59. Mencintai Dan Dicintai

51 7 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم




***

"Gus Fajri, Zahra!"

Ustadz Adnan dan Keisha tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka. Pasutri itu lantas menoleh kebelakang.

"Ya Allah, kami cari-cari kalian ke mana-mana, tahu-tahunya malah romantisan di sini," celetuk Keisha dengan tawa khasnya.

"Kami mau pergi ke warung makan, soalnya sudah lapar. Bagaimana, kalau kita makan bareng-bareng."

"Kenapa makan di warung? Kita makan di tepi pantai saja. Aku dan Mas Adnan sudah bawa bekal untuk makan siang kita berempat."

"Ya, ampun, kenapa kamu nggak bilang, Kei? Kalau tahu kayak begitu, kan aku juga bakal bawa bekal dari rumah, jadi merepotkan kalian berdua."

"Benar. Kami jadi tidak enak, lebih baik kami makan di warung makan saja," sahut Gus Fajri yang dibalas dengan anggukan oleh Zahra.

"Jangan seperti itu, nggak perlu nggak enakan begini sama kita. Kan yang mengajak ke pantai ini, aku." Keisha menggeleng dan menarik tangan Zahra.

"Mas, tarik tangan suaminya juga, itu. Biar dia nggak kabur lagi," celetuk Keisha menyuruh Ustadz Adnan untuk ikut menarik tangan Gus Fajri. Mereka berempat sontak terkekeh.

"Kamu benar-benar sahabat yang terbaik, Kei. Aku harap persahabatan kita tetap terus terjalin seperti ini." Zahra tersenyum sumringah dan Keisha dengan semangat meng-aamiinkannya.

"Nanti, kapan-kapan kita double date lagi. Bareng anak-anak kita. Bagaimana? Sekalian ajak, Salsa." ucap Keisha di sela-sela makan siang mereka.

"Mas, sih, setuju-setuju saja. Bagaimana dengan sampeyan, Gus Fajri dan Zahra?" Ustadz Yusuf menatap Gus Fajri dan Zahra bergantian. Keduanya saling bertatapan sebelum akhirnya mengangguk kompak.

"Boleh, in Syaa Allah," sahut Zahra girang.

***

Usai makan siang. Kini kedua pasangan halal itu duduk santai di pesisir pantai, tentunya canda dan tawa menghiasi dengan indah di antara mereka.

"Assalamu'alaikum Dek. Boleh minta tolong foto, kami berempat?" Keisha berdiri dan menghampiri dua orang gadis yang sedang berada tidak jauh dari mereka.

"Wa'alaikumsalam, bisa, Kak," sahut mereka ramah. Keisha tersenyum dan menyerahkan benda pipihnya kepada salah seorang gadis itu. Ia pun duduk di samping Zahra.

"Pas nggak, posisi kita seperti ini?" ucap Keisha memperhatikan posisi duduk mereka.

Zahra mengangguk. "Ini sudah pas."

"Ya, sudah. Aku hitung, ya? Tampilkan senyum terbaik kalian. Satu, dua, tiga..." ucap gadis yang akan mengambil potret pasangan tersebut.

Cekrek!

Cekrek!

Senyum bahagia terpancar jelas dari wajah mereka. Ada berbagai macam gaya mereka ambil saat pemotretan. Tentunya dengan Zahra dan Keisha yang mengenakan gamis syar'i putih berbalut dengan jilbab pashmina, Gus Fajri dan Ustadz Adnan  yang mengenakan jubah putih dengan gaya rambut yang 'wow' membuat kedua gadis yang mengambil foto mereka itu turut salah tingkah melihat kebersamaan yang mengindahkan mata.

"Dek, menurut kamu gaya apa lagi yang cocok untuk kami?" tanya Zahra kepada dua gadis itu. Mereka terlihat berpikir sejenak dan salah tingkah sendiri sebelum mengatakannya.

HIJRAHKU [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang