53. Kabar Bahagia

59 12 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

"Dok, bagaimana keadaan istri saya?"

Gus Fajri langsung menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang pemeriksaan. Ia terlihat sangat khawatir dengan kondisi Zahra.

"Maaf sebelumnya, saya izin bertanya. Apakah sebelum ini bapak sedang ada masalah dengan Ibu Zahra?" tanya Dokter dengan hati-hati.

"Beberapa hari ini, terjadi masalah antara kami berdua, Dok."

"Pak, kondisi kehamilan Ibu Zahra masih cukup muda. Saya harap, Bapak bisa menjaga istrinya dengan baik. Jangan membuat istrinya kecapean, ya, Pak? Dan jangan sampai membuatnya stress, karena itu akan berdampak bahaya bagi kandungan yang ada dalam perutnya."

Gus Fajri mengangkat satu alisnya. "Hamil?"

"Iya, istri Bapak sedang hamil dan usia kandungannya saat ini sudah masuk minggu kedua. Saya harap, Bapaknya bisa menjaganya, dan lebih hati-hati."

Gus Fajri menghela nafas sembari mengusap wajah dengan kasar. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setelah berbicara cukup panjang dengan dokter, Gus Fajri masuk ke dalam ruang pemeriksaan pasien, sorot matanya langsung tertuju ke arah yang Zahra yang terbaring di atas brankar.

"Kenapa kamu nggak kasih tahu tentang kehamilan kamu Ra?" tanya Gus Fajri lirih.

"Rencananya Zahra mau ngasih kejutan ini sama A'a. Tapi A'a malah cuek, jadi Zahra tunda dulu."

Gus Fajri terdiam seribu bahasa, menatap lekat wajah Zahra yang nampak kelelahan itu dengan rasa bersalah.

"Maaf." ujar Gus Fajri menundukkan kepala.

Zahra menggeleng. "A'a tidak salah. Wajar A'a kecewa, memang ini salah Zahra. Seharusnya Zahra tidak boleh berduaan dengan Ustadz Idham. Meskipun itu di tempat yang terbuka."

Gus Fajri mendongak menatap Zahra yang sama menatapnya. Manik hitam keduanya saling bertemu dengan perasaan yang canggung. Jari-jemari kecil milik Zahra sontak mengelus lembut pipi Gus Fajri.

"Foto yang ketiga itu tidak seperti yang A'a pikirkan. Ustadz Idham tidak sengaja memegang tangan Zahra. Sebenarnya waktu itu, Ustadz Idham mengajak Zahra ke tempat parkir untuk bertanya tentang Salsa."

"Lalu, kenapa dia bisa pegang tangan kamu?" tanya Gus Fajri langsung memotong ucapan Zahra. Pria itu nampak tidak sabaran menanti penjelasan dari istrinya.

"Saat itu Ustadz Idham tiba-tiba lupa apa yang ingin dia tanyakan, jadi nggak mau menunggu lama Zahra mau masuk lagi ke dalam Ndalem. Tahu-tahunya tiba-tiba Ustadz Idham menarik tangan Zahra."

Gus Fajri manggut-manggut sembari menghela nafas panjang. Wajahnya masih terlihat cemberut membuat Zahra ingin sekali mencubit pipi pria itu, saking gemasnya, katanya.

"Sekali lagi maafin Zahra, ya? A'a nggak marah lagi kan sama Zahra?" tanya Zahra menundukan kepalanya.

"Iya, A'a maafin. A'a juga minta maaf, ya? Karena sudah bikin kamu khawatir." Gus Fajri mencium punggung tangan Zahra dengan sudut bibir yang terangkat. Zahra mengangguk dengan senyum lebar.

"Ngomong-ngomong, darimana kamu tahu soal foto itu?"

"Keisha yang kasih tahu. Katanya kamu cerita sama Ustadz Adnan tentang masalah kita kan? Jadi, kata Keisha, setelah Ustadz Adnan tahu tentang foto itu. Dia langsung nelpon Keisha, Keisha disuruh buat kasih tahu semuanya ke Zahra."

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang