28. Kebersamaan

126 25 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

"Assalamualaikum, A'a?" ucap Zahra membuka pintu kamarnya.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullaahi Wabarakatuh," jawab Gus Fajri yang baru saja menyelesaikan bacaan Al-Qur'an nya.

"Makan malam dulu."

Gus Fajri meletakkan Al-Qur'an pada tempatnya, lalu melipat sajadahnya.

"Ayo." ucap Gus Fajri saat berada dihadapan Zahra. Lalu meraih tangan Zahra untuk digandeng.

Zahra yang diperlakukan seperti itu, hanya bisa menurut.

"Kenapa tangan kamu dingin begini?" tanya Gus Fajri yang pura-pura tidak tahu kalau Zahra lagi gugup.

"Cuacanya lagi dingin A', jadi tangan Zahra ikut dingin juga." dengan cepat Zahra menarik tangannya dari genggaman Gus Fajri.

"Bilang dong, kalau dingin." Gus Fajri kembali meraih tangan Zahra untuk digenggam.

"N-nggak usah A'." Zahra kembali menarik tangannya. Dengan langkah cepat, Zahra meninggalkan Gus Fajri sendiri.

"Gemes banget sih, istri siapa coba? Istri Fajri lah..." Gus Fajri tertawa saat menyadari kekonyolannya. "Nggak apa-apa, malam pertama gagal. Yang penting kan, setiap membuka mata ada bidadari yang temenin."

***

Setelah selesai makan malam, Zahra membersihkan meja dan mencuci piring kotor, karena Bi Ani kurang sehat, jadi Zahra yang harus mencucinya.

Sedangkan Gus Fajri berdiri di samping Zahra.

"A'a, ke kamar saja." pinta Zahra kasihan melihat Gus Fajri yang sedari tadi berdiri untuk menunggunya.

"Saya mau nungguin kamu." jawab Gus Fajri dengan wajah yang sedikit mengantuk, padahal baru jam delapan malam.

"A'a sudah mengantuk loh, jangan dipaksain kalau sudah mengantuk. Lagian pekerjaan Zahra masih banyak," sebenarnya cucian piring cuman sedikit, tetapi Zahra sengaja berlama-lama agar Gus Fajri tidur duluan.

Gus Fajri mencuci wajahnya agar kelihatan segar. "Biar A'a bantu."

"Nggak usah A', biar Zahra saj-"

"Biar cepat kelar, Ra." tangan Gus Fajri sibuk membilas piring dan gelas.

"Tapi A'a-"

"Tidak ada tapi-tapian Zaujati, lagian ini juga kewajiban suami." Gus Fajri tersenyum kearah Zahra.

Zahra hanya diam, membiarkan Gus Fajri membantunya. Zahra menatap Gus Fajri dari samping. Tanpa Zahra sadari, bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman yang manis. Dalam hatinya selalu mengucapkan kalimat syukur, karena Allah mengirim laki-laki sebaik Gus Fajri untuknya.

"Terpesona, hm?" tanya Gus Fajri tanpa melihat ke arah Zahra.

"Hah? N-nggak." jawab Zahra dengan gugup. "Aduh, malu banget." batinnya.

"Terpesona juga nggak apa-apa."
Zahra hanya terdiam, tidak ingin menanggapi perkataan suaminya.

"Alhamdulillah, selesai." Gus Fajri membersihkan tangannya. "Kalau dikerjakan bersama-sama pasti cepat selesai."

Zahra ikut membersihkan tangannya. "Alhamdulillah."

"Ayo, istirahat." ujar Gus Fajri.

"A'a duluan saja, masih ada yang harus Zahra kerjakan." bohong Zahra, dia tidak ingin berdua-duaan dengan Gus Fajri didalam kamar.

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang