بسم الله الرحمن الرحيم
•
•
•
•***
Keesokan harinya, pagi ini, udara terasa sejuk sekali. Langit yang biru cerah menambah semangat Zahra dipagi hari ini.
Hari ini adalah awal dirinya masuk pesantren baru. Setelah seminggu mencari pesantren yang pas, akhirnya ia menemukan yang menurutnya cocok. Iya, Zahra memutuskan untuk pindah ke pesantren baru. Sayang hafalannya yang tersisa sebentar lagi akan menjadi Hafidzah 30 Juz Al-Qur'an.
Zahra perlahan memasuki gerbang pondok pesantren Al-Kahfi. Dilihatnya bangun kokoh membuat dejavu dengan pesantren Darussalam. Ia mulai melangkahkan kakinya, masuk ke area pesantren.
Brukk.
"Astaghfirullah, afwan kak. Ana tidak sengaja." ucap salah seorang santriwati perempuan yang sepertinya dia juga murid baru menurut Zahra.
"Na'am, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Zahra sembari menolongnya berdiri.
"Iya, ana tidak apa-apa. Afwan tadi ana jalannya nggak lihat-lihat kak!" balasnya ramah.
"Sudah, nggak papa." jawab Zahra.
Santriwati tersebut mengulurkan tangannya kepada Zahra, sontak Zahra menerima uluran tangannya.
"Nama ana Ziah, anti namanya siapa?" tanya Santriwati tersebut yang bernama Ziah.
"Ana Zahra, kamu murid baru juga disini ya?" tanya Zahra yang mencoba mengakrabkan diri.
"Salam kenal. Aku bukan murid baru, sudah agak lama di sini. Kalau kamu murid baru ya?" ternyata prediksi Zahra salah, dia bukan murid baru.
"Iya."
"Eummm, kamar kamu dinomor berapa?"
"Belum tahu juga, soalnya aku baru datang. Oh iya, aku boleh nanya? Ini ndalemnya dimana?"
"Ohh pantas kamu kelihatan seperti orang bingung, mari ana antarkan."
"Syukron Jazilah."
Zahra dan Ziah pun beranjak pergi dari tempat itu menuju ndalem. Letaknya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu beberapa menit kemudian sampai.
"Nah, ini dia tempatnya," terang Ziah.
"Syukron, sudah mengantar."
"Afwan. Sini, aku temenin masuk."
"Assalamu'alaikum." ucap keduanya serempak.
"Wa'alaikumsalam." jawab seseorang dari dalam.
"Ini Gus Raga, saya mengantar murid baru." terang Ziah.
Yang di panggil Gus Raga pun sontak menoleh. "Kamu pindah dari pesantren Darussalam?" tanya Gus Raga.
"Nggih, Gus." jawab Zahra dengan kepala menunduk.
Setelah mendapatkan jawaban, Gus Raga segera beranjak pergi menghampiri sebuah loker kecil yang tersimpan rapi di atas meja kerjanya.
"Sebelumnya nama kamu siapa?" tanya Gus Raga.
"Meisyarra Az-Zahrani Nadhifah, Gus. Biasa di panggil Zahra." jawab Zahra.
"Baiklah, ini kunci kamar pondok kamu, Zahra tinggal di kamar nomor 201. Ziah, bisa antar Zahra ke kamarnya?" pinta Gus Raga pada Ziah.
"Na'am Gus, ayo Zahra aku tunjukin. Kebetulan kamar kita tetanggaan." sahut Ziah dengan senang lantas memegang tangan Zahra.
Hati Zahra merasa tersentuh, lagi-lagi ia merasa dejavu. Saat Ayahnya mengantar dirinya masuk ke dalam pesantren untuk pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHKU [TAHAP REVISI]
Ficção AdolescenteSepasang mata tidak akan melihat kekurangan jika sebuah hati menetap dengan cinta. Seburuk apapun mata memandang, jika kita memandang dengan cinta tidak akan ada kekurangan dari makhluk tersebut. Cinta karena Allah yakni mencintai hamba Allah karena...