بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
Zahra dan Gus Fajri memutuskan untuk shalat di masjid. Keduanya berjalan beriringan menuju mesjid. Jalanan masih terlihat sunyi.
Setibanya di masjid, mereka berdua berpisah. Selang beberapa menit, adzan Subuh mulai berkumandang.
Sebelum melaksanakan shalat Subuh, Zahra terlebih dahulu mengerjakan shalat sunnat Subuh sebanyak dua raka'at. Setelah selesai shalat sunnat subuh, iqamat pun mulai dikumandangkan. Para jama'ah langsung berdiri untuk menunaikan shalat Subuh.
"Allahu akbar." takbir dari sang imam. Mendengar suaranya seperti tidak asing lagi di pendengaran Zahra.
Mereka pun memulai sholat berjama'ah dengan khusyuk, ditambah lagi suara imam yang melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan suara yang merdu dan bacaan yang fashih.
Pada raka'at kedua, saat imam membaca surah Al-fatihah, Zahra baru menyadari bahwa yang menjadi imam subuh pagi ini adalah suaminya, Gus Fajri.
Pantas saja, ia sudah tidak asing lagi mendengar suaranya.
Setelah selesai sholat, mereka pun berwirid sambil dipimpin oleh sang imam.
"Eh, yang jadi imam tadi siapa, ya? Suaranya bagus banget. Kalau dia masih muda dan belum menikah, bakal saya nikahkan sama anakku yang perempuan itu," bisik seorang ibu-ibu kepada temannya.
"Betul, Bu. Sudah muda, rajin ke mesjid, suaranya bagus lagi. Mungkin dia orang baru atau dia pertama kali jadi imam di sini," sahut temannya. Zahra terkekeh pelan. Namun, sedikit ada rasa cemburu di hatinya.
Usai berdo'a, kini saatnya untuk pulang. Sebelum pulang, Zahra dengan ibu-ibu yang lainnya saling bersalaman.
"Saya pulang duluan, ya, Ibu-ibu? Assalamu'alaikum," salamnya seraya tersenyum.
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati di jalan."
***
Saat keluar dari mesjid, Zahra melihat Gus Fajri yang ternyata sudah menunggu lebih dulu di luar.
"Maaf A', lama ya?"
"Nggak apa-apa, kita pulang?" sebelum Zahra menyahut, terdengar suara seseorang memanggil mereka dari belakang, membuat pasangan muda itu serempak menoleh.
"Ya, ampun, pengantin baru lagi berduaan. Mesra kali," celetuk Ibu Sri sehingga membuat Zahra malu.
"Ehh, ngomong-ngomong yang tadi jadi imam apa benar suamimu, Zahra?" lanjut Ibu Sri bertanya sambil menatap mereka berdua silih berganti.
"Suara suami kamu bagus loh. Andai saja suamimu ini belum menikah, sudah pasti banyak perempuan yang mau menikah sama dia. Sudah ganteng, shalih lagi. Kamu benar-benar beruntung." ucap Ibu Sri dengan antusias.
Nampak Gus Fajri tersenyum tipis sambil melirik ke arah sang istri. "Ibu bisa saja. Saya lebih merasa bersyukur dan beruntung karena memiliki Zahra."
"Ya Allah, sweet banget. Ibu jadi iri lihatnya, maklumlah efek jadi janda. Pengen romantisan, tapi nggak tahu harus sama siapa," timpal Ibu Sri dengan kekehan.
Zahra tersenyum kecil. "A'a, kita langsung pulang?" tanyanya menatap Gus Fajri. Pria itu mengangguk sebagai jawaban.
"Ya, sudah, Bu. Kami pulang duluan, ya? Assalamu'alaikum," pamit Gus Fajri seraya menggandeng tangan Maira.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Teen FictionSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...