بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
Zahra menatap Umi Sarah dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
"Bu Nyai, apa yang terjadi?" tanya Zahra.
Air mata Umi Sarah menetes saat mengingat kejadian tiga tahun yang lalu. Berbeda dengan Gus Fajri yang sedari tadi cuman tersenyum tidak jelas.
Umi Sarah menatap Zahra. "Fajri mengalami kecelakaan, saat akan menyebrang jalan."
Mata Zahra melotot mendengar perkataan Umi Sarah. "Ke-kecelakaan?"
"Iya, Nduk." jawab Umi Sarah menganggukkan kepalanya. "Awalnya, pernikahan ditunda sampai Gus Fajri sembuh, tapi-" Umi Sarah menghentikan ucapannya.
"Tapi apa Bu Nyai?" tanya Zahra yang tidak sabaran.
Umi Sarah kelihatan sangat sedih saat kejadian masa lalu terlintas dipikirannya. Sedangkan Gus Fajri hanya diam tidak ada niatan untuk membuka suaranya. Dirinya hanya fokus kepada Zahra.
Zahra menatap kearah Gus Fajri yang sedari tadi memandang dirinya. Sebenarnya Zahra risih tapi, ya sudahlah.
"Gus?" panggil Zahra, tetapi Gus Fajri tidak merespon.
"Gus Fajri?" panggil Zahra lagi.
"Hah, iya kenapa?" respon Gus Fajri.
Umi Sarah yang tadinya merasa sedih, tiba-tiba terkekeh melihat putranya.
"Le, mikirin apa?" tanya Umi Sarah.
"N-nggak ada Umi." Gus Fajri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk menutupi rasa gugupnya. "Lanjut saja ceritanya, nggak usah pedulikan Fajri."
Zahra hanya terkekeh kecil, kemudian bertanya kepada Umi Sarah. "Setelah Gus Fajri mengalami kecelakaan, apa yang terjadi Bu Nyai?"
"Dokter mengatakan, kalau Fajri mengalami koma," ujar Umi Sarah.
"P-pernikahannya?" sebenarnya Zahra tidak enak menanyakan ini, tapi entah kenapa yang keluar dari mulutnya malah pertanyaan yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Awalnya, pihak keluarga menyetujui, kalau pernikahan akan di undur beberapa bulan, sampai Fajri sadar. Tapi, hiks, Fajri tidak sadar dari komanya selama sebelas bulan lebih, dan kami memutuskan agar perjodohan Fajri dan Ning Azzah di batalkan, Ning Azzah berhak mendapatkan yang terbaik." tangan Umi Sarah bergerak menghapus air matanya. Ingatannya kembali terhadap kejadian tiga tahun yang lalu.
Flashback on
Terlihat mobil keluarga Kyai Rahman sudah sampai di gerbang pesantren Kyai Rizky.
Gus Fajri turun dari mobil dengan mata yang memerah. Entah kenapa hati nya sangat sakit saat mendengar perkataan Umi nya tentang Zahra yang meninggalkan pesantren hari ini.
Gus Fajri menengok ke kanan dan ke kiri mencari penjual minuman air putih, karena tenggorokannya rasanya kering.
"Apa masih ada waktu, Abi?" tanya Gus Fajri.
"Tinggal beberapa menit lagi."
"Fajri beli minum dulu Abi, Fajri haus."
"Kamu disini saja, biar Yusuf yang beli." ujar Kyai Rahman.
"Nggak usah Bi, dekat kok. Cuman seberang sana." ucap Gus Fajri menunjuk penjual yang ada diseberang jalan.
"Ya sudah, hati-hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Teen FictionSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...