15. Pamit Pulang

131 56 21
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

Gus Fajri mondar-mandir didalam kamarnya, menunggu kedatangan Ning Miftah.

"Saya harus bicara sama Zahra! Iya, saya harus bicara sama Zah-" ungkapannya terpotong saat pintu kamarnya terbuka.

"Assalamu'alaikum." Ning Miftah berjalan kearah Gus Fajri. "Kenapa Bang?"

"Wa'alaikumsalam, Abang mau bicara sama Zahra!"

"Tapi Bang, sebentar lagi kita akan berangkat!"

"Sekali ini saja dek, bantuin Abang. Hanya sebentar saja, Abang janji nggak akan lama." ucap Gus Fajri memandang Ning Miftah dengan tatapan memohon.

"Janji, hanya sebentar!"

"Janji." jawab Gus Fajri tersenyum.

"Ya sudah aku panggil Kak Zahra, Abang tunggu disini, oke!"

"Siap, jangan lama dek,"

"Iya, Assalamu'alaikum." Ning Miftah undur diri dari hadapan Gus Hafidz.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullaahi Wabarakatuh," jawab Gus Fajri.

***

"Apa nggak ada jalan lain, Ra?" tanya Salsa.

"Jika aku masih disini, aku nggak akan bisa move on dan semakin sakit melihatnya bersama perempuan lain, Sal." jawab Zahra menatap Salsa.

"Pak Kyai dan Bu Nyai tau, kalau kamu akan pergi?"

"Belum, aku nggak tau caranya pamit sama Pak Kyai dan Bu Nyai," ujar Zahra.

"Terus, kamu mau pergi saja, begitu?"

"Maunya begitu, tapi nggak enak juga sama meraka, masa aku pergi begitu saja, padahal mereka sudah menganggap aku seperti anaknya sendiri." curhat Zahra menundukkan kepalanya.

"Saran Aku, sebaiknya kamu pamit, jangan pergi begitu saja, kesannya seperti nggak sopan Ra!"

"Akan ku usahakan, tapi jika aku nggak sempat pamit, kamu kasih surat ini ke mereka." ujar Zahra kemudian beranjak mengambil sebuah kertas yang ada didalam tas kecilnya, lalu menyerahkan kepada Salsa.

Salsa mengambil kertas yang Zahra berikan. "Kamu niat sekali, mau pergi dari pesantren, semuanya sudah kamu siapkan."

"Jika kamu ada di posisi aku, apa yang kamu lakukan Sal?"

"Ya pastinya, Aku juga akan mengambil keputusan yang sama kaya kamu, masa iya aku mau liat dia mesra-mesraan dengan pasangannya,"

"Nah, itu kamu ngerti, hehe..."

"Tapi Ra, kamu nggak akan pernah lupain aku ka-" ujar Salsa terpotong.

Tok ... tok ... tok ...

"Assalamualaikum." Ning Miftah mengetuk pintu kamar asrama Zahra.

"Wa'alaikumsala," jawab Zahra dan Salsa.

Ning Miftah masuk saat pintu sudah terbuka. "Maaf ukhty, mengganggu waktunya."

"Iya nggak apa-apa Ning, Apa kita mau berangkat?" tanya Zahra.

"Belum Kak, masih ada waktu 1 jam, sebelum berangkat." Ning Miftah tersenyum. "Apa Kak Zahra bisa ikut aku sebentar?"

"Bisa Ning." Zahra menatap kearah Salsa. "Sal, aku pergi dulu, jangan lupa suratnya."

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang