Attarazka Adhikari
Lagi ada meeting mendadak nih. Kayaknya bakal telat tiga puluh menit
Gapapa kan nunggu lama?
Abis meeting aku langsung jemput kamu
I'm so sorry, dear
Deretan notifikasi yang ada di ponselnya membuat Reatha tertegun lama. Aku, dear, kalimat itu terasa sangat aneh sekaligus asing baginya.
Orang yang dulunya paling sering membuatnya marah dan kesal malah bertransformasi menjadi lelaki yang bersikap manis padanya.
Jujur, Reatha belum siap dengan segala perubahan itu. Perubahan sikap Ari padanya.
Apakah Ari adalah sejenis manusia yang sangat mudah berubah. Begitu pula saat ia memutuskan untuk menyatakan cinta padanya lalu tahu-tahu ia ingin menikah saja.
Ari terlalu tiba-tiba untuk Reatha yang lamban bagai siput.
"Belum balik, Tha?" sapa Indra saat mendapati Reatha masih duduk manis di lobby.
Lelaki itu nampaknya sudah bersiap untuk pulang. Lengkap dengan kemeja kusut dan juga rambutnya yang acak-acakan tidak beraturan, tidak serapi saat ia datang ke kantor hari ini.
Di luar pun matahari sudah hendak beranjak tenggelam, meninggalkan tempatnya yang begitu tenang dan damai.
Reatha tersenyum sekilas, lalu mengangguk pelan. "Iya nih, belum balik gue. Lagi nunggu orang," jawabnya berusaha berkata jujur.
Meski jujurnya kali ini tidak secara full juga sebenarnya. Sebab harusnya ia menambahkan nama Ari dalam kalimatnya tadi.
"Nunggu siapa, Tha?" malah Indra ngebet ingin tahu. Sekarang ia sudah ikut duduk di samping Reatha.
"Ah... itu, gue lagi nunggu, ada deh pokoknya. Lagi nunggu orang," ucapnya terbata, tak sanggup jujur pada Indra jika ia sedang menunggu Ari datang untuk menjemputnya.
"Oh nunggu orang. Kayaknya special person nih. Gebetan baru ya, Tha?" tanya Indra kembali dengan keingintahuannya alias kekepoan akutnya tentang Reatha.
"Apa sih, Ndra. Em hari ini lo nggak lembur?"
Ditanya seperti itu membuat Indra menggaruk alisnya. Walau sebenarnya tidak sedang gatal sama sekali.
Ia menghembus napas kasar. "Kayaknya hidup gue di kantor ini nggak lengkap ya kalau sehari aja nggak lembur kerja."
Sejauh yang Reatha tahu, Indra memang tergolong dalam manusia penyuka lembur. Sangat jarang sekali lelaki itu pulang tepat waktu. Sesuai lah dengan jabatannya sebagai manager.
"Habisnya lo kan jarang banget pulang cepat. Lah hari ini, lo malah pulang sebelum langit pada gelap. Kan jadi kelihatan aneh, Ndra. Nggak kayak Indra yang gue kenal aja gitu."
"Gitu ya, Tha? Wah, kayaknya gue harus ngubah jadwal kerja nih. Kalau bisa jam lemburnya dihapusin aja dari agenda hidup gue."
Reatha ikut terkekeh mendengar pernyataan Indra barusan. "Ada-ada aja lo. Tapi kayaknya emang harus dihapuskan sih, biar lo ada waktu buat cari pacar juga. Kalau lembur terus kan, kapan lo bisa nikah."
Ucapan Reatha barusan justru membuat Indra tertegun. "Iya juga sih. Kalau gitu gue bakal ngurangin jadwal lembur."
"Yap harus banget sih lo ngurangin jadwal lembur." Reatha memberi masukan seolah dia adalah seorang ahli di sini. Padahal selama ini ia pun termasuk dalam jajaran manusia gila kerja.
"Lo udah baca chat grup, nggak?"
"Chat grup?" Reatha balik bertanya.
"Iya, chat di grup pasukan acara tanpa wacana. Pengumuman penting yang dikirim Ari tadi siang," jelas Indra berusaha menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARIATHA
ChickLitReatha mulai ragu dengan konsep happy ending dalam sebuah cerita. Terkhusus untuk cerita hidupnya sendiri. Sejak kecil hingga menginjak dewasa, ia kerap kali dihantam oleh rasa sakit. Rasa senang yang ternyata sedang menyamar sebelum membuatnya mera...