bab14

1.2K 28 0
                                    

Di dalam kamarnya Ning sayyidah terus melamu menghadap ke cermin hias, ia terus menyisir rambutnya yng indah itu,

matanya tak kedip dengan pandangan yang kosong,

"Aku gak akan tinggal diam Gus" ujar sayyidah dengan penuh penekanan,

"Terutama untuk istrimu itu,yng tak pantas bersanding dengan mu" lanjutnya

"Aku akan bergerak dan melangkah menuju permainan baru" ujarnya dengan rahang yng mengeras, tak terasa air mata pun jatuh membasahi pipi Ning sayyidah

Kedudukan seorang Ning skaligu anak dari kyai besar tak ada artinya ketika cinta telah merenggut seluruh hatinya,

Ning sayyidah akan terus bermulai dengan permainan baru, dimana setiap permainan ada perlakuan yng menakjubkan,

"Nak...kendalikan emosi mu, Abah mu akan marah besar jika tau putri bungsunya sejahat ini" sahut uminya yng memeluk Ning sayyidah dari belakang secara tiba-tiba

"Tapi umi...sayyidah juga ingin bahagia, sayyidah ingin menikah ingin rasain smua kebahagian dalam pernikahan umi, sayyidah pengen"

"Husttt....nak dengerin umi, ini smua takdir Allah, jodoh kmu itu lagi di tahan sebentar oleh Allah, jadi jngn sampai kamu merebut kebahagiaan wanita lain"nasihat uminya sambil mengelus kpala Ning sayyidah

"Cuma sayyidah umi, cuma sayyidah yng pantes buat Gus Fauzan mu hiks...hiks.." ayyana terus memberontak dan tak sanggup menahan Isak tngisnya,

Tak di sadari perlahan air mata umi pun ikut terjatuh, ia mencium pucuk kepala sayyidah lalu memeluk nya sangat erat, seorang ibu akan ikut terlukai di kala anaknnya menangis hanya karena dunia tak berpihak kepadanya,

Terlebih sayyidah ada lah putri bungsunya sekaligus satu-satu nya,sangat sedih perasaan uminya di kala tak mampu memberi kebahagiaan yng ia inginkan,

Namu mau bagai mana lagi, jodoh rezeki dan maut itu smua sudah Allah yng atur.

........

Di meja makan kluarga Abah Anwar sedang menikmati makan malam yang telah di sediakan itu, tidak ada suara di sana hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan garpu di atas piring,

"Jadi gimana Ayy? Udah positif blum?" Tanya umi Laila dengan tersenyum

"Positif? Maksud nya umi?"

"Ya Allah ayyana namany rumah tangga itu kan pasti ada tujuannya untuk memiliki momongan kan?, Nah sudah isi atau belum?" Ujar umi Laila sambil menyentuh perut ayyana,

Jujur ayyana sangat malu di tanya perihal hamil, terlebih di depan Abah dan juga Fauzan,ayyana tersenyum simpul
Dan menggeleng kecil.

"Hmm..yasudah yng sabar saja yah,jngn lupa berdoa dan berusaha yah Fauzan" mata umi beralih pada Fauzan yng sedang menyantap semur ayam itu,

Fauzan spontan menaikan kedua alisnya, seemur ayam favorit nya itu membuat nya tidak mendengarkan apapun,

"Apaan mi?"

"Hadeh Fauzan..bah anak sampean tergila-gila dengan semur ayam" sahut umi Laila,

"Ga ingin bulan madu toh Zan?"

"Udah lama menikahnya kok baru ini bulan madunya" sahut Fauzan yng masih menikmati sayap semur ayam itu,

"Loh..Abah kira kamu Ndak minat bulan madu"

"Ya minat dong bah biar lebih menikmati...ataghfirullah" dengan segera Fauzan membukam bibirnya sendiri..

Ia beralih menatap ayyana, ayyana yng tertunduk sperti menahan malu,

Habibati Gus FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang