Segala hal tentang Ari berhasil mengalihkan dunia Nea yang semula tenang dan damai. Perempuan yang baru saja pulih dari sakitnya itu, pun kini telah beraktifitas kembali sebagaimana biasanya.
Dan tujuannya kali ini adalah apartemen anak kesayangannya. Setelah sebelumnya ia nyasar di kantor Ari dan hanya menemukan ruang kerja yang kosong di sana.
"Ari nggak masuk kantor, Tante. Katanya sih lagi nggak enak badan," ucap Zidan saat Nea berada di kantor anaknya itu.
"Nggak enak badan?" ucapnya lirih sembari berjalan menyusuri koridor apartemen anaknya. "Nggak enak badan, tapi nggak ngabarin orang tua, dasar."
Nea sudah tiba di depan unit apartemen Ari. Akan tetapi karena tahu Ari sedang sakit, ia tak berniat memencet bel dan membuat Ari harus membukakan pintu untuknya.
Beruntung karena ia memiliki akses untuk masuk ke dalam sana. Nea masih hafal password apartemen anaknya yang satu itu.
Namun langkah jenjang wanita paruh baya itu perlahan melambat seiring dengan pemandangan yang ia saksikan di depan matanya saat ini. Niat hati ingin putar badan dan segera pergi dari sana karena tak ingin mengganggu anaknya, Nea justru berteriak saat Ari hendak mencium Reatha.
"ARIIII..." teriaknya dengan kencang hingga membuat Ari dan Reatha saling berhamburan begitu saja.
Keduanya mendadak panik saat tahu siapa yang datang. Dan Reatha yang paling khawatir di sini.
"Mama? loh kok."
Nea bolak balik di depan kursi, tempat di mana Reatha dan Ari sedang duduk berdampingan. Pacu jantungnya meningkat seratus kali lipat dari biasanya saat melihat tingkah Ari yang semakin menggila saja.
"Jadi benar kata Mia. Kamu," Nea tidak melanjutkan kalimatnya, malah menghela napas panjang sambil melirik Reatha dengan senyum?
"Kenapa nggak bilang kalau kamu sukanya sama teman sendiri. Tahu gitu kan Mama nggak perlu repot nyariin kamu jodoh sana sini segala."
Nea sudah mendekat ke kursi, untuk kemudian mengambil tempat duduk di samping Reatha. Nea memang sempat bertemu Reatha beberapa kali. Dan ia pun tahu jika Ari dan Reatha sudah berteman sejak SMA.
Reatha masih menunduk lemah, tidak menyangka akan terjebak dalam situasi yang sumpah JLEB banget seperti ini.
Kedapatan saat sedang ciuman. Oleh orang tua dari pihak lelaki pula. Apakah setelah ini ia akan segera dinikahkan?
Oh no...no, Reatha. Nggak mungkin ke-gap mau ciuman aja, harus pake acara nikah segala kan. Please lah jangan ngaco, jelas Reatha dalam hati.
"Reatha kan?" tanya Nea kepada Reatha.
Reatha tersenyum kaku. "Iya, Tante."
"Panggil Mama dong. Kok Tante sih. Kan bentar lagi kamu bakal nikah sama Ari, kan?"
Ari langsung terkekeh pelan mendengar obrolan barusan. Kali ini ia sudah kembali bersandar di sofa, membiarkan mamanya dan juga Reatha saling ngobrol satu sama lain.
Tadinya Ari panik karena mengira mamanya akan marah padanya seperti yang selama ini biasa terjadi saat Ari sedang kedapatan bersama dengan seorang perempuan.
Namun reaksi mamanya kali ini, mampu membuat Ari mengelus dada karena posisinya sedang aman-aman saja. Mamanya tidak ganas sebagaimana biasanya.
"Jadi kapan kalian akan menikah? Tanggal 12 bulan 12 aja gimana? Tanggal cantik, bakal berkesan tuh kalau kalian nikahnya di tanggal cantik kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIATHA
ChickLitReatha mulai ragu dengan konsep happy ending dalam sebuah cerita. Terkhusus untuk cerita hidupnya sendiri. Sejak kecil hingga menginjak dewasa, ia kerap kali dihantam oleh rasa sakit. Rasa senang yang ternyata sedang menyamar sebelum membuatnya mera...