بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
Tiga tahun kemudian...
Zahra keluar dari mobilnya, sudah tiga tahun telah berlalu, dan ini pertama kalinya Zahra menginjakkan kakinya ke pesantren ini lagi. Pondok pesantren yang begitu bersejarah bagi dirinya, Zahra memandang kawasan pesantren yang sedikit berubah.
Perhatian Zahra teralihkan, saat mendengar teriakkan seorang gadis.
Zahra terdiam kaku saat melihat siapa yang berlari kecil mengejar gadis kecil tersebut. Matanya berkaca-kaca, tangannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.
"Tolong! Abi jadi monstel!" teriak gadis kecil itu masih berlarian menghindari laki-laki yang dia panggil Abi.
"Ayesha, jangan terlalu jauh, sayang, nanti ja-" perkataan laki-laki tersebut terhenti saat melihat seorang gadis yang sudah dua tahun menghilang tanpa kabar.
"G-gus F-fajri," lirih Zahra.
Gadis kecil yang dipanggil Ayesha tidak memperdulikan perkataan sang Abi. Dia semakin berlari tanpa memperdulikan sekitarnya.
"Aduh!" Ayesha terjatuh saat tanpa sengaja menabrak seseorang yang berdiri didepannya.
Zahra memutuskan pandangannya saat mendengar suara Ayesha. "Astaghfirullah hal'adzim." Zahra membantu Ayesha untuk berdiri. "Kamu nggak apa-apa?"
"Ndak papa, onty." jawab Ayesha memandang wajah Zahra dengan intens. "Onty milip ca-" perkataan Ayesha terpotong saat laki-laki yang dipanggil Abi, datang menghampirinya.
"Ayesha, kamu nggak apa-apa kan? mana yang sakit?" tanya Gus Fajri yang sudah berlutut dihadapan Ayesha.
"Ndak papa, Abi!" jawab Ayesha. "Kalena tadi, Ayeca ditoyong cama onty tantik ini." sahut Ayesha sembari menatap kearah Zahra.
"A-assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh, Gus." salam Zahra kikuk.
Gus Fajri berdiri, lalu menatap Aisyah dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. "Wa'alaikumsalam Warahmatullaahi Wabarakatuh, Zahra."
Zahra langsung menundukkan pandangannya. Matanya kini mulai berkaca-kaca, hatinya tidak dapat berbohong kalau dia masih memiliki perasaan terhadap Gus Fajri. "Gus, ternyata tiga tahun tidak dapat menghapus dua bulan, aku kira rasa ini sudah hilang. Namun, nyatanya belum, rasa itu kembali saat aku melihat dan mendengar suaramu." batin Zahra. "Ya Allah, ampunilah hamba, karena hamba sudah terlalu jauh mencintai seseorang yang sudah memiliki seorang istri." lanjut Zahra dalam hati.
"Abi?" suara Ayesha menyadarkan Gus Fajri dan Zahra yang sedari tadi hanya terdiam dan saling memandang, tenggelam dalam fikiran masih-masing.
"Astaghfirullah hal'adzim." ucap Gus Fajri menyapu wajahnya dengan tangannya. "Kenapa Ayesha?"
Ayesha merentangkan kedua tangannya, minta untuk di gendong.
Gus Fajri yang mengerti langsung saja mengangkat tubuh Ayesha kedalam gendongannya.
"Dia sangat cantik dan pintar," ujar Zahra.
"Iya, dia seperti Uminya," jawab Gus Fajri.
Sakit
Meskipun hati Zahra sakit mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Gus Fajri, akan tetapi dia tidak pernah melunturkan senyumannya.
Miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Teen FictionSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...