🍄26

1.9K 167 23
                                    


🪐












Pekerjaan selesai, Jeongwoo yang sudah tak sabar menemui kesayangannya, dengan wajah yang terus tersenyum, meskipun lelah, namun karena suami dan calon anaknya sedang menunggu dirinya, jadi semuanya sirna, tergantikan dengan perasaan senang.
















"Mamah? Kenapa nangis mah?" Tanya Jeongwoo saat sang mertua menghubungi nya, yang kini tengah bersiap turun menuju parkiran dan pulang menemui suami manis nya serta calon anaknya.

Saat baru saja keluar dari lift, handphone nya berdering, tertera nama kontak "mamah" disana, Jeongwoo langsung mengangkat nya, namun sang mertua berbicara sembari menangis, Jeongwoo bingung kenapa mamah mertuanya itu menangis.

" Pulang sekarang juga nak." Ucap mamah dengan terisak, yang mana membuat ucapannya terbata-bata.

" Beritahu saya dulu mah ada apa? Ini saya sedang menuju mobil."

Terdengar suara mirip neng sedang mencoba menenangkan mertuanya. Jeongwoo penasaran ada apa dengan mereka, dan dimana dobby, kenapa tak ikut berbicara dengannya di telpon.

" Mah disana ada neng?" Tanya Jeongwoo.

"A-ada, sebentar mamah kasih neng dulu."

Handphone itu pun di alihkan ke neng, dan neng pun menjawab.

" Ada apa neng? Kenapa pada nangis gini?"

" K-kak dobby." Ucap neng juga terbata-bata.

Jeongwoo merasa perasaan nya menjadi tak enak, ada apa dengan suami nya itu.

" Bicara yang jelas neng, saya gak paham."

Neng pun sama terpukul nya saat menyaksikan kejadian yang menimpa majikannya yang tengah mengandung itu.

" K-kak, lebih baik kakak cepat kesini." Ucap neng dengan isakan.

" Kemana ? Kasih saya alamatnya."

Pesan masuk dan itu adalah alamat yang harus Jeongwoo datangi.

" Rumah sakit? " Monolog nya.

Telpon masih tersambung, Jeongwoo pun menanyakan maksud dirinya harus ke rumah sakit.

" Siapa yang sakit ?" Tanya Jeongwoo.

Namun neng malah terdiam.

" Jawab saya neng!"

Mendengar intonasi suara yang tinggi, neng akhirnya memberitahu apa yang terjadi.

" Kak dobby jatuh dari tangga kak." Ucap neng kembali menangis.

Bagai petir di siang bolong, berita yang baru saja ia dengar sangat membuatnya shock, dan tak percaya.

" JANGAN BERCANDA DENGAN SAYA!"

Kini mamah yang berbicara pada menantu nya itu.

" Nak, tenang dul-

" Gimana saya bisa tenang mah, suami saya tengah mengandung dan apa tadi? Terjatuh dari tangga, kalian bohong kan ?!"

" Sebaiknya kamu segera kesini, dobby dan calon anak kalian membutuhkan kamu."

Jeongwoo menangis mendengar hal buruk barusan, perasaan yang awalnya senang kini berubah 180°, rasanya mengendarai mobil pun ia tak sanggup, saat telpon di matikan, Jeongwoo menyuruh supir nya untuk menjemput dan mengantarnya ke rumah sakit.

Supir tiba dan Jeongwoo pun bergegas menuju rumah sakit, Jeongwoo berharap dua kesayangan nya tidak apa-apa.

" Tuhan, aku minta padamu, selamatkan lah keduanya, tidak tau bagaiman hancurnya jika sesuatu terjadi pada salah satu dari mereka, aku meminta dengan sangat padamu Tuhan." Jeongwoo menangis, perasaan nya tak karuan, supir yang mendapati tuannya dengan keadaan kacau seperti itu pun tak berani bertanya.

" Tolong lebih dipercepat lagi pak." Ucap Jeongwoo dengan lirih, berbicara pun rasanya tak mampu, rasa sakit di hatinya begitu mendominasi.

Supir itupun mengangguk." Baik tuan."






•••





Sesampainya di rumah sakit, Jeongwoo langsung bergegas berlari menuju ruangan yang di beritahu mertuanya tadi.

Sesampainya di UGD , sudah ada mamah, neng dan art yang bekerja dirumah mamah.

Bertepatan dengan pintu ruang UGD yang terbuka, menampilkan dokter yang menangani dobby keluar. Jeongwoo langsung menghampiri dokter tersebut. Menanyakan keadaan suami dan calon anaknya.

" Bagaimana keadaan mereka dokter?"

Dengan raut wajah dokter yang semakin membuat Jeongwoo berpikir yang tidak-tidak, memejamkan mata sejenak serta helaan nafas terdengar sangat jelas karena, situasi menegangkan tersebut. Merapatkan banyak doa untuk suami dan calon anaknya.

" Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan keduanya, namun karena benturan yang cukup keras, juga Informasi yang saya dapatkan tentang kronologi kejadian, membuat kandungan tuan dobby mengalami keguguran, kami mohon maaf sebesar-besarnya karena, tidak bisa menyelamatkan bayi kalian."

Semuanya menangis mendengar penjelasan dokter, mamah yang tak menyangka akan kehilangan cucu pertama nya.

Jeongwoo terdiam, kemudian tersadar, tubuhnya merosot pada lantai rumah sakit, hancur, hatinya sangat hancur, seluruh tubuhnya bergetar, ia kehilangan calon anaknya, bagaimana ia menyampaikan ini pada dobby nanti, bagaimana jika dobby menanyakan keadaan calon anak mereka, apa yang harus ia katakan.

" Beruntung nya rahimnya tidak harus diangkat dan kemungkinan dengan kehendak tuhan, tuan dobby bisa mengandung lagi." Ujar dokter tersebut.

" Semudah itu memang mengatakannya, apa yang harus saya katakan padanya nanti."

Kembali menangis menerima kenyataan pahit ini. Doa yang sudah ia panjatkan di perjalanan tadi tak ada yang memihak padanya, dan akhirnya ia kehilangan calon buah hati yang sangat mereka tunggu.

Mamah menenangkan menantunya, padahal beliau pun sangat terpukul.

" Saya dan jajaran suster hanya bisa berkata sabar, mungkin tuhan lebih menyayangi bayi kalian, dan tuhan sudah menyiapkan hal besar di kemudian hari."

" Apa sudah bisa kami menjenguk?" Tanya mamah.

Dokter mengangguk.

" Pasien akan kami pindahkan terlebih dahulu ke ruang rawat, dan kalian bisa menjenguknya, tapi tidak boleh beramai-ramai." Imbau sang dokter.

Mamah mengangguk. Dokter itupun pamit kembali kedalam, untuk mempersiapkan kepindahan dobby ke ruang rawat.

Semuanya bersedih dan terpukul, namun ada satu orang yang hanya diam, seolah kejadian itu tak berarti baginya.







" Rasain itu!"













☺️🙏✌🏻

To Be Continued »»

Di Jodohkan dengan CEO Tampan [ Jeongbby ] ✓  END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang