🪐
•
•
•" kita berangkat dari rumah jam 10 an ya sayang, udah siap semuanya kan ?" Tanya Jeongwoo.
Dobby yang sedang sibuk menyiapkan sarapan menjawab. " Iyaa udah siap semua mas, masih ada dua jam lagi, sekarang sarapan dulu ayo." Dobby menyiapkan piring dan mengambilkan nasi beserta lauk pauknya untuk sang suami, baru setelah itu ia dan sang anak.
" Terimakasih buna, selamat makan buna, adek."
" Selamat makan ayah, adek."
Suasana hening karena kini meraka fokus sarapan. Sesekali si kecil yang mulai aktif, berceloteh, memainkan sendok.
" Mam, yayam huhah." Ucap si kecil eunbi.
Sang ayah tersenyum. " Adek ditiup dulu ayamnya." Eunbi menirukan apa yang ayahnya peragakan barusan, meniup ke arah ayam yang ia pegang, membuat dobby terkekeh gemas.
" Adek mau buna suap in gak mau, itu ayamnya masih anget tau." Jeongwoo tersenyum. " Udah gapapa sayang, biar adek belajar makan sendiri." Dobby pun hanya bertugas menyuapkan nasi.
Jeongwoo selesai terlebih dahulu, dirasa suami manisnya masih belum selesai makan, karena harus mengurus si kecil juga, Jeongwoo berinisiatif ikut menyuapi dobby.
" Loh mas, ngapain?" Jeongwoo tak menjawab, ia malah menyodorkan sendok berisi nasi dan lauknya kepada pria manis didepannya itu. Dobby menerima dengan baik suapan tersebut.
" Mas bantu, kamu nyuapin adek, mas nyuapin bayi mas juga." Jeongwoo terkikik mendengar ucapannya sendiri. Sementara dobby merasa geli mendengar kata tersebut. " Siapa bayi nya mas?"
" Loh ini yang lagi di suap in, bayi gede nya ayah." Dobby mendengus geli.
" Depan anak, bisa-bisanya- adek satu suapan lagi sayang, aaaa~" kebiasaan si kecil, jika satu atau dua suapan terakhir, entah kenapa, si kecil eunbi menolak.
" Adek kenyang, iyaa?" Eunbi menoleh pada sang ayah dan tertawa. "Nyang, na num." Dobby mengambil air minum di botol khusus sang anak, dan lagi-lagi eunbi memilih memegang botol minumnya sendiri.
Selesai sarapan, orangtua dobby datang ke rumah, beliau berencana ikut mengantarkan ke bandara. Juga kedua sahabat dobby yang ikut, namun mereka akan tiba dirumah sekitar satu jam menuju keberangkatan.
•
•
•" Eunbi nanti naik pesawat, cucu nenek seneng gak ?" Bayi gembul tersebut melihat ke arah neneknya. " Cawat? Ngeng~ wussh~ "
Sang nenek mengangguk, cucu nya semakin pintar. " Iyaa, seneng gak, nanti eunbi terbang di atas." Eunbi bertepuk tangan senang mendengar kata terbang. Di otak nya terlintas saat dirinya di angkat oleh sang kakek sembari sedikit berlari seolah-olah terbang. " Bang...auu baaang akek~" sang nenek mencoba memahami apa yang cucunya bicarakan. " Mau ke kakek iya?" Eunbi berteriak Senang sambil menyebut kata kakek.
Akhirnya sang kakek ikut berkumpul di ruang tv, saat mendengar dirinya di cari oleh eunbi. " Cucu kakek mau apa hm?" Eunbi menirukan gerakan pesawat terbang sambil berceloteh. " Cawat wushh~ baang ." Setelah memeragakan, eunbi langsung melompat ke tubuh sang kakek. Kakek pun mencerna dulu apa yang cucunya bicarakan. " Oh, eunbi mau terbang kayak pesawat iya?" Eunbi tertawa senang.
" Kakek gendong iya?"
" Yak!" Kakek dan neneknya terkejut mendengar teriakan cucunya. " Aigoo, iyaa kakek gendong, gak perlu teriak-teriak begitu sayang." Akhirnya sang kakek mengabulkan permintaan sang cucu. Seketika ruangan tersebut menjadi ramai.
Waktu keberangkatan tiba, kini semuanya sudah berada di bandara sekitar 30 menit yang lalu, dan kini sudah waktunya masuk ke dalam pesawat, karena 10 menit lagi pesawat akan take off.
" Hati-hati ya semuanya." Ucap mamah sambil memeluk satu persatu. Begitu juga ayah.
" Safe flight ya bestie." Ucap junkyu.
" Safe flight and have fun di negara orang ya by."
Dobby memeluk dua sahabatnya itu. Setelah salam perpisahan, kemudian dobby, Jeongwoo dan eunbi masuk kedalam pesawat.
Di dalam pesawat, eunbi terus menangis, membuat dobby sedikit kewalahan.
" Sayang, ini belum terbang loh, adek kenapa nangis hm?" Dobby coba menyusui putra nya.
Sempat berhenti namun, kembali menangis, taoi tak sekeras tadi, kemudian sang ayah coba menenangkan dengan menggendongnya. Lama kelamaan baru eunbi berhenti nangis. Membuat dobby lega.
" Adek mau di gendong ayah iya?" Bukannya menjawab, eunbi malah menyenderkan pipi gembulnya ke dada sang ayah. Tak berselang lama, bayi gembul tersebut tidur.
" Lah tidur? Tadi nangis-nangis, buna timang timang, gak mau, giliran sama ayah, langsung tidur."
Jeongwoo tersenyum, kemudian mulai menidurkan eunbi di tempat yang tersedia.
Pesawat pun mulai terbang, kini salah satu dari mereka ada yg tidur, dan ada yang menjaga si kecil secara bergantian.
•
•
•Jeongwoo terbangun saat seseorang menepuk bahu nya. "Hmm? Kenapa sayang?" Ternyata itu dobby.
" Mas, mau ke kamar kecil." Dobby meminta izin kepada suaminya.
Jeongwoo mengangguk. " Bisa sendiri sayang? Mas gak mungkin bawa adek kebelakang."
Dobby mengangguk. " Bisa mas, aku cuma mau izin aja, siapa tau nanti kamu melek, aku gak ada disamping."
" Yasudah, jangan lama-lama ya, hati-hati, kalo terjadi apa-apa cepat hubungi mas, yaa?"
" Iyaa bawel."
Selesai dari kamar kecil, kini gantian Jeongwoo yang terjaga, dan dobby tidur sambil mengais eunbi, karena tadi terbangun sebentar.
Selama penerbangan, eunbi sama sekali anteng bermain dengan kedua orangtuanya, meskipun kadang tantrum.
Setelah beberapa jam mengudara, akhirnya mereka sampai di canada. Mereka dijemput oleh orang perusahaan Jeongwoo di bandara, baru setelah itu, mereka menempati apartemen yang sudah Jeongwoo beli.
Dan sekarang waktunya memulai kehidupan baru di negeri orang, bersama keluarga, atau mungkin akan ada anggota keluarga baru?? Kiww
To Be Continued »»
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Jodohkan dengan CEO Tampan [ Jeongbby ] ✓ END
FanfictionDobby di kagetkan dengan berita, dirinya dijodohkan oleh orangtua nya kepada seorang CEO tampan dan sukses. Dia hadir dalam hidupku, itu artinya, aku hanya bisa bergantung padamu. - Dobby Disclaimer ⚠️ Bxb Mpreg all just fiction Harsh words 1 #dobb...