بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Helloo... bengong mulu dipanggil dari tadi kirain ngikutin dari belakang, taunya malah diem. Liatin apa sih?" ucap Ziah sambil menepuk punda Zahra.
"Ziah, jangan ngagetin bisa?"
"Habisnya kamu bengong mulu! Liatin siapa sih?" balas Ziah sembari celingak-celinguk kanan kiri.
"Nggak ada siapa siapa, ayoo!" jawab Zahra seraya menarik tangan kirinya Ziah.
Sesampainya dikamar langsung saja Zahra merebahkan jiwa yang lelah diatas hamparan kasur yang siap menopang tubuh. Belum sempat ia memejamkan mata, ada seseorang menghampirinya dan duduk disamping Zahra.
"Jujur, sampai sekarang ini aku merasa heran, kenapa orang-orang kok sering banget ngomongin Gus Raga? Ziah juga sama, sepertinya dia itu ngefans banget sama Gus Raga," ujar Zahra bertanya-tanya.
"Nggak juga, tapi masa sih?
"Iya!"
"Yaa, gimana nggak coba. Gus Raga itu orang terpopuler disini, banyak banget banget banget banget akhwat yang suka dan mengagumi beliau." terang Afifah yang membuat Zahra semakin penasaran dengan Gus muda itu.
"Emang Gus Raga itu orangnya seperti apa sih? Kok bisa sampai ngetop banget, padahal menurut aku sih dia orangnya cuek, dingin, jutek, nggak bersahabat banget deh pokoknya!" ucap Zahra dengan tangan yang sibuk membuka kantung kripik di tangannya.
"Kamu belum mengenal lebih jauh tentang Gus Raga?" sahut Afifah.
"Gimana mau mengenal, disapa aja jawabannya cuma mengangguk, senyum kecil. Huh, dasar pelit senyum." ujar Zahra sembari mengunyah makanan yang di beri oleh Afifah.
"Itu karena Gus Raga orangnya Agamawan. Dia begitu karena dia tahu, menundukan pandangan bagi seorang pria itu di haruskan." terang Afifah.
Kini, Zahra dibuat tertegun mendengar berita tentang Gus Raga itu. Lagi lagi dan lagi, ia merasa dejavu. Kenapa kisahnya serumit ini? Kenapa banyak banget persamaan yang bikin flashback? kenapa kenapa kenapa? itulah pikiran Zahra saat ini.
"Hemm, gitu yah?"
"Iya, nanti juga kalau sudah kenal, kamu pasti tahu siapa itu Gus Raga. Sudah deh, sekarang kamu mending ikut aku yuk!" ajak Afifah seraya menarik tangan Zahra.
"Eh-eh, mau kemana sih ini?" tanya sambil memakai sandal.
Afifah menarik tangan Zahra, rentak kakipun ikut tertarik mengikuti langkah kaki Afifah.
"Nah, ini dia!" ucap Afifah sembari membuka pintu berwarna biru yang kini berada dihadapan Zahra.
"Ini, tempat apa?" tanya Zahra yang tengah berdiri kebingungan di depan pintu bercat biru.
"Ini dapur dek, ayo masuk!" ucap Afifah.
"Lah? Kenapa panggil jadi dek," sahut Zahra sembari mengikuti Afifah masuk kedalam.
"Hehe, kalau Zahra itu kepanjangan, nahh kalau dek itu kesayangan. Boleh kan?" ucap teh Ifa dengan ramahnya
"Terserah deh, boleh-boleh saja. Bebas, gimana kamu saja, aku mah yang penting kamu bahagia." jawab Zahra tersenyum kecil.
"Nah dek, disini tempat para teteh santri Akhwat memasak untuk para santri disini," jelas Afifah seraya mengambil sebuah kantong berisikan kentang dan wortel didalam kulkas berwarna biru muda yang tersimpan tepat disamping Zahra berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Teen FictionSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...