ANNYEONG HASEYO YOUREOBUN!!
How are you??I'm back, do you miss me?
Jangan lupa vote and comment sebanyak-banyaknya, kalau bisa setiap part!
Menerima saran dan kritik!
Tandai typo!
Okay, lanzut!
بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Assalamu'alaikum," ucap Zahra memasuki kamar asrama.
"Sal, Kei, tadi aku ketemu pria tahu," sambung Zahra.
"Wa'alaikumsalam, terus?" tanya Keisha.
"Anehnya selama 6 tahun aku mondok disini, kok baru pertama kali lihat dia," jawab Zahra.
"Kamu serius? Ngomong-ngomong, coba jelasin bagaimana ciri-ciri itu cowok. Siapa tahu aku kenal," ujar Salsa. Zahra menatapnya sebentar.
"Dia itu putih, terus hidungnya mancung, tinggi juga, alisnya nggak terlalu tebal juga yakan, nah dia pakai kemeja hitam, sarung hitam corak coksu, dan dia pakai kopeah hitam. Mungkin seperti itu, soalnya aku lupa. Kamu tahu?" jelas Zahra juga terselip pertanyaan.
"Kamu suka sama dia?" tanya Keisha, membuat Zahra berpikir sejenak.
"Bukan suka, hanya sebatas kagum. Nggak lebih, ingat dosa!" jawab Zahra seadanya.
"Apa bedanya, Markonah?! Jangan-jangan dia anak Pak Kyai lagi," ujar Salsa menebak-nebak.
"Maksud kamu, Gus Fajri begitu?" tanya Zahra.
"Iya," jawab Salsa.
"Bisa jadi sih, soalnya aku baru pertama kali lihat dia di sini," ujarnya.
***
Acara Maulid Nabi-pun akan segera diadakan pada malam ini. Semua santri, baik santriwan maupun santriwati sangat antusias dalam mempersiapkannya.
Saat sedang asyik-asyik membantu menyiapkan acara, tiba-tiba Umi Sarah, istri dari Kyai Rahman memanggil Zahra.
"Assalamu'alaikum, Zahra," salam Umi Sarah.
"Wa'alaikumussalam, eh Bu Nyai?" Zahra dengan segera mengambil tangan beliau dan menciumnya sebagai tanda bakti padanya.
"Ada apa, Bu Nyai?" tanya Zahra to the poin.
"Apa kamu sedang sibuk?" tanya Umi Sarah.
"La, Bu Nyai. Memangnya ada apa?" tanya Zahra lagi.
"Boleh minta tolong? Bantu masak di ndalem,"
"Nggih, bisa-bisa," sahut Zahra dengan antusias, karena ia memang hobi memasak.
"Terimakasih Zahra, kamu sudah mau membantu. Mari, kita ke dapur bersama-sama!" ajak Umi Sarah yang dibalas anggukan oleh Zahra.
***
"Alhamdulillah, makanannya sudah jadi. Kamu simpan makanan ini di meja makan saja Zahra!" seru Umi Sarah.
"Na'am, Bu Nyai,"
Saat Zahra meletakkan makanan di atas meja makan, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Gus Fajri yang menaruh kembali gelas setelah ia minum. Netra mereka kembali bertemu, jantung Zahra bagaikan kuda lepas saat melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...