ARIATHA [26. Bukan Dia]

543 25 0
                                    


"Siang My Mom," sapa Ari sambil membuka pintu kamar mamanya.

Ia datang dengan satu bingkisan roti sesuai dengan pesanan wanita itu. Di tambah satu kantong plastik buah-buahan pula.

Ari si anak baik, Ari si anak perhatian, Ari si anak yang membuat mamanya planga-plongo tidak jelas karena tingkahnya barusan.

"Lah Mama pesannya roti, kamu bawanya buah juga?"

"Kan Mamanya Ari yang cantik ini lagi sakit. Jadi Ari sebagai anak yang baik harus lebih perhatian dan nunjukin kasih sayang pol."

"Biar Mama cepat sembuh." Ari menyempatkan diri untuk mencium pipi mamanya setelahnya.

Bukannya tidak suka diperlakukan dengan sangat manis oleh Ari. Nea senang, sangat senang sampai ia sempat beberapa kali menepuk pipinya sendiri hanya untuk memastikan apakah yang ada di depannya saat ini memang beneran Ari anaknya ataukah bukan.

Ari bukanlah anak yang manis, yang gemar membuat mamanya senyam-senyum sendiri karena perhatiannya.

Lalu kenapa hari ini anak itu terlihat berbeda? Kenapa Ari menjadi anak baik yang nyaris membuat Nea bertanya-tanya kepada diri sendiri, apakah sosok yang kini ada di hadapannya beneran Ari anak lelakinya yang selama ini ia kenal ataukah bukan.

"Kak Aqila udah balik ya?" tanya Ari sembari mengedarkan pandang di seluruh sudut kamar mamanya. Saat memasuki rumah, ia pun sama sekali tidak melihat kehadiran Aqila di sana.

"Habis nganter Mama dia langsung cabut. Padahal tadi itu Mama nyuruh dia yang beliin roti di tokonya Freya. Tahunya malah nyuruh kamu."

"Malah bagus Kak Aqila nyuruh aku ke tokonya Freya, Ma," ucap Ari dengan wajahnya yang sudah senyam-senyum lagi.

Nea jelas heran. Ini anaknya tidak gila karena disuruh belanja roti kan?

"Sayangggg...banget sama Mama."

Nea kembali berjengit melihat tingkah Ari yang...ini anak saya lagi cosplay jadi apa sih.

"Ri, kamu nggak lagi stress karena Mama nyuruh-nyuruh kamu terus kan? Otak kamu nggak geser karena disuruh beli roti kan?"

Ari langsung kalem kembali. Ia meraih tangan mamanya. Lalu mencium punggung tangan wanita itu dengan manja dan lembut.

"Pamit ke kamar dulu ya, Ma. Pengen bersih-bersih diri dulu biar entar sore bisa langsung go buat jemput tuan putri."

Nea kembali melongo. Ini anaknya memang beneran lagi sakit kayaknya.

***

Ari tahu ini terlalu tiba-tiba untuknya. Dan untuk Reatha juga tentunya. Namun, Ari tidak bisa tinggal diam saat melihat bagaimana Reza memperlakukan sahabat sekaligus orang yang ia... suka?

Yap, seperti yang ia katakan tempo hari kepada Reatha. Ari tidak berbohong. Ia memang menyukai Reatha. Sekedar suka, yang sebenarnya sama sekali tidak pernah kepikiran untuk melangkah lebih jauh seperti...pacaran.

Namun kondisi Reatha saat ini, apalagi saat mendengar mamanya mengomel karena Reza malah menghasutnya dengan berbagai alasan. Ari mendadak kesal.

Sangat amat kesal, meski sudah sejak awal ia kesal dengan lelaki itu karena tega meninggalkan Reatha disaat sedang sayang-sayangnya.

Meninggalkan plus menyelingkuhi Reatha, dengan selingkuhan yang ternyata ibu dari Reatha sendiri. Gila kan lelaki itu.

Tapi itulah Reza dan beragam kegilaannya. Segala hal buruk yang ia miliki membuat Ari ingin melindungi gadis itu. Ia ingin Reatha bahagia. Lebih bahagia dibanding saat bersama dengan Reza dahulu.

ARIATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang