بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"A'a berangkat dulu, ya? Baik-baik di rumah, jangan terlalu kecapean. Nanti kamu malah semakin tambah sakit. Assalamu'alaikum." ucap Gus Fajri prihatin. Zahra lantas tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi. Ia lalu mencium punggung tangan Gus Fajri.
"Wa'alaikumussalam. Iya, A'. A'a juga hati-hati di jalan, semangat mengajarnya,"
Gus Fajri mengangguk. Kemudian, memberikan kecupan hangat di kening Zahra.
"Dadah, suami," Zahra melambaikan tangannya saat Gus Fajri sudah keluar dari halaman rumah.
"Dadah juga, Istri."
***
Di tengah-tengah kesibukan mengajar, tiba-tiba saja sebuah notifikasi pesan dari aplikasi hijau itu muncul di layar handphone. Gus Fajri melirik sekilas benda pipih yang ada di atas meja itu dan tidak menghiraukannya. Ia kembali fokus menerangkan isi kitab sampai waktu istirahat tiba.
Tidak berlangsung lama, bel pun berbunyi. Para santri lalu berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. Sedangkan Gus Fajri masih duduk di dalam kelas sambil mengutak-atik layar handphone. Terlihat beberapa menit yang lalu, Ustadzah Shafa telah mengirimkannya pesan berupa beberapa foto. Hal itu membuat Gus Fajri penasaran dan segera membuka pesan tersebut.
Ustadzah Shafa:
• Foto
• Foto
• Foto
[Gus, ini beneran Ning Zahra kan?]Kedua alis Gus Fajri bertautan dengan dahi yang sudah mengernyit heran. Apa maksud dari foto itu?
Foto pertama, menampilkan Ustadz Idham dan Zahra sedang berbicara berdua. Foto kedua, nampak Ustadz Idham dan Zahra tertawa bersama, dan foto yang terakhir adalah foto Ustadz Idham yang memegang tangan Zahra.
Gus Fajri menatap lekat foto itu. Ia masih tidak percaya jika Zahra melakukan hal ini di belakangnya. Sontak Gus Fajri menggigit pipi bagian dalam, sejenak ia terdiam. Mana yang harus ia percaya? Zahra? Atau Ustadzah Shafa?
Gus Fajri:
[Di mana Ustadzah mendapatkan foto ini?]Baru saja pesan itu terkirim, nampak sudah centang biru. Itu berarti, Ustadzah Shafa sudah membacanya. Wanita tersebut lekas mengetik dan membalas dengan beberapa pesan.
Ustadzah Shafa:
[Waktu hari Minggu, tepatnya saat acara ulang tahun sampeyan. Saat saya menuju tempat parkir, saya tidak sengaja melihat Ning Zahra dan Ustadz Idham sedang asyik mengobrol di sana.][Saya tidak bermaksud apa-apa, Gus. Hanya saja saya ingin memastikan, bahwa tidak terjadi hubungan apa-apa di antara mereka. Soalnya saya sedikit khawatir, karena saat itu Ustadz Idham memegang tangan Ning Zahra. Sepatutnya sebagai seorang istri, Ning Zahra tidak boleh melakukan hal itu kan, Gus?]
Seketika mata Gus Fajri memanas, jantungnya berdebar dengan kencang, rasa takut pun mulai menghampirinya. Berkali-kali Gus Fajri berusaha untuk tetap sabar dan tidak langsung terbawa emosi. Perlahan Gus Fajri menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Perasaannya semakin tidak menentu.
***
Sesampainya di rumah, Gus Fajri lebih banyak diam, sikap pria itu tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat celcius, tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Zahra heran. Apa yang terjadi pada Gus Fajri?
"A', A'a nggak mau makan? Zahra sudah menyiapkan makanan," ucap Zahra sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. Namun, tidak ada sahutan dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Teen FictionSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...