بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
"Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh." ucap Gus Fajri sembari mendudukkan dirinya di sofa yang ada diruang tamu.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullaahi Wabarakatuh, baru sampai Le?" tanya Umi Sarah saat melihat putranya duduk di sofa.
"Iya, Umi." jawab Gus Fajri menyalami tangan Umi Sarah.
"Kenapa mukanya lesu begitu?"
"Capek Umi." balas Gus Fajri memeluk lengan Umi Sarah.
"Oh iya, satu minggu lagi, Zahra menikah."
"Biarin!" jawab Gus Fajri menutup matanya, saat ini dia tidak mau mendengar tentang Zahra.
Umi Sarah terkekeh. "Hm, bagaimana kabar Adnan sama Keisha?"
"Nggak tahu, Fajri nggak nanyain kabar mereka!"
"Terus, di sana ngapain saja?" tanya Umi Sarah.
"Tidur!" ucap Gus Fajri membuka matanya saat teringat sesuatu. "Berapa lama Miftah di rumah mertuanya?"
"Mungkin sampai hari pernikahannya Zahra. Bisa jadi, Miftah menetap di sana lagi," jawab Umi Sarah.
"Kalau Fajri kangen sama Ayesha bagaimana? Masa Fajri ke sana."
"Kamu nggak usah ke sana. Nanti Miftah yang akan datang, jika kamu kangen sama Ayesha," ujar Umi Sarah. "Kamu ikut kan Le, saat pernikahan Zahra?"
"Fajri sibuk Umi, jadi Fajri nggak bisa ikut."
"Pokoknya kamu ikut! Nggak boleh membantah!"
Gus Fajri berdiri dari duduknya. "Fajri capek, mau istirahat dulu, Umi."
"Baiklah, kamu istirahat saja. kelihatannya kamu kurang tidur semalam."
Gus Fajri menganggukkan kepalanya, lalu undur diri dari hadapan Umi Sarah.
***
Empat hari kemudian
Setelah beberapa hari Ning Miftah tinggal di rumah martuannya, akhirnya dia dan Ayesha berkunjung ke rumah Kyai Rahman.
"Accamu'alaitum, om Fajli?" Ayesha membuka pintu kamar Gus Fajri. setelah tinggal bersama Abi nya, Ayesha diajarkan beberapa hal, termasuk mengubah panggilan untuk Gus Fajri.
Ayesha tersenyum saat melihat Gus Fajri yang masih tertidur pulas.
"Om Fajli! bangun Om, Ayeca puyang." tangan Ayesha menjepit hidung Gus Fajri agar tidak bisa bernafas.
Gus Fajri yang merasa tidak bisa bernafas langsung terbangun. "Uhuk, uhuk, Ayesha, Abi nggak bisa nafas ini."
"Matanya Om, jangan tidul telus!" Ayesha naik ketempat tidur Gus Fajri.
"Kok panggil Om?" Gus Fajri heran mendengar nama panggilan Ayesha untuknya. "Kan biasa panggil Abi."
"Kan, Om Fajli bukan Abi nya Ayeca."
"Tau dari mana?"
"Ayeca kan punya Ab-" ucapan Ayesha terpotong saat Ning Miftah membuka pintu dengan sedikit kasar.
"Astaghfirullah hal'adzim." Gus Fajri mengelus dadanya. "Kalau masuk itu, ketuk dulu, ucapin salam."
"Peace, maaf Bang, Miftah buru-buru soalnya." Ning Miftah duduk di pinggir tempat tidur. "Hampir saja." batin Ning Miftah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...