ARIATHA [8. Please Jangan Melewati Batas]

518 19 0
                                    

Ari terbangun, merasakan kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut. Sebenarnya ia sudah hendak bergegas bangun dari tempat tidur. Namun terhenti karena mendengar suara sumbang yang berasal dari sofa berbentuk U yang ia tempati bermain truth or dare semalam bersama teman-temannya.

Sudah ada Cleon dan Freya di sana. Sebenarnya Ari bisa langsung bangun dan menghampiri mereka. Tetapi langkahnya terhenti saat mendengar nama perempuan yang begitu familiar baginya.

Dan atas alasan itulah Ari berdiri di depan unit apartemen Reatha sekarang. Dengan wajah segar sehabis mandi pagi dan juga kostum yang sudah siap untuk joging.

Sebenarnya, masih terlalu pagi bagi Ari untuk berkeliaran di waktu weekend seperti ini. Namun entah mengapa lelaki itu malah merelakan waktu istirahatnya hanya untuk menemui, Reatha.

"Pagi, Tha. Baru bangun ya?" ucapnya saat pintu apartemen Reatha sudah terbuka lebar.

Sedangkan bola mata Reatha membulat sempurna saat melihat Ari yang kini berdiri tepat di depan unit apartemennya.

Belum sempat Reatha menjawab sapaannya, lelaki itu sudah melengos masuk ke dalam ruangan. Mengambil tempat di sofa dan rebahan di sana seolah tempat duduk tersebut memang didesain khusus untuknya.

Reatha harusnya tidak sedang bermimpi kan?

"Awww,," pekiknya saat merasakan bagaimana pipinya yang terasa panas akibat ulahnya sendiri.

Reatha memang sengaja mencubit pipinya untuk memastikan apakah sekarang ia sedang bermimpi ataukah tidak.

Dan, sakit. Reatha merasakan sakit setelah mencubit dirinya sendiri..

"Ini bukan mimpi. Lelaki yang duduk di sofa memang Ari," gumam Reatha sebelum memutuskan melangkah maju menghampiri Ari.

"Ngapain ke sini?" jelas Reatha dengan nada sinisnya.

Mendengar pertanyaan barusan malah membuat alis Ari terangkat sebelah. Ia menatap Reatha dengan penuh tanya. Padahal harusnya Reatha lah yang sedang bertanya-tanya sekarang.

"Maksud gue, ini kan weekend dan masih pagi banget untuk bertamu ke rumah teman, Ri. Apa nggak salah lo ke sini sekarang?" ucap Reatha meralat pertanyaannya tadi.

"Emang kalau mau bertamu ke rumah teman harus ada waktunya juga ya. Bukannya kalau mau datang ya tinggal datang aja."

Ari lanjut menatap layar ponselnya, entah sedang sibuk dengan apa di sana.

Sementara itu, Reatha yang sudah lelah berdiri memutuskan untuk bergabung duduk di sofa bersama Ari.

Dengan bermodalkan piyama dan wajah kusut khas bangun tidur, ia mengawasi gerak gerik Ari yang memang tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Selain kedatangannya yang begitu pagi dan juga tiba-tiba.

"Joging yuk. Pulang joging kita mampir makan bubur ayam yang ada di dekat taman. Kata Kalil sih, bubur ayam di sana udah yang paling enak. Porsinya juga bisa bikin perut sesak."

"Joging?"

Ari mengangguk. Sikunya bertumpu di atas paha, kemudian ia gunakan untuk menyangga dagunya. Tatapannya tertuju pada Reatha yang sedang bingung menatap tingkahnya.

"Buruan gih, ganti baju."

"Sekarang?"

"Enggak sekarang Reatha Talisya, tahun depan aja. Nunggu penjual bubur ayamnya gulung tikar dulu." Terdengar hembusan napas panjang dari Ari setelahnya.

Perlahan Ari merubah posisinya. Punggungnya sudah merapat di sandaran sofa. "Ya sekarang lah. Ngapain gue nyuruh lo ganti baju kalau perginya nunggu tahun depan. Otak lo hijrah ke mana sih. Kok bego banget."

ARIATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang