Reatha Talisya
Jangan lupa obatnya diminum
Ingat istirahat juga
Kalau perlu lo pulang apartemen aja gih, nggak usah nongkrong di kantor mulu
Attarazka Adhikari
Siap Nyonya
Hari ini janji nggak bakal lembur kok
Reatha Talisya read message
Attarazka Adhikari
Pulang kantor bentar gue jemput ya
Sebelum jam lima sore gue udah stay depan kantor lo
Reatha Talisya
Nggak perlu Ri. Gue bisa pulang naik taksi
Mendingan lo istirahat aja deh
Muka bonyok gitu sok-sokan mau jemput gue segala
Attarazka Adhikari
Jam lima gue tunggu di depan kantor lo, ya
See you Reatha tayang
Eh kayang
Eh sayang
Eh lupa, nggak boleh sayang-sayangan kalau belum jadi muhrim
Jadinya Reatha calon muhrim aja deh kalau gitu
Reatha Talisya
Saraf lu, Ri
Nyebut gih, sebelum lo kerasukan setan kantor
Ari terkekeh melihat deretan pesan singkat yang baru saja dikirim oleh Reatha untuknya.
Usai makan siang bersama, Ari mengantarnya ke kantor sebelum kembali ke kantornya sendiri. Dan sejak itu pula senyum tak juga lepas dari wajahnya. Padahal sekarang memar sudah menghias wajahnya dengan sangat indah bagai taburan bintang saja.
Di depan pintu ruangan Ari, sudah ada Zidan dan Kalil yang sedang berkacak pinggang sambil memandangi temannya yang sedang senyum-senyum sendiri di kursi kerjanya.
Kedua sahabatnya itu saling berpandangan satu sama lain. Meneliti dengan intens tingkah Ari yang begitu aneh bagi mereka hari ini.
"Kemarin galau setengah mati. Sekarang udah senyam senyum aja kayak orang gila yang kehabisan obat."
"Tau tuh. Aneh banget emang teman lo, Dan."
"Teman gue, berarti teman lo juga dodol."
"Eh iya yah. Hehehehe."
Zidan menjitak kepala Kalil karena kesal dengan kegoblokannya.
"Tapi wajah Ari kenapa tuh? Kok pada penyok gitu. Kayak trotoar yang habis dilindas buldoser aja."
"Gila aje lo nyari perumpamaan, Lil," Zidan lagi-lagi menggeleng mendengar ocehan Kalil barusan.
Karena Ari tak kunjung sadar dengan kehadirannya di sana, Zidan dan Kalil akhirnya melangkah maju untuk mendekat ke meja kerja Ari.
Barulah setelah mereka berdua tiba di sana, ia mengagetkan Ari dengan cara memukul berkas yang dibawanya ke atas meja. Tepat di depan wajah Ari yang sedang sibuk senyam-senyum sendiri bagai orang gila saja.
"Astaga! Zidan, Kalil. Lo pada pengen bikin gue mati mendadak karena serangan jantung ya. Main kaget-kagetin orang aja tanpa izin lebih dulu."
"Kalau izin dulu, bukan ngagetin lagi namanya, Ri. Gimana sih," jelas Kalil menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIATHA
ChickLitReatha mulai ragu dengan konsep happy ending dalam sebuah cerita. Terkhusus untuk cerita hidupnya sendiri. Sejak kecil hingga menginjak dewasa, ia kerap kali dihantam oleh rasa sakit. Rasa senang yang ternyata sedang menyamar sebelum membuatnya mera...