Yechan, ia tak mau istrinya pergi jauh tanpa dirinya. Berbeda dengan rumah orang tua Yechan yang hanya perlu menempuh waktu sekitar 30 menitan.

Usai berdiskusi serius akhirnya Ayah dan Ibu Jaehan menyetujui, mereka menentukan tanggal operasi yang mereka pikir lebih cepat lebih baik sesuai anjuran dokter. Tinggal besok Yechan dan Jaehan mendatangi rumah orang tua Yechan untuk memberitahu dan meminta restu agar semua dapat berjalan lancar.

***

"Memangnya tidak ada alternatif lain? Yechan operasi pengangkatan rahim juga bukan tidak beresiko. Belum lagi kalian sudah dipastikan tidak akan memiliki keturunan lagi, sebaiknya kalian pikir matang-matang lagi"

Respon Mami Yechan sukses membuat Jaehan tertegun. Ia tak pernah berekspektasi lebih namun apa yang diucapkan mertuanya cukup menyakiti hatinya. Tidak ada kekhawatiran yang ditunjukan selain rasa takut putranya tak bisa memiliki keturunan lagi, dan itu menjadi hal yang ia khawatirkan. Bukan kondisi kesehatan menantunya. Jaehan tak bisa berkata-kata, mungkin jika ia mengeluarkan satu kata air matanya akan mengalir.

"Mami ko ngomong gitu sih. Ini juga bukan kehendak kami, kesehatan Jaehan lebih penting Mam. Kami juga sudah pikir matang-matang dan sudah membicarakannya dengan Ibu dan Ayah" balas Yechan yang juga kecewa dengan ucapan Ibu nya. Ia yakin istrinya pasti sedih sekali mendengar itu.

"Mami bukannya tidak memikirkan kesehatan istrimu. Tapi jika ada solusi lain bukankah lebih baik memilih opsi lain. Jika disini tidak ada solusi mungkin kita perlu ke negara lain yang sudah lebih maju. Jaehan kamu pasti baru mengecek di satu rumah sakit kan? Sudah cek di rumah sakit lain belum? Atau perlu Mami yang carikan dokter terbaik kenalan Mami?"

"Akan perlu waktu berapa lama untuk kita mencari sesuatu yang belum tentu juga menjadi solusi? Jika sudah ada solusi di depan mata yang sudah pasti membantu, seharusnya itu yang kita pilih. Sekarang yang terpenting adalah kesehatan Jaehan" bukan Yechan atau pun Mami nya, kali ini Papi Yechan mengangkat suara. Tidak ada yang mengelak bahkan istrinya pun akhirnya diam dengan wajah masam.





Tbc.


✔Baby Antella - Yechan Jaehan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang