Berdasarkan pertimbangan beberapa hari yang lalu, Ubi memutuskan untuk seluruh anggota Ragnarok akan berkemah di dekat kuil senjata keempat. Untuk berjaga-jaga atas kehadiran Aliansi yang bisa datang tiba-tiba, mengingat hanya dibutuhkan satu pengorbanan lagi yang tersisa.
Namun di tempat berkemah tersebut kini hanya terdapat tiga orang, yakni Maji, Ajul, dan OmenD. Sebenarnya hal itu dapat dikatakan perpaduan yang cukup buruk, mengingat keduanya telah mengakui secara terang-terangan perasaan mereka kepada Ajul sejak berada di dalam segel.
Ajul pun menghela napas, dirinya sama sekali tidak dapat bergerak. Di paha kirinya terdapat kepala OmenD, sedangkan di paha kanannya terdapat kepala Maji, yang mana keduanya sama-sama tengah terlelap. Tidak ada satupun dari keduanya yang mau mengalah, yang mana membuat dirinya pusing jika keduanya mulai berdebat.
Jauh di dalam hatinya, ia sendiri pun bingung atas sikap yang harus dirinya ambil untuk kedepannya. Tidak mungkin dirinya harus terjebak di dalam situasi seperti ini terus, bukan?
Namun hal yang lebih ia bingungkan adalah perasaannya sendiri, yang mana secara teori akan jauh lebih mudah untuk menolak keduanya. Pada kenyataannya, kenapa dirinya sama sekali tidak bisa menolak Maji ataupun OmenD? Apakah dirinya juga menyimpan perasaan kepada mereka?
Ajul kemudian menggeleng, tidak mungkin hal itu terjadi. Ia yakin bahwa dirinya tidak menyukai lelaki, walaupun dirinya sendiri bahkan belum pernah menyukai satupun wanita sebelumnya.
Bahkan hingga anggota lainnya tiba, kedua orang tersebut masih tidak bergeming yang membuat Ajul merasa sedikit malu atas posisi tersebut. Jerry bahkan tertawa saat melihat Ajul yang nampak tertekan sebab kedua orang tersebut. "Saranku, lebih baik kau terima mereka berdua menjadi kekasihmu, Jul. Aku lihat-lihat, kalian bertiga cocok juga satu sama lain."
"Diamlah, Jerry ..." desis Ajul dengan wajah yang merona hebat, Kaira yang awalnya tengah menahan tawa pun gagal.
"Tapi Jerry ada benarnya, Jel. Menurutku, kau itu menakjubkan karena dapat menaklukkan dua orang sekaligus, akan cukup disayangkan jika kau melepas salah satu di antara mereka."
"Apa bedanya dengan dirimu, Kaira? Apakah kau lupa bahwa kau sendiri bahkan telah mencampakkan Citem dan Edib yang bahkan sampai bertarung demi dirimu?" sindir Ajul yang dibalas dengan tawa remeh dari wanita itu.
"Apakah salah jika aku hanya memanfaatkan mereka demi kesenanganku, Ajel? Sejak awal, aku tidak pernah merasa sedikitpun tertarik kepada mereka berdua."
Gila adalah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan kepribadian wanita itu, sosoknya yang nampak seperti gadis polos dan baik benar-benar merupakan jebakan. Sebab wanita itu, kedua pemuda itu benar-benar sudah trauma untuk menjalin hubungan asmara dengan wanita.
Karena itulah akhirnya Edib berakhir bersama Noya.
"Jadi sekarang kalian ini adalah kekasih atau apa?" tanya Jerry, dirinya pun berkacak pinggang. "Tidak baik kau menggantung perasaan mereka seperti itu, hei calon adik ipar. Lebih baik kau tolak keduanya jika kau benar-benar tidak menyimpan perasaan kepada mereka."
"Atau ... sebenarnya kau juga menyukai mereka berdua?" tanya Kaira, namun Ajul hanya terdiam sebab tidak tahu apa jawaban yang harus ia beri. Dirinya saja bahkan merasa heran kenapa ia tidak bisa menolak sedikitpun perlakuan keduanya yang bahkan secara jelas ingin bermanja dengannya, bahkan tidak jarang ia juga merasa menyukai hal itu.
"Bahkan dirinya juga sampai kebingungan dengan hatinya sendiri," ucap Jerry sembari menggelengkan kepalanya. "Benar-benar menyedihkan."
"Jika kau membandingkan dengan dirimu, kondisiku benar-benar berbeda, Jerry," geram Ajul. "Kau hanya berhadapan dengan satu orang wanita, bukan dua orang pria!"
Ubi yang baru tiba bersamaan dengan Gempita dan Voiz pun sampai terdiam saat melihatnya, namun dirinya kemudian berdeham. "Ada hal yang penting harus kita bahas. Bisa bangunkan kedua kekasihmu itu terlebih dahulu, Jul?"
Wajah Ajul merona hebat sebab ucapan Ubi tersebut dan menggeleng. "Mereka berdua bukanlah kekasihku!" Meskipun begitu, dirinya tetap membangunkan keduanya.
Namun belum sempat Ubi memulai pembahasan, tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar gubuk mereka yang membuat mereka segera mengecek keadaan. Ternyata Aliansi telah tiba di tempat itu.
"Astaga, kenapa kalian sudah berada di sini ...," gerutu Ubi sambil menatap malas satu persatu anggota Aliansi yang sudah berdiri di sana.
"Voiz-Voiz, kenapa kau tidak menggunakan topengmu seperti anggota lainnya? Apakah kau tidak malu atas pengkhianatan yang telah kau lakukan?" celetuk Moon yang dibalas decakan oleh pria yang dimaksud.
"Untuk apa mengenakan topeng kalau kalian sendiri sudah tahu mengenai hal itu?"
"Sudah-sudah, jangan ada keributan lagi," lerai Noya, dirinya pun menatap Ubi. "Kita semua saat ini memiliki tujuan yang sama, yang mana akan lebih baik kita segera pergi ke kuil tersebut."
"Benar sekali," balas Ubi, dirinya tersenyum miring dan menatap para anggotanya. "Ayo, kita pergi ke atas."
Setibanya di atas, tiba-tiba rasa lapar yang benar-benar hebat menyerang perut mereka yang membuat keadaan tubuh mereka menjadi sekarat, bahkan tewas jika tidak makan terus menerus.
"Siapa yang akan berkorban di antara kalian, huh?" tanya Ubi, tentu saja sambil terus menerus makan agar dirinya tetap hidup. Ikkan pun dengan segera naik ke atas altar terakhir sembari menggenggam tangan Awan walaupun pria itu tidak ikut naik bersamanya.
"Kau serius akan hal ini, Ikkan?" tanya Noya yang dibalas dengan anggukan oleh serigala betina tersebut. Pria itu kemudian menoleh ke arah Awan. "Kau sendiri, Awan? Bagaimana keputusanmu?"
Awan pun tersenyum sembari menatap serigala itu. "Apapun keputusan Ikkan, aku akan selalu menyetujuinya ... walaupun nyawaku sendiri yang akan menjadi taruhannya."
Ajul yang melihat interaksi di antara keduanya pun tersenyum tipis, sepertinya benar apa yang dikatakan Voiz bahwa Ikkan telah menemukan pasangannya. Ia merasa bersyukur bahwa mantan sahabatnya itu kini sudah tidak terpuruk lagi seperti awal-awal ia meninggalkannya.
Sama seperti tiga pengorbanan sebelumnya, tubuh Ikkan perlahan menghilang partikel demi partikel dan hanya menyisakan semua barang-barang miliknya. Dengan cekatan, Awan segera mengambil barang-barang yang ditinggalkan oleh Ikkan.
Tepat setelah Awan menyimpan semua barang milik Ikkan, tiba-tiba mereka berpindah ke sebuah ruangan besar. Terdapat sebuah buku yang berada di altar ruangan tersebut, yang sudah pasti merupakan petunjuk mengenai sistem permainan dewa kali ini.
Dari petunjuk yang tertulis maupun segala macam kejadian yang terjadi di kuil tersebut, sudah jelas bahwa senjata tersebut adalah perlambangan dari dosa kerakusan.
Mereka kini berpindah ke sebuah ruangan yang dibatasi oleh dinding kaca, yang mana di dalam sana mereka disuguhi dengan berbagai macam makanan yang sangat lezat.
Ajul yang melihat berbagai macam makanan yang berada di hadapannya pun tersenyum miring. "Selamat datang di ujian kerakusan."
T. B. C.
=======================================
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
FanficMain cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia harus berpih...