Haiiiii Cinguuuu....
Setelah sekian tahun akhirnya bisa nyapa kalian lagi
Maafkan aku yang sok sibuk ini 😁
Pokok eee, hari ini bakal double-double up deh
Biar kalian pada senang
Tapi masih pada nungguin cerita Ari dan Reatha kan?
Kalau masih, yok pada beri vote biar akunya makin rajin up🥰
Hahaha malah ngelunjak✌
***
"Gue abis nganter pesanan, kebetulan dekat dari kantor lo jadi sekalian mampir aja," celetuk Freya sembari meneguk minumannya.
Reatha hanya mengangguk paham. Lalu kembali mengaduk matcha yang ada di hadapannya.
Sekarang keduanya berada di kantin tempat Reatha bekerja. Sebelum memutuskan duduk di kursi pelanggan, Reatha sudah mengambil beberapa jenis makanan. Walau pada kenyataannya, makanan itu hanya dibiarkan menganggur saja di atas meja.
"Gimana kabar lo?" tanya Freya setelah cukup lama terdiam.
Perlahan Reatha mengangkat kepala, menatap sahabat yang kini sedang duduk bersamanya.
"Baik kok. Kabar gue baik," jelas Reatha dengan disertai senyuman.
Freya mengangguk lagi, seolah mengerti.
Suasana kembali hening setelah keduanya kembali saling diam. Freya sibuk dengan pikirannya sendiri dan Reatha mencoba tenang hendak mencari kalimat yang tepat.
Soal dia dan Ari, harusnya Freya sebagai sahabat harus tahu. Namun, Reatha terlalu bingung harus mulai cerita dari mana.
Menikah dengan Ari, mungkin bukanlah hal yang terbilang biasa saja untuk para sahabatnya yang lain.
Okelah ia sempat curhat soal Ari yang katanya menyukainya. Tetapi tiba-tiba memutuskan menikah setelah Reatha menolaknya mentah-mentah, apakah akan diterima oleh Freya dan yang lainnya.
Itulah yang membuatnya bimbang untuk jujur hingga sekarang.
"Tha," sahut Freya membuat suasana yang tadinya hening kini berganti meriah.
"Ya?"
Bibir Freya tampak ragu, seolah ada yang tertahan di sana. Dan Reatha bukan Tuhan yang bisa tahu segalanya. Termasuk isi hati Freya saat ini.
Tatapnya masih tertuju pada Freya, ia masih menunggu gadis itu untuk berbicara. Melanjutkan apa yang ingin ia katakan.
"Semalam Kak Bian datang ke rumah gue. Lagi ada acara arisan keluarga gitu di rumah. Em, mereka bahas soal Ari yang katanya bakal nikah bulan depan."
Freya nampak susah payah menyelesaikan kalimatnya. Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai sebelumnya.
"Emang bener ya kalau lo sama Ari bakal nikah bulan depan?" tembak Freya tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Kali ini ia sudah kehilangan kata untuk sekedar basa-basi dengan Reatha.
Napas Reatha seakan tercekat. Pertanyaan yang lebih menjurus ke tudingan barusan membuat ia seakan ragu untuk berbicara.
Tetapi melihat bagaimana Freya yang sedang menantinya untuk menjawab membuat Reatha tidak bisa diam saja.
Diam hanya akan menghadirkan kebingungan di dalam benak sahabatnya.
"Sorry, Tha. Gue nggak maksud pengen ikut campur urusan pribadi lo. Tapi gue rasa gue kayaknya harus tahu soal ini deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIATHA
Chick-LitReatha mulai ragu dengan konsep happy ending dalam sebuah cerita. Terkhusus untuk cerita hidupnya sendiri. Sejak kecil hingga menginjak dewasa, ia kerap kali dihantam oleh rasa sakit. Rasa senang yang ternyata sedang menyamar sebelum membuatnya mera...