Bab35

916 22 4
                                    

Pagi ini ayyana sudah bisa kembali ke kampus, ia duduk di tempat biasa, sambil terus menatap lurus ke depan dengan fikiran yang kosong,

"Assalamualaikum Ning ayyana" kata kekey dan cika dengan bersamaan

"Waalaikumussalam ih kalian buat aku kaget aja"

"Ayy...yang kuat yah" kata kekey memeluk ayyana dari sisi kanan

"Kamu pasti bisa laluin ini smua, kan bisa buat dedek lagi" tambah Cika sambil memeluk dari sisi kiri,ayyana tersenyum namun tetap kembali meneteskan air mata, semangkin erat ia merangkul kedua sahabatnya itu,

"Ayy....kami kangen ngaji bareng lagi loh"

"Iya Ayy...susah kalau ngomong sama kekey gak ada nyambung nya" nyinyir Cika yang di tatap sinis oleh kekey,

"Kata kmu aku udah lumayan nyambung kok sekarang lain lagi sih cik"

"Boongan itu mah biar kmu senang aja"

"Hehehe sabar yah key, Cika kan emang begitu".

"Tapi bener sih kata kalian aku harus kuat,ga boleh sedih"

"Nahh itu Bru sahabat kit,sejati banget malahan" kekey dan Cika pun memeluk erat ayyana,

"Smua yang terjadi itu pasti ada hikmah nya"

"Iya Ayy, bener kata cika kamu jngn putus asa. Jangan nyerah, semoga suatu saat nanti anak kmu bisa jadi penolong kamu"

Ayyan semangkin erat membalas pelukan kedua sahabatnya itu,memang keseringan orang terdekat lah yang menghibur kita meskipun orang terdekat juga yang slalu nyakitin kita.

......

"Lalu apa hukuman yang pantas untuk orng keji seperti kamu jiah!!" Nada amarah Fauzan sudah tidak tertahan lagi,

Disana sudah ada Abah,umi,ayyan,Fauzan dan juga ustadzah jiah yng menjadi dalang dari smua kejadian itu,

Jiah hanya bisa tertunduk, nafasnya naik turun,jujur ia merasa tkut ketika melihat amarah Fauzan tapi bodohnya jiah salu tidak kapok dengan kesalahannya,

Ayyana yng terus menangis di pelukan umi hanya bisa menggeleng kuat,
Kabar yang di sampaikan spupunya itu membuat ayyana tersakiti, terlebih melihat pelaku nya adalah ustadzah nya dulu,

"Jawab jiah!!!!" Murka Fauzan membuat smua nya terkejut, hingga umi Laila mengelus lengan Fauzan bermaksud menyuruh Fauzan untuk duduk kembali,

"Yang kamu lukai itu istri saya!" Bentak Fauzan dengan suara bergetar menahan tangis rahang yng mengeras dan nafas yng naik turun karena amarah,

"Dan yang kamu bunuh itu anak saya darah daging saya!" Lanjut nya semangkin membuat jiah bergidik ngerih,

"Maaf Gus...saya tau saya salah" rintihan jiah sama sekali tak di harapkan Fauzan,

"Kata maaf mu tidak bisa mengembalikan nyawa anak saya! Perbuatan kamu benar-benar keterlaluan jiah, kamu yang slalu menjadi penyebab di rumah tangga saya"

Fauzan yng masih gagah berdiri tatapannya yng tajam menatap kearah jiah yang sedang tertunduk,

"Apa kamu tidak pernah berfikir, apa kamu tidak punya hati! Yang kamu lukai itu istri saya! Kamu ga tau sehancur apa saya jiah ketika istri saya tersakiti dan bersamaan harus kehilangan anak saya,apa kamu waras jiah!!"

"Astaghfirullah nak...udah Zan duduk" pinta umi yang terkejut, amarah putranya sudang sangat memuncak ia takut terjadi sesuatu pada Fauzan,

Umi Laila ikut berdiri dan mengelus pundak anaknya itu "udah ya Zan,umi ga mau kamu kaya gini, biar kita selesaikan semuanya secara dingin"

"Astaghfirullah ya Allah" lirih Fauzan mengeluarkan Isak tangisnya ia duduk kembali dan memeluk erat ayyana yang sudah terpukul dari tadi,

Mata jiah semangkin memanas ketika melihat pelukan mesra itu, beberapa kali ia melihat Fauzan me menghapus air matanya ayyana,

"Kamu jangan kemana-mana,polisi sedang menuju kemari" kata Abah Anwar memecahkan keheningan di tengah isakan tangis,

Mata jiah membualat ia ternganga dan membuatkan matanya,ia tak habis fikir kalau kyai nya bakal berbuat hal ini,

"Abah yai jangan...saya mohon jngn laporkan saya kepolisi" jiah terus bermohom-mohon kepada Abah Anwar.

"Saya rasa penjara juga tidak pantas menghukum kamu jiah, perbuatan jahat mu yang sebanding dengan perbuatann iblis itu benar-benar tidak bisa saya maaf kan!" Kat Fauzan menekan suaranya,

"Umi....tadi nya ayyana sudah ikhlas umi, tapi ketika lihat pelaku yang sebenarnya hati ayyana kembali sakit umi hiks..hiks.."

"Sabar ya ayyana, kamu harus kuat nak" umi Laila mengelus pundak ayyana yng berada di pelukan Fauzan.

"Maafin saya Gus..jujur saya tidak ikhlas bila njenengan hidup bahagia dengan ayyana, ayyana hanyalah santri biasa Gus tidak pantas dengan jenengan"
Sahut jiah tanpa berdosanya sembari menundukan pandangan nya

"Astaghfirullah jiah!, Dosa besar mengganggu rumah tangga orang jiah, apa ilmu kmu slama ini tidak pernah kamu amal kan?"

"Maaf_" belum sempat jiah menjelaskan lebih dtail keinginan nya itu tiba-tiba 3 orang polisi datang dan berdiri tepat di belakang jiah, siap dengan borgol nya

"Hah apa-apa an ini? Umi..Gus tolong saya"
Rasa panik nya membuat ia tak bisa lagi menghindar,jiah bangkit dari duduknya ia melihat kearah kanan dan kiri, wajahny semangkin panik,

"Bawa sekarang pak," titah Abah Anwar kepada polisi itu,

"Baik pak kyai, slalu laporkan kejahatan apapun yang ada di pesantren ini kyai, kami akan siap membantu dan menangani apapun yang kyai perintahkan, borgol tanganny pak" ,

sahut pak polisi yang siap siaga untuk Kyai Anwar, stelah itu pak polisi memerintahkan bawahanny untuk memorgol tangan ustadzah jiah,

"Nggk..nggk...lepasin saya, saya ga salah yang salah itu dia" berontak jiah sambil menunjuk ke arah ayyana,

"Lepasin saya, dia yang salah pak dia yang rebut Gus Fauzan, bukan saya tolong" jiah berusaha menyingkirkan borgol itu, meski sudah terkunci pun ia berusaha hingga pergelangan tangan nya memerah,

"Awas kamu ayyana!" Teriak jiah ketika sudah di ambang pintu.

.....
Setelah melaksanakan sholat isya Fauzan masih di atas ranjang bersama ayyana, keduanya masih sedikit pilu tentang kehilangan buah hati mereka, Fauzan yang mengelus lembut kepala istrinya,

Sementara ayyana yang bersandar di dada Fauzan kedua tangannya melingkar di pinggang Fauzan,

"Udah sayang,, kita harus ikhlas terus ingat bahwa yang dititip kan pasti akan di ambil pemiliknya" nasihat Fauzan di bales tangisan oleh ayyana,

"Mas...ayyana rindu anak kita, ayyana Gagal jadi ibu"

"Hustt..ga boleh gitu, kamu itu belum gagal Ayy, masih banyak kesempatan untuk kita memiliki anak lagi, kamu jangan putus asa" fauzan mengecup pipi ayyana,

"Mas.."

"Hm.."

"Bulan madu lagi yuk.." kata ayyana dengan wajah manja ala ayyaana

"Ha..hahaha, kenapa harus bulan madu, di kamar ini juga bisa" sahut Fauzan yang berfikir ke arah sana, ia menatap wajah ayyana dengan gemas,

"Ayyana mau refreshing mas, mas mikir ituuu ya"  curiga ayyana menahan tawanya, ketika melihat ekspresi Fauzan yang menahan malu, Fauzan mengalikah dari wajah yang menahan malu,

"Oooo saya kira nyetak lagi ,kan kalau nyetak doang di kamar ini juga bisa" umpat Fauzan tercengir,

"Yeeee,,,mas mah nyetak Mulu, tapi ga papa Sih mas, habis kehilangan harus usaha lagi" kata ayyana yang membuat keduanya saling tertawa.

Habis nangis langsung tertawa,begitulah sepertinya.




Habibati Gus FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang