ARIATHA [Extra Part 3: Badai Kecil]

365 8 0
                                    

Tidak ada yang lebih kaget dibandingkan dengan Ari. Bagaimana tidak, harinya yang semula baik-baik saja, mendadak berubah dalam sekali jentikan jari. Padahal tadinya ia sudah menyiapkan hadiah kecil untuk Reatha.

Selingkuh? Bulu kuduknya bangkit bahkan ketika kata itu hanya sekedar diucapkan. Lantas bagaimana bisa orang lain– maksudnya istrinya, memikirkan hal seperti itu? Bagaimana bisa ia berpaling dari seorang Reatha Talisya dengan begitu cepat padahal ia ingat baru beberapa jam yang lalu ia mengirim pesan suara ke istrinya jika ia sudah kangen dan ingin memeluknya segera.

Ari masih mematung di parkiran mall. Bahkan ia tidak peduli dengan kemejanya yang kini kotor karena noda minuman yang tadi disiram Reatha padanya. Dan helaan napas panjang itu terdengar lagi. Pikirannya kembali kusut dan tak terkendali.

"Reatha udah balik?" Suara itu diiringi napas yang terengah.

Ari menoleh, mendapati Freya, Alula dan juga Kyla di sana. Sama seperti Ari, wajah ketiganya juga terlihat panik dan khawatir.

"Iya udah balik," jawab Ari dengan lemas. "Dia marah banget kayaknya."

"Bukan kayaknya lagi. Tapi emang beneran udah marah." Freya menjawab dengan intonasi yang sedikit nyolot. "Lagian lo juga sih, udah punya istri, masih aja centil kayak anak ABG. Please lah Ri, lo itu udah nikah, bukan pacaran lagi. Udah nggak jaman buat centil ke semua wanita."

Ari tertunduk lemas. "Iya gue tau gue salah. Tapi gue beneran nggak selingkuh. Gue sama Ania, pure cuma rekan kerja doang. Ania juga udah punya keluarga kok. Bahkan dia baru aja lahiran beberapa bulan lalu. Nggak mungkin bangetlah kita ada apa-apa."

"Itu penjelasan lo. Terlepas dari benar atau enggaknya, apa yang Reatha lihat tadi nggak kayak gitu. Lo jelas-jelas cipika-cipiki di depan umum, Ri. Dia juga sempat meluk lo kan, meski nggak lama-lama banget sih, tapikan tetap aja di mata orang lain kalian terlihat pelukan. Dan satu lagi. Kalian itu sempat pacaran pas kuliah. Lama pula. Hampir dua tahun kan, kalau gue nggak salah ingat?"

"Gue pacaran lama sama dia karena waktu itu Ania nggak mau putus aja, Frey, bukan karena gue memang cinta banget sama dia sampai segitunya."

"Tapi tetap aja lo sama dia mesra banget meski lo ngakunya nggak cinta."

"Oke, fine. Ania emang pacar terlama gue. Tapi cuma sebatas itu, Frey. Hubungan kita juga udah lama selesai kan. Dan nggak ada apa-apa lagi setelah semuanya berakhir. Lo kayak nggak tahu Ania aja. Diakan emang gitu setiap kali ketemu orang. Bagi dia cipika-cipiki plus pelukan itu seperti pengganti kata hai apa kabar. Nggak lebih."

"Tapikan istri lo nganggepnya nggak kayak gitu."

"Terus sekarang gue gimana dong?"

"Ya minta maaflah, bego," sambar Kyla yang sudah greget duluan melihat Ari yang tampak begitu putus asa.

"Gimana caranya gue minta maaf, liat muka gue aja Reatha nggak mau."

Alula menghela napas panjang. Sebenarnya ia tidak ahli juga jika sudah berhubungan dengan cinta-cintaan. Secara, dia baru satu kali pacaran selama hidup di dunia. Itupun cuman bertahan sebulan.

"Ya lo bilang aja, Tha, gue minta maaf."

Kyla langsung melirik Alula dengan tajam. "Nggak gitu juga dong, Lula." Kyla lantas beralih untuk melihat Ari. "Nggak usah didengerin saran dari orang yang nggak ngerti cinta."

Alula jelas tidak terima. "Kayak lo ngerti aja. Kita sama-sama jomblo kali."

"Tapi pengalaman gue lebih mending dibanding lo. Gue udah sempat pacaran beberapa kali. Nggak kayak lo yang cuma sekali doang, habis itu jomblo sampai karatan."

"Duh, kok kalian malah ribut sih," protes Freya yang melerai Alula dan Kyla.

"Kata Reatha, setelah nikah, dia ngerasa kayak punya jarak sama lo. Dia ngerasanya nggak memiliki space yang cukup untuk quality time layaknya pasangan muda pada umumnya. Dia ngerasa kalian kayak lagi pacaran aja, plus jarak jauh pula. Emang selama ini kenapa lo jaga jarak dengan Reatha, Ri?" Freya sudah berpaling kepada Ari.

Kening Ari semakin mengerut. Kepalanya jelas saja mumet. "Reatha ngomong gitu sama lo?"

Freya lantas mengangguk. "Hm, dia ngomong gitu."

"Dan setelah dia ngomong gitu, lo malah muncul dengan adegan romantis yang membuat Reatha yakin kalau alasan lo menjaga jarak sama dia karena lo ada hati sama mantan lo itu," Kyla ikut mempertegas.

"Astaga," ucap Ari frustasi sambil membasuh wajahnya dengan kasur. "Gue bukannya jaga jarak. Andai bisa, gue juga maunya tiap detik bareng sama dia. Tapi mengingat kita yang sama-sama sibuk kerja, nggak mungkinkan hal itu bisa kejadian."

Freya, Alula dan Kyla menatap wajah Ari yang bak benang kusut. Jujur, mereka juga sedikit prihatin melihat pemandangan itu. "Ya... Reatha nganggepnya gitu."

"Sebenarnya gue udah rencanain buat ngajakin dia bulan madu, bahkan gue udah beli tiketnya jauh hari sebelum kita nikah. Tapi karena perusahaan gue lagi bermasalah dan nggak memungkinkan untuk ditinggal, terpaksa harus gue undur dulu karena nggak adil aja kalau gue lagi bulan madu sama Reatha tapi pikiran gue malah kemana-mana. Gue sengaja dua minggu belakangan ini mati-matian buat lembur karena gue mau urusan gue di kantor bisa cepat kelar. Biar gue bisa cepat-cepat bulan madu bareng dia. Bukan karena ada maksud lain."

"Makanya lo harus jelasin semuanya ke Reatha, bukannya jelasin ke kita," Freya kembali memberi saran.

"Oke," Ari menelan ludah. "Gue pamit duluan kalau gitu. Thanks, ya buat sarannya."

Tanpa menunggu aba-aba lagi, Ari sudah berlari menuju mobilnya. Tujuannya kali ini adalah kantor Reatha. Ia akan melakukan apapun untuk membuat wanita itu memaafkannya.

***

Lanjutannya akan diupload nanti malam di KK

Tunggu ya...!

!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARIATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang