Setelah beragam pertimbangan, Reatha akhirnya memutuskan untuk menemui ibunya. Meski ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi nanti saat ia bertemu dengan wanita itu.
Namun sebisa mungkin Reatha menurunkan egonya. Membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Sebab cepat atau lambat ia pun akan tiba dalam situasi rumit ini. Menyaksikan ibunya hidup bahagia dengan lelaki yang dulunya adalah orang yang begitu mencintainya.
"Hari ini makan bareng teman lagi ya, Mbak?" tanya Hera saat mereka berjalan di sekitar lobby kantor.
Reatha yang sedang sibuk dengan ponselnya, seketika mendongakkan kepala untuk melihat Hera yang berjalan di sampingnya. Reatha menyempatkan diri untuk tersenyum.
"Nggak kok. Hari ini mau makan siang bareng Ibu saya. Kebetulan dia ada di Jakarta dan lagi pengen makan siang bareng."
Hera mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari Reatha. Setelah tiba di depan pintu masuk kantor, keduanya saling berpisah satu sama lain. Hera yang memilih berjalan menuju warung makan yang ada di seberang kantor. Sementara Reatha yang masih berdiri di tempatnya sambil menunggu taksi datang menjemputnya.
Usai membawa mobilnya ke bengkel bersama Zidan tadi pagi, Reatha memutuskan untuk meninggalkan kendaraannya di bengkel karena kerusakan mobilnya yang lumayan parah.
Daripada terlambat ngantor dan lelah menunggu di bengkel, Reatha lebih memilih meninggalkan mobilnya saja di sana dan memberi kepercayaan penuh kepada kepala bengkel untuk mengurus mobilnya hingga baik kembali sebagaimana yang ia harapkan.
Itulah mengapa Reatha berdiri di depan kantornya, menunggu taksi datang menjemput untuk kemudian mengantarkan menuju Deenswiss, tempat ia akan bertemu dan makan bersama ibunya siang ini.
"Ke Deenswiss ya, Pak," jelas Reatha saat taksi yang ditumpanginya sudah hendak melaju.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibunya bahwa letak Deenswiss lumayan dekat dari arah kantornya, Reatha hanya butuh lima belas menit saja untuk sampai di depan tempat yang hendak ia tuju.
Walau dengan langkah ragu, Reatha mencoba untuk melangkah masuk ke dalam.
Suasana tempatnya yang cukup sunyi membuat Reatha dengan mudah menemukan ibunya.
Ia tersenyum saat seorang perempuan dengan balutan dress berwarna merah marun melambai padanya.
"Ibu udah lama?" tanya Reatha sebelum duduk di kursinya.
"Baru nyampe juga kok. Kamu mau pesan apa, sayang?"
Reatha memandangi ibunya yang sibuk membolak balikkan buku menu yang ada di tangannya.
Ini adalah kali pertama Reatha datang di tempat tersebut. Dan cukup sulit baginya untuk menentukan menu apa yang seharusnya ia pesan di sana.
"Ngikut pesanan Ibu aja deh," ucap Reatha pada akhirnya.
"Oke kalau gitu. Emmm, Ibu pesenin blackforest sekalian ya. Cake di sini enak-enak. Dijamin kamu pasti suka."
Reatha hanya mengangguk, tak ingin berkomentar terlalu jauh. Makanan seenak apapun itu, tampaknya agak lumayan sulit untuk tertelan dengan baik di tenggorokannya kali ini.
"Gimana kerjaan kamu, lancar kan?" tanya ibunya saat usai memesan menu makanan dan minuman untuk mereka berdua.
"Lancar kok, Bu. Nggak ada masalah sama sekali."
Perempuan yang ada di hadapan Reatha mengangguk paham. Lalu ia kembali fokus lagi dengan ponselnya.
"Pekerjaan Ibu gimana?" tanya Reatha mencoba untuk basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIATHA
ChickLitReatha mulai ragu dengan konsep happy ending dalam sebuah cerita. Terkhusus untuk cerita hidupnya sendiri. Sejak kecil hingga menginjak dewasa, ia kerap kali dihantam oleh rasa sakit. Rasa senang yang ternyata sedang menyamar sebelum membuatnya mera...