ARIATHA [15. Menggila Karenamu]

463 16 0
                                    


Reatha Talisya

Jangan lupa obatnya diminum

Ingat istirahat juga

Kalau perlu lo pulang apartemen aja gih, nggak usah nongkrong di kantor mulu

Attarazka Adhikari

Siap Nyonya

Hari ini janji nggak bakal lembur kok

Reatha Talisya read message

Attarazka Adhikari

Pulang kantor bentar gue jemput ya

Sebelum jam lima sore gue udah stay depan kantor lo

Reatha Talisya

Nggak perlu Ri. Gue bisa pulang naik taksi

Mendingan lo istirahat aja deh

Muka bonyok gitu sok-sokan mau jemput gue segala

Attarazka Adhikari

Jam lima gue tunggu di depan kantor lo, ya

See you Reatha tayang

Eh kayang

Eh sayang

Eh lupa, nggak boleh sayang-sayangan kalau belum jadi muhrim

Jadinya Reatha calon muhrim aja deh kalau gitu

Reatha Talisya

Saraf lu, Ri

Nyebut gih, sebelum lo kerasukan setan kantor

Ari terkekeh melihat deretan pesan singkat yang baru saja dikirim oleh Reatha untuknya.

Usai makan siang bersama, Ari mengantarnya ke kantor sebelum kembali ke kantornya sendiri. Dan sejak itu pula senyum tak juga lepas dari wajahnya. Padahal sekarang memar sudah menghias wajahnya dengan sangat indah bagai taburan bintang saja.

Di depan pintu ruangan Ari, sudah ada Zidan dan Kalil yang sedang berkacak pinggang sambil memandangi temannya yang sedang senyum-senyum sendiri di kursi kerjanya.

Kedua sahabatnya itu saling berpandangan satu sama lain. Meneliti dengan intens tingkah Ari yang begitu aneh bagi mereka hari ini.

"Kemarin galau setengah mati. Sekarang udah senyam senyum aja kayak orang gila yang kehabisan obat."

"Tau tuh. Aneh banget emang teman lo, Dan."

"Teman gue, berarti teman lo juga dodol."

"Eh iya yah. Hehehehe."

Zidan menjitak kepala Kalil karena kesal dengan kegoblokannya.

"Tapi wajah Ari kenapa tuh? Kok pada penyok gitu. Kayak trotoar yang habis dilindas buldoser aja."

"Gila aje lo nyari perumpamaan, Lil," Zidan lagi-lagi menggeleng mendengar ocehan Kalil barusan.

Karena Ari tak kunjung sadar dengan kehadirannya di sana, Zidan dan Kalil akhirnya melangkah maju untuk mendekat ke meja kerja Ari.

Barulah setelah mereka berdua tiba di sana, ia mengagetkan Ari dengan cara memukul berkas yang dibawanya ke atas meja. Tepat di depan wajah Ari yang sedang sibuk senyam-senyum sendiri bagai orang gila saja.

"Astaga! Zidan, Kalil. Lo pada pengen bikin gue mati mendadak karena serangan jantung ya. Main kaget-kagetin orang aja tanpa izin lebih dulu."

"Kalau izin dulu, bukan ngagetin lagi namanya, Ri. Gimana sih," jelas Kalil menimpali.

ARIATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang