ARIATHA [5. Perempuan Itu, Ibuku]

656 32 0
                                    

"Ari, Adhikari."

Ari menoleh ke kanan dan langsung memasang senyum seadanya saat melihat Alula melambai padanya.

Sebelum Ari beranjak menghampiri sahabatnya itu, Zidan sudah lebih dulu melangkah menghampiri Alula dan Kyla di mejanya.

"Lula, Kyla. Makan di sini juga? Wah kebetulan," jelas Zidan menarik kursi agar ia bisa duduk di sana.

Ari mengikuti dari belakang. Tak terlibat obrolan antara Alula dan Kyla. Hanya memilih duduk dan diam tanpa kata.

Sikap Ari yang berbeda dari biasanya, membuat Alula dan Kyla saling berpandangan dengan penuh tanda tanya. Sebelum akhirnya ia melirik Zidan yang sudah sibuk sendiri dengan daftar menu yang ada di meja.

"Oh, itu," jawab Zidan mencoba memahami keheranan sahabatnya. "Lagi galau. Abis putus cinta. Biasalah."

"Ptffff..." Alula dan Kyla menahan tawanya agar tidak berhamburan keluar dan membuat meja mereka menjadi heboh.

"Tumben banget. Sejak kapan memang si badboy kita yang satu ini galau karena putus cinta. Apa nggak salah. Pala lo nggak pernah terbentur tembok kan, Ri?"

"Ari juga manusia kali, La. Bisa sakit hati dan kecewa juga walaupun dia itu player sejati yang tiada tandingan."

"Dan, bisa diem nggak lo," timpal Ari yang sudah melempari Zidan dengan gulungan tisu yang ada di atas meja.

Alula dan Kyla langsung terkekeh saat mendengar perdebatan antar dua sejoli barusan. Sebelum akhirnya suara Reatha membuat semua fokus mereka teralihkan.

"Sorry ya, kita telat banget. Macet soalnya," jelas Reatha dengan tas yang sudah ia letakkan di atas meja.

Hanya tersisa dua kursi kosong di sana. Satu di samping Ari, dan satunya lagi di samping Alula. Posisi Reatha saat ini sedang berdiri di antara dua kursi kosong tersebut. Tetapi sialnya Freya yang baru tiba justru langsung mengambil alih kursi yang ada di samping Alula tanpa banyak pikir panjang.

Freya sudah duduk di kursinya. Sementara Reatha masih sibuk berdiri sembari tukar pandang dengan Ari yang sudah memperhatikannya sejak tadi.

Mereka hanya saling tatap, tak ada sapa sama sekali, hingga terdengar suara Freya yang meminta Reatha untuk segera duduk di kursinya.

"Kalian udah pada pesan?" tanya Freya yang sibuk mengotak atik isi tasnya.

"Belum sih. Zidan baru liat-liat daftar menu doang tadi, belum nentuin juga mau pesan apa."

"Gue fried chicken aja deh. Sama es teh. Lagi nggak mau makan yang aneh-aneh," jelas Zidan sebelum dimintai pendapat oleh sahabat-sahabatnya.

"Gue ngikut menu Zidan aja kalau gitu," jelas Reatha, juga tak ingin ambil pusing.

"Ya udah, gue juga deh. Tapi minumnya gue mau es jeruk aja."

Karena Alula pun pengen menu yang sama dengan Zidan dan Reatha, Freya akhirnya memesan menu yang seragam sekalian.

Tidak banyak obrolan yang berlangsung di meja makan. Hanya terdengar celetukan Zidan sesekali, dan disambut dengan kenyolotan Freya setelahnya.

Reatha pun tak banyak berkomentar, hanya tersenyum sesekali jika memang hal itu dibutuhkan.

Dan untuk makan siang yang diagendakan oleh Freya hari ini, Reatha sangat bersyukur dengan itu. Berkat Freya ia akhirnya bisa menepis segala kerumitan hidupnya untuk sementara.

Setidaknya Reatha bisa benar-benar tertawa lepas tanpa harus repot memikirkan banyak hal tentang dunianya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Mau langsung balik kantor, Tha?"

ARIATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang