19. HUNT

297 32 10
                                    

Entah sudah berapa nyawa yang telah ia ambil, namun dirinya masih terus mencari anggota Aliansi yang mungkin masih tersisa. Hingga akhirnya dirinya pun berhenti sebab tidak melihat satupun dari mereka yang tersisa, Ajul pun memutuskan untuk bergabung dengan anggota Ragnarok lainnya di atas tembok Eclipse.

Namun jantungnya terasa berhenti berdetak sejenak saat melihat seseorang yang seharusnya tidak ada di sana, seseorang yang telah menjadi korban ambisinya. Apa yang dilakukan oleh serigala betina itu?

Ubi pun berdecak. "Jadi apakah kau tahu siapa yang memegang senjata tersebut?" Ikkan kemudian menghela napas dan menggeleng pelan. "Sudah aku katakan, aku tidak tahu. Tidak ada satupun dari Aliansi yang membuka mulut atas hal itu."

"Lantas apa fungsinya informanmu ini, Voiz? Dia bahkan tidak tahu apapun!" marah Ubi, Voiz pun menghela napas dan menatap serigala tersebut. "Ikkan, menurutmu siapa yang memegang senjata tersebut?"

"Paman, jika dilihat berdasarkan kejadian tadi, ada beberapa orang yang maju mendekati mayat Jerry, namun tidak ada satupun yang tahu siapa yang benar-benar memegang senjata tersebut." Serigala itu pun menghela napas. "Namun hampir mereka semua berspekulasi bahwa Kaira yang mendapatkan senjata itu, mengingat wanita itu berdiri tepat di sebelah Jerry."

"Lalu dimana Kaira sekarang?" Ubi pun mengepalkan tangannya. "CARI DIA SEKARANG JUGA!"

Tanpa banyak basa-basi, Ajul kembali melesat dengan tridentnya untuk mencari sahabat kakaknya itu. Dirinya tidak mau berada lebih lama di sana, perasaan bersalah masih menghantui dirinya saat melihat sosok serigala betina itu.

Namun sudah beberapa kali dirinya berkeliling Eclipse, belum juga ia temukan keberadaan wanita itu sehingga dirinya memutuskan untuk kembali ke atas tembok dan barulah ia tahu bahwa Kaira telah tumbang.

Ubi pun berdecak sembari menatap remeh bangunan Eclipse. "Dasar sekumpulan pecundang." Ia pun mengisyaratkan kepada seluruh anggotanya untuk kembali ke markas, kecuali Voiz tentu saja.

Setibanya di kastil, benar saja bahwa Kaira sudah berada di sana tanpa mengenakan zirah miliknya. Ubi segera menghampirinya dengan tampang datar. "Apakah kau tadi tewas, Kaira?"

Wanita itu mengangguk. "Benar, aku dibunuh oleh Damon dan Megi. Mereka menyerang ku secara bersamaan, benar-benar tidak sopan."

Entah mengapa hatinya merasa kesal mendengar penuturan Kaira, dirinya benar-benar tidak suka jika ada pria yang mengincar wanita seperti itu dalam pertarungan. Baginya, itu adalah sebuah perbuatan terhina bagi seorang ksatria.

Setelah Ubi pergi meninggalkan mereka, Kaira pun berjalan mendekati pemuda itu. Senyuman miring terulas di bibirnya. "Ajel, bisa kau bantu balaskan dendam kakakmu ini? Incar Megi dan Damon untukku, ya?"

Tanpa ragu, Ajul mengangguk atas permintaan Kaira. Dirinya tidak akan segan-segan untuk membunuh siapapun yang berani mengusiknya, terutama jika itu berhubungan dengan wanita yang notabenenya sudah hampir sama seperti kakaknya sendiri.

Kaira tersenyum puas melihat jawaban Ajul yang persis seperti dugaannya, ia tahu benar bahwa pemuda itu akan membantu dirinya. Bagaimanapun, dirinya adalah seorang kakak bagi pemuda itu.

"Akan aku lakukan, namun aku harus pergi karena ada urusan yang harus aku lakukan," ujarnya yang diangguki oleh wanita itu. "Lakukanlah sesegera mungkin, Ajel."

Setelah mengatakan hal itu, Ajul pun kembali ke rumahnya untuk menyiapkan perbekalan yang akan dia bawa. Tidak, dia bukan ingin berlatih atau menambang.

Dia ingin pergi mengurus axolotl-axolotl milik Maji.

Tidak butuh waktu lama baginya hingga tiba di gua habitat para axolotl tersebut, yang ternyata di sana terdapat Garox yang tengah asyik memberi makan axolotl. Dirinya pun berdeham sehingga pemuda itu pun menoleh, wajahnya nampak senang atas kehadiran Ajul di sana.

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang