بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Assalamu'alaikum," ucap Umi Sarah dan Ning Miftah bersamaan memasuki kamar pasien.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah." Zahra tersenyum tipis menyambut wanita paruh baya itu dan mencium punggung tangan Umi Sarah. Tidak lama kemudian, datanglah Kyai Rahman dan Gus Ilham.
"Apa yang terjadi, Nduk? Fajri kenapa?" tanya Umi Sarah cemas.
"Gus Fajri terkena tipes, Umi. Kata dokter, dalam beberapa hari ini Dia akan dirawat di rumah sakit sampai kondisinya benar-benar sudah membaik," jawab Zahra.
"Kalian nggak usah khawatir, Fajri akan baik-baik saja. Secara kan sekarang juga sudah ada istri Fajri di sini. Dia yang akan merawat Fajri nantinya. Benar kan, Ra?" tanya Gus Fajri kepada Zahra membuat gadis itu merasa kikuk di hadapan mertuanya.
Mereka yang berada di sana lantas saling melemparkan senyum.
"Aduh, aduh. Abang ini gemesin banget, deh. Baru saja menikah, romantisnya Masya Allah sekali," timpal Ning Miftah senyum-senyum tidak jelas. Begitu juga dengan Umi Sarah.
"Benar. Jadi mau kembali ke masa muda," balas Umi Sarah melirik sekilas kepada sang suami. Kyai Rahman tertawa kecil melihat tingkah laku istrinya. Meski umur perempuan itu sudah tidak muda lagi. Namun, semangat empat limanya masih membara.
"Cepat sembuh," ucap Gus Ilham seraya menepuk pelan bahu Gus Fajri.
"Aamiin. Terima kasih do'anya."
***
Dua hari setelah dirawat di rumah sakit, kondisi Gus Fajri saat ini sudah benar-benar pulih, demamnya pun juga sudah turun. Gus Fajri juga sudah diperbolehkan untuk pulang.
Saat ini, pria itu tengah memainkan benda pipihnya.
"Handphone terus." cibir Zahra mengalihkan muka. Gus Fajri menoleh pada Zahra dan menaruh handphone itu di atas nakas.
"Kamu ada perlu sesuatu?" tanya Gus Fajri lembut membuat gadis itu terkekeh.
"A'a nyebelin."
Gus Fajri tersenyum. "Tapi cinta kan?"
"Dih, ge'er banget, sih. Mending A'a, mandi, biar tubuhnya segar." Zahra memalingkan wajahnya dan mengalihkan pembicaraan. Senyum Gus Fajri itu benar-benar membuatnya diabetes.
"Ngomong-ngomong, pagi-pagi kamu sudah wangi saja. Pakai parfumnya lima botol, ya?" sahut Gus Fajri.
Zahra menggeleng, "Kata siapa lima botol? Pagi ini Zahra pakai sepuluh botol sekaligus."
Gus Fajri tersenyum, "Ana uhibbuka fillah, Zaujati," ucapnya seraya mencium pipi Zahra.
Zahra menatapnya lewat samping dan terkekeh pelan, "Hampir setiap hari A'a bilang seperti itu."
"Tapi kamu suka, kan?"
"Hah? Nggak juga." papar Zahra.
"Benarkah? Kamu tahu kan, berbohong itu nggak boleh, dosa."
"Tapi berbohong demi kebaikan, boleh kan, A'?"
"Ra, cinta A'a ke kamu itu seperti nun mati ketemu huruf kha."
"Nun mati ketemu huruf kha, itu hukumnya idzhar. Albayan yang artinya jelas."
"Lalu, apa bedanya antara alif dan hamjah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...