45. Senja Terindah

57 13 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

Zahra masih memegang kitab sucinya membaca surah Al-Fajr, surah ke 89 dalam Al Qur'an, membaca terjemahan ayat 21 sampai 23 yang berbunyi:

"Kallaa izaa dukkatil ardu dakkan." “Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkam berturut-turut (berbenturan),”

"Wa jaa'a Rabbika wal malaku saffan saffan." “Dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris,”

"Wa jii'a yawma'izim bi jahannam; Yawma 'iziny yatazakkarul insaanu wa annaa lahuz zikraa." “Dan pada hari itu di perlihatkan neraka jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.”

Zahra tidak dapat membendung air matanya, rasa takut menjalar pada dirinya. Takut kerena dosa-dosa yang ia lakukan selama ini, tidak henti-hentinya dia mengucapkan istighfar.

"Ya Allah, ampunilah hamba mu ini."

"Assalamu'alaikum." ucap Gus Fajri.

Zahra tersadar mendengar suara dari Gus Fajri, dia berdiri menyambut kepulangan suaminya.

Memasang wajah dengan penuh senyuman. "Wa'alaikummusalam Warahmatullah." jawab Zahra sambil mencium tangan kanan Gus Fajri.

"Sudah shalat?" tanyanya.

Zahra menggeleng. "Belum. Ini baru saja Zahra mau shalat."

"Ya, sudah. Kita shalat berjama'ah bersama. A'a mau mandi sebentar. Nggak apa-apa kan kalau menunggu?"

Zahra hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak ingin membuatnya lebih lama menunggu, Gus Fajri bergegas mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.

"Allahu akbar." takbir Gus Fajri memulai shalat.

Saat shalat sampai akhir salam, hati Zahra merasa tenang. Siang hari yang seharusnya panas seolah berubah menjadi sangat sejuk.

Setelah selesai shalat, mereka juga berwirid, kemudian dilanjutkan dengan berdo'a. 

"Ya Allah, Engkau telah menitipkan amanah kepada hamba untuk hamba jaga selama hidup hamba. Seorang perempuan yang hamba cintai karena-Mu, kini Engkau titipkan dia kepada hamba. Ya Rabb, panjangkanlah umurnya, sehatkanlah dia, jadikanlah dia istri yang shalihah. Kuatkan hatinya untuk terus bersabar karena sikap hamba. Semoga hamba bisa menjaga, membimbing, dan menuntun keluarga kecil kami kelak untuk menggapai ridho-Mu. Jadikanlah dia ibu yang baik untuk anak-anak kami nanti. Jaga kami selalu, ya Rabb."

Do'a yang diucapkan Gus Fajri berhasil menembus ke hati Zahra, sehingga membuat air matanya ikut menetes.

"Ya Allah, saat suamiku mengucapkan janji sucinya di hadapan semuanya, Engkau dan penghuni langit pun turut menyaksikannya. Maka, Ya Allah, panjangkanlah umur suamiku, sehatkanlah dia, permudah jalannya untuk mencari nafkah, ridhoilah setiap langkah dia dalam mencari rezeki, mudahkanlah urusannya, ridhoi dan berkahilah rumah tangga kami, Ya Rabb, dengan kasih sayang dan limpahan rahmat dari-Mu. Aamiin ya Rabbal 'alamin," do'a Zahra lirih.

Gus Fajri memutar posisi duduk menghadap Zahra. Zahra pun meraih tangan Gus Fajri dan mencium dengan takdzim. Pria itu mengusap lembut kepala Zahra seraya mengecup singkat kening wanita itu.

Zahra mengerjapkan mata berkali-kali. Sungguh, jantungnya saat ini benar-benar tidak aman.

"Terima kasih," ucap Gus Fajri lirih dengan matanya yang menatap Zahra dalam.

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang