48. METEOR

171 17 6
                                        

Setelah selesai memeriksa keadaan markas lama, keduanya memutuskan untuk kembali sebab tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan di sana.

Lagi pula, apa yang menarik dari tempat yang sudah setengah hancur disebabkan oleh ledakan?

Saat keduanya keluar dari portal, Jerry tampak sedikit terburu-buru menuju kastil. Baru saja keduanya hendak bertanya, pria itu sudah mengajak mereka untuk ikut.

"Ubi menyuruh kita untuk bergegas, ayo cepat ke ruang rapat! Ada hal penting."

Mendengar nada Jerry yang cukup serius, keduanya langsung menyadari betapa pentingnya keadaan yang tengah terjadi. Beruntung keduanya sudah dalam keadaan siap, sehingga mereka langsung mengikuti langkah Jerry menuju kastil.

Setibanya di ruang rapat, anggota Ragnarok lainnya sudah berkumpul di sana. Ketiganya  segera duduk di tempatnya masing-masing, barulah kemudian Ubi menjelaskan tujuannya memanggil mereka semua.

"Apakah kalian masih ingat mengenai rune sebelumnya?" tanya Ubi, mereka berenam mengangguk mantap. Saat itu anggota Ragnarok hanya lima orang, yang mana saat ini Garox dan Citem sudah tidak termasuk ke dalam anggota Ragnarok lagi.

Ajul, Maji, dan Gempita masih merupakan petarung garda terdepan Aliansi saat itu. Keadaan memang berubah begitu cepat, secepat membalikkan telapak tangan.

Hanya Voiz yang sejak awal posisinya abu-abu, ia memang lebih memilih untuk berada di balik layar.

Ubi menatap satu persatu wajah anggotanya. "Aku mendapatkan informasi bahwa rune seperti itu tidak hanya satu di dunia ini, yang mana kita harus bisa mendapatkan rune tersebut."

"Lantas, dimanakah letak rune tersebut? Kita harus bisa menemukannya sebelum Aliansi!" seru Jerry, Ubi kemudian mengangguk. "Jangan diam saja, Ubi. Ke mana kita harus pergi sekarang?"

Ubi pun terkekeh dan mengisyaratkan kepada Jerry agar pria itu kembali duduk. "Sabarlah terlebih dahulu, Jerry. Rune itu belum ada di sini sekarang, percuma saja kalau kita mencarinya sekarang."

Tiba-tiba mereka merasakan guncangan hebat, yang membuat mereka semua segera keluar dari kastil untuk mengecek apa yang telah terjadi.

Saat mereka tiba di halaman depan kastil, ternyata langit telah berubah menjadi gelap gulita. Tidak lama kemudian, nampaklah sebuah meteor besar yang lewat di langit kawasan Ragnarok.

"Ubi! Apakah itu rune yang kau maksudkan tadi?" tanya Jerry, Ubi kemudian mengangguk.

"Ya! Ayo cepat, kita harus harus segera mendatangi tempat jatuhnya meteor tersebut!"

Maka dengan begitu, mereka bertujuh kini berjalan menuju tempat jatuhnya meteor. Mereka harus berlomba dengan waktu, tentu saja Aliansi juga melihat meteor tersebut.

Jarak antara Ragnarok dan lokasi dimana meteor tersebut terjatuh dapat dikatakan cukup jauh, yang mana saat mereka tiba di sana tempat itu sudah dipenuhi oleh aliran lava dari gunung berapi.

"Mundur."

Tanpa perlu diminta dua kali, para anggota Ragnarok pun segera mundur dan memberikan ruangan pada Ubi untuk menggunakan kekuatan kapaknya. Dengan sekali pukulan, pelindung yang berada di depan mereka pun hancur.

Mereka pun bergegas masuk, yang mana ternyata di sana para anggota Aliansi sudah berada di sana dan sedang bertarung melawan penjaga rune.

"Maji, kau segera ambil rune itu dengan kekuatanmu. Aku juga akan menyusulmu." Ubi kemudian menatap ke arah Aliansi yang masih sibuk mengurusi raksasa penjaga. "Selagi mereka sibuk dengan makhluk itu, kita harus segera pergi ke sana."

Ajul kemudian melirik ke arah Maji yang berada di sebelahnya. "Hati-hati," ucapnya setengah berbisik, sehingga yang dapat mendengarnya hanya pria itu.

Mendengar ucapan pemuda itu, Maji pun tersenyum tipis sebelum mengangguk. "Kau juga, Jul." Setelah mengatakan itu, dirinya segera pergi menuju tempat rune itu berada.

Ubi kemudian menatap satu persatu anggotanya. "Kalian jangan sampai memancing perhatian mereka, karena mereka pasti akan segera menyadari bahwa aku tidak ada di sini."

Kelimanya pun mengangguk mendengar arahan dari pria itu, mereka paham benar apa yang dikatakan olehnya.

"Jika mereka menyerang kalian, jangan pernah berikan ampun kepada mereka. Dan Gempita, jangan sampai mati atau tidak kita bisa kehilangan senjatamu," pesan Ubi sebelum dirinya pergi menyusul Maji.

Namun nampaknya keberuntungan tidak berpihak kepada mereka, sebab kini R.O.R. tengah berjalan mendekati mereka. Menyadari hal itu, mereka pun segera memasang kuda-kuda siap bertarung.

"Matilah kalian, Ragnarok!"

Maka dengan itu, pecahlah pertempuran di antara kedua pihak tersebut. Ajul memutuskan untuk mengincar Garox, mengingat apa yang telah dilakukan pemuda itu beberapa hari yang lalu.

"Jadi apakah benar, kau sudah berkencan dengan Maji? Tega sekali kau pada diriku, Jul," ujar pemuda itu di tengah-tengah duel mereka, Ajul dengan kesal segera mengayunkan pedangnya sekeras mungkin pada baju zirah pemuda itu.

"Itu sama sekali bukan urusanmu!"

Garox mundur beberapa langkah sebagai dampak dari serangan Ajul tersebut. "Aku juga menyukaimu, Jul. Namun apa? Kau tidak pernah sedikitpun melirik diriku! Kenapa kau malah memilih Maji?"

"Kau bedebah sialan, masuk ke rumahku sembarangan dan mengancamku saat aku baru bangun tidur," desis Ajul, dirinya kemudian merangsek maju. "Jangan bawa-bawa Maji dalam perbincangan ini, dia sama sekali tidak ada urusannya!"

Mendengar jawaban Ajul, Garox telah mengambil kesimpulan bahwa pemuda itu memang telah jatuh hati kepada Maji.

Dan itu membuat dirinya kecewa.

"Nampaknya ... ucapanku memang benar, ya?" Dirinya terkekeh sambil menangkis serangan dari Ajul. "Kalau begitu, aku juga tidak akan berharap apapun lagi."

Rasa patah hati dan kecewa bisa menjadi kelemahan terbesar, namun di saat yang sama ia juga bisa menjadi kekuatan. Didorong oleh perasaan itu, Garox pun menyerang Ajul.

"Aku tahu ... aku tidak sekuat kau, Ajul. Aku sendiri tahu, aku tidak akan sanggup untuk menahan kemampuanmu dalam duel ini." Garox terus menerus mencoba menghindari serangan Ajul, napasnya mulai terasa sedikit berat.

"Staminaku tidak sebesar kau, Jul. Aku tahu kau marah kepadaku karena tindakanku kemarin, itu memang kurang ajar karena sudah menyerangmu yang saat itu memang tidak berdaya. Aku memang pengecut, Jul."

Ajul kemudian berhasil melukai pipi kiri Garox, yang kemudian membuat pemuda itu tersenyum ketir. Dirinya pun memperbaiki kuda-kuda serangannya. "Setidaknya jika aku mati sekarang, perasaanku kepadamu mungkin juga bisa menghilang."

"Setidaknya ... dibunuh secara langsung oleh seseorang yang kau cintai akan jauh lebih baik dibandingkan terbunuh secara perlahan."

Kisah lama terulang kembali, namun dengan keadaan yang berbeda. Jika dulu Ajul memenggal kepala Garox sebab pemuda itu mengganggunya, maka kali ini dirinya memenggal pemuda itu sebab pertarungan.

T.    B.   C.

=======================================

Aku sebenarnya nulis adegan ini karena buat manjangin part, mengingat uke kesayangan kita ini cuma jadi npc di end phase 2.

Cuma kok aku jadi kasian sama Garox 🐤

Tenang guys, seperti nama saluran WA ku, aku bucin Asep69. Aku masih punya draft uke Ajul 😋

Keknya kemaren² ada yang request reaksi Ajul ketemu MokaD ya? 💅🏻

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang