43. Maaf Gus

85 23 29
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

"Zahra, Aku itu kangen banget sama kamu."

Baru saja Zahra melangkahkan kakinya, sebuah pelukan erat langsung menyergapnya.

"Astaghfirullah 'adzim. Salam dulu, Sal." tegur Zahra membuat Salsa melepaskan pelukannya dan menyengir kuda.

"Hehe. Afwan, lupa. Assalamu'alaikum, Shohibati!" salamnya kemudian.

"Wa'alaikumussalam Warahmatuulahi Wabarakatuh," jawab Zahra disertai senyuman lebar.

"Bagaimana kabar kamu sama Gus Fajri, baik kan?"

"Alhamdulillah, kami berdua baik. Kamu sendiri?"

"Alhamdulillah, aku juga baik. Kiw, kiw, Sudah sama-sama saling memiliki, nih?" goda Salsa menyenggol bahu Zahra.

"Memiliki apa, sih?" alis Zahra menyatu dan menatap gadis yang berdiri di hadapannya itu dengan tatapan heran.

"Ya, ampun. Masa kamu nggak tahu sih, Ra? Itu, yang lailanni'matuddunya."

Sejenak Zahra terdiam, mencerna ucapan Salsa. Setelah beberapa menit, ia baru paham dan langsung memukul lengan gadis itu.

"Aku masih segel," sahut Zahra enteng.

"Hah?!" kaget Salsa.

"Selama dua minggu ini kamu masih segel? Demi apa?! Kamu serius? Kamu tidur satu kasur nggak sama Gus Fajri? Haish, kok bisa Gus Fajri tahan selama itu. Imannya terbuat dari apa? Nggak goyah sama sekali? Memangnya kamu nggak pernah jalan kayak bebek begitu di hadapan suami kamu? Wah, parah ini." cerocos Salsa dengan beribu-ribu pertanyaan membuat Zahra merasa pusing.

"Allahu Akbar. Sudah, jangan bahas itu di luar. Malu kalau di dengar yang lain. Ke dalam dulu, yuk." ujar Zahra. "Lagi pula Gus Fajri juga nggak minta, sama nggak maksa juga," sambungnya.

"Yasalam, bagaimana Gus Fajri mau minta, Zahra. Kalau kamunya saja sudah bikin undang-undang duluan," celetuk Salsa. Zahra lantas tertawa pelan.

"Dengar nih, ya. Kamu tahu nggak, apa balasan bagi istri yang menolak ajakan suami?" tanya Salsa. "Dosa, balasannya." sahutnya.

"Iya-iya, tahu," lirih Zahra

"Anak pintar, tapi aku salut deh sama Gus Fajri, bisa-bisanya dia tahan nafsunya. Padahal kalian tidur sekamar, berdua lagi. Nggak merem melek apa mata Gus Fajri?" Zahra mengangkat bahu acuh.

"Tahu, deh."

"Ngomong-ngomong, kapan kalian berdua bulan madu?"

"Kepo." ucap Zahra kemudian.

"Astaghfirullah, begitu amat punya shohib," ujar Salsa dramatis.

"Dih?"

"Ingat selalu kata aku. Dosa loh, kalau kamu menolak ajakan suami," ujar Salsa membuat Zahra terdiam sejenak.

"Ampun, kenapa diam?!" teriaknya, membuat lamunan Zahra buyar dengan telinga berdenging.

"Nggak usah teriak juga kali." ketus Zahra. Salsa, ia hanya menyengir kuda.

"Afwan, Ning. Daebak, Ning," ujar Salsa tertawa. "Sudah dulu, ya. Dadah, Besty. Aku pamit dulu, Assalamu'alaikum." salamnya.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

***

"Umi, Fajri sama Zahra pamit pulang dulu." ujar Gus Fajri.

Pasangan muda itu pun lantas mencium punggung tangan Umi Sarah.

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang