Bab41

1.4K 37 0
                                        

           "Mencoba selalu tersenyum tiap lalui banyak waktu dan menahan semua luka itu ternyata berat"

Ayyana Latifa rojab

.........

Pagi buta ayyana sudah bangun untuk memasak menu kesukaan suaminya, ia gelisah mengingat Fauzan dan sayyidah yang sudah 1 kamar,

Ia mengaduk sup Sapi sambil termenung, memikirkan apakah mereka di dalam kamar saling bahagia?

"Ayy... Keran wastafel nya kok di biarin hidup sih,,kan jadi mubazir air nya" tegur umi Laila yang baru saja selesai sholat subuh,

"Astaghfirullah umi...maaf umi ayyana lupa" segera ayyana mematikan keran air itu,
"Kamu sedang mikirin apa Ayy?"
Tanya umi yang heran dengan termenung nya ayyana,

Ayyana hanya menggeleng pelan,

"Ayyana ga papa kok umi,,yaudah umi Duduk aja nanti ayyana buatin wedang jahe nya"

"Ayy...apa kamu memikirkan tentang Fauzan dan sayyidah?"

Tanya umi Laila membuat ayyana sedikit panik,
"Emm...nggak kok umi ayyana cum_"

"Nak...dari sekarang kamu harus belajar ikhlas dan sabar, karena sekarang Fauzan bukan hanya suami kamu tapi suami nya wanita lain juga,

Hati wanita memang pencemburu berat,wanita sering egois tentang cinta,tapi hati wanita biasanya lebih lembut dari pada sutra"

Ayyana hanya tertunduk mendengarkan penuturan atau nasihat dari mertuanya,

Kurang sabar dan ikhlas apakah seorang ayyana, ia menahan air mata yang berusaha lolos,

"Umi percaya kamu pasti bisa terbiasa dengan ini semua" kata umi Laila dengan mudah nya, umi Laila begitu saja meninggalkan ayyana,

Setelah umi pergi ayyana menatap langkahnya yng semangkin jauh barulah ia tarik nafas begitu panjang dan membuang nya pun bersamaan dengan jatuhnya bulira bening,

" Hati Wanita memang lebih lembut dari sutra, tapi kalau hati itu di penuhi luka apakah bisa selembut sutra?" Tanya nya dalam batin,

Terkadang sesama kaum hawa pun tidak bisa ikut merasakan luka yang di derita,

"Mungkin hati mu sudah se kasar pasir di pantai untuk menerima kenyataan ini " kata sayyidah yang tiba-tiba saja datang dengan membawa 1 gelas berisi ampas kopi,

"Hapus air mata kamu ayyana, jangan perlihatkan tangisan kamu di atas kebahagiaan aku"

Hati ayyan semangkin nyeri, kenapa sayyidah tega berkata seperti itu, ayyana. Hanya menatap sendu tidak bisa berkata apa-apa,

Di tambah dengan segelas berisi ampas kopi, sudah pasti itu bekas Fauzan,apakah tadi malam mereka..

Ayyana tidak ingin melanjutkan fikirannya,ia harus terima apapun yang terjadi,

" Ayyana...kamu terlalu muda untuk menjadi saingan aku, kata sesimpel ini pun kamu tidak sanggup membalas nya"
Nyinyir sayyidah tersenyum miring,

"Maaf Ning sayyidah yang terhormat dan yang selalu di ta'dzimi, saya tidak mungkin membalas kata-kata njenengan yang terlalu rendah itu, saya memang masih muda dan kamu yang terlalu tua untuk menjadi pemeran di drama buruk mu!" Balas ayyana tidak ingin kalah,

Habibati Gus FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang