01. HOME

1.4K 75 8
                                    

Pemuda berambut hitam dengan manik merah gelap itu pun bersidekap dada sembari menghela napas, sepertinya ia dapat menebak arah pembicaraan kali ini. "Biar kutebak, Ubi. Kau ingin aku membunuh Ikkan sebagai pembuktian, bukan? Sama seperti Jerry membunuh Sean kala itu."

Ubi pun terkekeh mendengarnya. "Aku tahu kau orang yang cukup pintar, Ajul." Mendengar hal itu, Ajul pun menunduk dan mengepal tangannya erat. "Tidak bisakah ia bebas dari semua ini?"

"Aku hanya butuh bukti kesetiaanmu pada Ragnarok, Ajul .... Kau bisa saja tidak membunuh Ikkan, namun bagaimana bisa kau mendapat kepercayaanku?" tanya Ubi yang membuat Ajul menarik napas panjang, mau tidak mau dirinya memang harus melakukan hal ini.

"Baiklah .... Jadi apakah aku langsung membunuhnya saat aku kembali atau berbicara sepatah dua patah kata terlebih dahulu?" balas Ajul, Ubi pun mengerdikkan bahunya. "Itu adalah keputusanmu, aku tidak akan ikut campur."

Ajul pun membalikkan badannya dan mulai berjalan ke tempat Ikkan menunggunya. Ubi pun terkekeh sebelum berjalan mengikuti Ajul, ia ingin melihat apakah pemuda berusia sembilan belas tahun yang berdiri dihadapannya itu sungguh-sungguh atas ucapannya atau tidak.

"Kau sudah selesai? Ayo kita kembali," ajak Ikkan begitu menyadari bahwa sahabatnya telah kembali. Ajul pun menatap langsung kedua netra sang serigala betina tersebut, ada sekelebat keraguan yang ada di dalam hatinya. Benarkah ini langkah yang tepat?

"Ikkan ...." Ia pun mengepalkan tangannya, ia mau tak mau harus melakukan hal ini. Semua layak dilakukan demi keluarganya bisa kembali, walaupun dengan itu ia harus kehilangan sahabat terbaiknya. "Dengarkan aku baik-baik, Ikkan. Setelah ini kau bebas ingin menganggapku apa, yang jelas ... aku akan menerimanya."

Tanpa basa-basi, Ajul pun mengarahkan pedang kesayangannya ke arah Ikkan yang mana langsung reflek menghindari serangan tersebut. "Kau ... apa yang kau lakukan, Ajul?"

Ajul tidak menjawab pertanyaan Ikkan dan terus menyerangnya yang mana sebisa mungkin ditangkis oleh serigala tersebut, lain hal dengan anggota Ragnarok lain yang tertawa sembari menyaksikan 'ritual suci' yang dilakukan oleh pemuda itu

"Sadarlah, Ajul! Ini bukan dirimu! Apa yang kau lakukan?" seru Ikkan yang sudah mulai kewalahan menghadapi Ajul, namun pemuda itu menggeleng. "Aku harus melakukannya demi keluargaku, Ikkan! Kau tidak akan paham!"

"Persetan dengan keluargamu! Sadarlah! Kau tidak seharusnya melakukan ini!" Namun perkataan Ikkan tidak dapat mempengaruhi tekadnya, ia benar-benar yakin akan keputusan yang telah dirinya ambil. "Kau tidak akan paham, Ikkan. Aku benar-benar merindukan keluargaku dan aku hanya ingin mereka kembali."

Pada akhirnya Ajul berhasil membuat Ikkan terjatuh dan pedang yang ia pegang sedikit terhempas darinya. "Kau egois, Ajul! Apakah kau lupa akan perjanjian kita?" seru Ikkan, ia benar-benar tidak berdaya.

Ajul pun menggeleng. "Aku hanya ingin keluargaku kembali, Ikkan ...." Ia pun memutar pedang yang ia pegang di tangan kanannya. "Sampai jumpa di sisi lainnya, Ikkan."

Pemuda itu pun segera menusuk perut serigala yang tak lain adalah sahabatnya yang telah menemaninya selama ia diasingkan oleh Aliansi, ia pun menyarungkan kembali pedangnya dan menunduk begitu jasad sahabatnya itu telah lenyap dari hadapannya. "Maaf."

Riuh tepuk tangan terdengar dari belakangnya, tanpa ia harus menoleh pun ia jelas mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut. "Selamat bergabung di Ragnarok, Ajul. Ragnarok bersamamu."

Ia pun menoleh, nampaklah tiga orang bertopeng yang tengah duduk manis sembari bertepuk tangan. "Lantas apa yang harus ku lakukan selanjutnya?"

Ubi pun bangkit. "Selanjutnya? Tentu saja kita akan pulang. Ayo semuanya," ajak pria tersebut, Garox dan Kaira pun segera bangkit dan mengikuti langkahnya menuju portal. Namun lain hal dengan Ajul, ia masih diam menatap tempat ia membunuh sahabatnya tadi. "Ajul! Kau mau ikut kami pulang atau tidak?"

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang