HELLO EPRIBADEHH!!
Nungguin, ya?
Can you stop calling me author?
Just call me, Kak Bil!
Eh, Dek Bil gasie? Soalnya aku masih kesyil, masih ESEMPEH😭🤏🏻
Jangan lupa vote and comment, understand?!
Menerima saran dan kritik!
Tandai typo!
Okey, lanzut!
بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Pada bahas apa ini? Kok nggak ngajak-ngajak?" ucap seseorang. Zahra, Keisha dan Salsa langsung menoleh ke belakang.
Terlihat Ning Miftah tersenyum manis menatap mereka berdua.
"Itu Ning, kita lagi bahas Gus yang baru datang. Sampeyan tahu nggak?" tanya Salsa.
"Maksud kamu, Gus Fajri? Tahu kok. Memang kenapa?" tanya Ning Miftah basa-basi. Salsa tidak sadar, bahwa sebenarnya Ning Miftah adalah adik dari Gus yang barusan ia sebut tadi.
"Katanya, Gus Fajri itu ganteng, ganteng, ganteng banget! Terus dia juga lulusan dari universitas yang ada di Mesir, sudah begitu hafidz Al-Qur'an lagi, makanya hampir semua santriwati di sini pada mengidam-idamkan banget sama itu Gus. Aku yakin, kamu pasti juga bakal terpesona deh sama Gus muda itu, kalau kamu lihat dia. Aku saja baru pertama kali lihat, sudah kepincut. Haha," jelas Salsa panjang lebar. Dengan santainya dia tertawa. Ingin rasanya Zahra jitak itu mulut.
''Nih anak kesambet jin apa syaithon, sih? Ketawanya kenceng amat,'' batin Zahra.
"Biasalah, orgil." batin Keisha.
"Jadi begitu, ya?"
"Iya, coba deh kamu tanya sama Pak Kyai, Pak Kyai sudah pasti tahu tentang Gus baru itu! Kalau sudah dapet informasinya, kasih tahu kekita ya?"
"Menurut informasi yang aku dengar-dengar, Gus Fajri itu lulusan universitas Al-Azhar di Mesir, terus dia mau mengabdi di PonPes ini dan katanya besok dia akan mulai mengajar. Mungkin kayaknya, dia bakal masuk buat mengajar di kelas kita nanti, kita lihat saja dulu," jelas Ning Miftah. Kedua alis Zahra terangkat. Kenapa Ning Miftah tidak memberi tahu Salsa, bahwa dia sebenarnya adik dari Gus Fajri?
Wajah Salsa nampak berbinar-binar. Matanya memancarkan kebahagiaan, sepertinya dia akan menjadi salah satu pengagum Gus Fajri. Tapi tidak dengan Zahra, Zahra ini bukan tipe orang yang sembarangan, apalagi dalam masalah cinta. Tidak mudah baginya mencintai laki-laki begitu saja.
"Serius kamu, Ning?" Ning Miftah mengangguk.
"Dan dengar-dengar, katanya Gus Fajri juga sudah punya calon. Tapi, nggak tahu sih benar atau nggak," ujar Ning Miftah lagi. Seketika wajah Salsa berubah cemberut.
"Sudah, sabar saja. Kalau jodoh nggak bakal lari," Zahra pun mengelus punggung Salsa. Memang benar, sakit rasanya mencintai seseorang yang kita tau dia tidak akan pernah bisa menjadi milik kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...