50. STERNCHEN

218 15 31
                                    

Kejadian yang terjadi kemarin benar-benar membuatnya bingung, siapa orang aneh yang tiba-tiba muncul di markas Ragnarok tersebut? Bukan hanya satu orang saja, namun juga di markas lama Ragnarok. Dirinya entah mengapa merasa bahwa hal yang sama juga terjadi di Aliansi, apakah mungkin itulah dampak dari datangnya rune?

Ajul menghela napas sebelum kembali melemparkan tali pancingannya, dunia ini benar-benar sangat rumit dan di luar akal sehatnya. Entah hal apa lagi yang bisa muncul selanjutnya, dirinya tidak dapat menduga-duga.

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka, namun dirinya sama sekali tidak menoleh sebab ia tahu jelas siapa yang kemungkinan besar melakukannya. "Tidakkah kau tahu caranya mengetuk pintu, hei bedebah?"

"Untuk apa? Buang-buang waktu saja, lagipula kita sama-sama seorang pria, tidak ada privasi di antara kita," balas pria itu acuh yang membuat pemuda itu berdecak, benar-benar menyebalkan.

"Oh iya, aku baru ingat bahwa pria brengsek sepertimu memang tidak mengenal sopan santun," gerutu Ajul.

Pria itu pun mengetuk kepalanya dengan kepalan tangannya sebelum duduk di sebelahnya. "Jaga ucapanmu, Jul. Aku ini kekasihmu."

"Sejak kapan? Aku tidak pernah merasa ataupun mengakuinya," sinis Ajul yang membuat pria itu menghela napas.

"Omong-omong, mengenai kejadian kemarin ... menurutmu siapa mereka? Bagaimana bisa Wahcot kembali? Bukankah dirinya juga telah tiada? Juga wanita yang ditemui Ubi kemarin, siapa mereka?"

"Entahlah," balas pemuda itu, dirinya pun menatap pria itu. "Maji, pernahkah kau mendengar sebuah dongeng tentang kita memiliki kehidupan yang lain?"

Maji menggeleng, dirinya sama sekali tidak pernah mendengar hal semacam itu. Ajul pun menatap ke arah langit yang nampak cerah.

"Saat kecil, kakakku pernah menceritakan sebuah dongeng tentang seorang anak kecil yang bertemu dengan dirinya yang berasal dari dunia lain." Ia kini kembali menatap pria itu. "Kini aku merasa itu bukanlah sekedar dongeng biasa."

"Aku rasa kau ada benarnya," balasnya sambil menghela napas. "Jika benar itu adalah Wahcot dari dunia lain, apakah hubungan kami di sana? Mengapa dirinya memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia'? Dan ia juga bilang bahwa dirinya adalah seorang panglima?"

"Bisa jadi kau adalah seorang raja di dunianya," balas Ajul, kini dirinya menyimpan pancingannya dan menghadap pria itu sepenuhnya. "Dari ekspresi wajah orang itu, dia nampaknya memang sangat mengenal dirimu sekaligus sangat terkejut dengan keberadaanmu."

"Banyak sekali hal yang membuatku kebingungan sejak kemarin, Maji. Mulai dari jatuhnya rune, para dewa, Ubi yang telah hidup selama ribuan tahun, hingga kedatangan orang kemarin," lanjutnya yang membuat pria itu terkekeh.

"Dunia ini memang sangat membingungkan, termasuk kau," celetuk Maji yang membuat pemuda itu kembali kesal.

"Apa maksud perkataanmu, huh?"

"Bukankah aku sudah jelas?" balas Maji sambil tersenyum sinis, dirinya perlahan mengapit dagu pemuda dengan telunjuk dan ibu jarinya dan mengarahkannya agar menatap langsung kedua netranya. "Kau bilang bahwa kau tidak pernah mengakui bahwa kau adalah kekasihku, namun kenapa kau sama sekali tidak pernah menolak perlakuanku ini?"

Wajah pemuda itu memerah, jujur saja ia masih bimbang dengan perasaannya sendiri. Ia tahu benar bahwa apa yang ia rasakan ini adalah sesuatu yang amat salah, namun di saat yang sama dirinya juga tidak mau menyingkirkan perasaan itu.

"Nah, jadi apa jawabanmu, Jul? Jujur saja, kau sebenarnya menyimpan perasaan kepadaku atau tidak?"

"Aku ... tidak tahu," cicitnya yang membuat Maji sontak tertawa dan menjauhkan diri dari pemuda itu, dirinya benar-benar tidak menyangka Ajul memiliki sisi seperti itu.

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang