بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Salsa cepet, nanti ketinggalan pengajian, kamu udah cantik Lillahi Taa'la," ucap Zahra lembut meski sebenarnya sangat menjengkelkan.
"Iya Ra, aku udah siap," ucap Salsa yang sudah siap dengan pakaiannya.
"Masya Allah, Cantik." puji Zahra sambil tersenyum pada Salsa.
Salsa, dia sedikit memakai polesan lipstik dan pelembab pada wajahnya dan tidak lupa juga Sunnah Rasul yaitu memakai sifat, Zahra hanya memakai sifat dan bedak baby berpakaian gamis biru kerudung hitam melebar hampir menutupi tubuhku.
Zahra dan Salsa setengah lari menuju Madrasah yang pengajiannya satu ruangan dengan santri putra.
Zahra dan Salsa bersama-sama memasuki ruang pengajian.
"Assalamu'alaikum," ucap Zahra kompak dengan Salsa.
Fyi: antara santriwati dan santriwan diletakkan pembatas dibagian tengah sehingga tidak tergabung.
"Wa'alaikumussalam," jawab para santri putra dan putri serentak. Sambil menundukan pandangan, Zahra mencari bangku kosong bersama Salsa dan bangku kosongnya tepat berada paling belakang pojok sebelah kiri.
"Cepat Ra," ucap Salsa sambil mendorong tubuh Zahra.
"Tunggu sebentar," jawab Zahra.
Mereka berdua memecahkan suasana Pengajian dari Ustadz sedang memberikan pembahasan.
"Zahra, Salsa! Cepat duduk!" tegas Ustadz Idham yang membuat Zahra malu karena santri putra dan putri melihat kearahnya seraya berbisik-bisik kecil.
Setelahnya mereka mulai melaksanakan acara pengajian yang sempat tertunda. Waktu demi waktu berlalu, tidak terasa sudah hampir satu jam mereka melaksanakan pengajian tersebut.
"Zahra, coba sebutkan kembali pengertian Iman!" tegas Ustadz Idham pada Zahra.
"الايمان هو تصديق بالقلب وتكرير باللسان والعمل بالاركان"
Jawab Zahra tanpa melihat buku dengan lancar."Bagus Zahra," ucap Ustadz Idham memujinya. Zahra hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.
"Pengajian sore ini sampai disini saja. Sekian, Assalamu'alaikum." pamit Ustadz Idham dengan mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam." jawab seluruh para santriwati maupun santriwati.
Pengajian sore ini pun telah di bubarkan, santri putra yang lebih dulu keluar di susul oleh santri putri untuk kembali ke asrama.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 17:30, Mikrovon mesjid sudah terdengar berbunyi, sesekali di pukul untuk di cek, lalu.
"Allahumma Sholli Wasallim wabaarik 'alaih." terdengar dari arah masjid.
"Itu suara Gus Fajri," ucap Salsa kegirangan sambil menepuk-nepuk pundak Zahra.
"Iya-iya, biasa saja sih." Zahra masih berkata biasa saja, meski sebenarnya di dalam lubuk hatinya yang terdalam, bahagia setelah mendengar bahwa itu Gus Fajri.
"Aduuuh Ra, kamu tetep ngomong biasa saja? Itu Gus Fajri loh, merdu bangeet," ujar Salsa heboh setelah Gus Fajri melanjutkan Sholawatnya.
"Ra, aku kebawah duluan ya" pamit Salsa kepada Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...