29. WHISPER

299 32 26
                                    

Selagi mereka bertiga masih sibuk berdebat, Ajul sendiri lebih memilih untuk duduk di tempat yang agak jauh dari ketiganya bersama Kaira dan OmenD.

"Jul, bisa aku menggunakan kakimu sebagai bantal?" tanya OmenD tiba-tiba, Ajul pun hanya mengangguk yang mana kemudian pemuda itu segera merebahkan diri dan meletakkan kepalanya di paha Ajul dan mulai terlelap.

"Wow, cepat juga," komentar Ajul beberapa saat kemudian setelah menyadari bahwa pemuda itu benar-benar sudah terlelap, Kaira yang duduk tepat di sebelahnya pun terkekeh. "Menurutku itu adalah hal yang wajar, terutama jika kau sedang bersama dengan orang yang kau sukai."

Ajul pun menyerngit begitu mendengar perkataan kakak angkatnya itu. "Apa maksudmu? Dia hanya sedang tidur, apa hubungannya?"

Kaira pun menepuk dahinya. "Kau dulu selalu mengatakan aku bodoh, namun kau sendiri pun tidak jauh beda dengan diriku. Dia merasa nyaman saat bersamamu, Ajel. OmenD menyukaimu!"

Pemuda bermanik merah itu menatap Kaira tidak percaya dan menggeleng. "Itu tidak mungkin, kami berdua sama-sama laki-laki. Tidak mungkin ia menyukaiku."

"Oh astaga, betapa bodohnya adik sahabatku ini." Kaira pun menghela napas. "Azazel, apakah kau tidak menyadari bahwa akhir-akhir ini ia seakan mencoba menarik perhatianmu?"

Ajul pun berpikir sejenak. "Tidak ... namun jujur sikapnya terkadang sedikit aneh, terutama jika aku habis bersama Maji."

"Dia cemburu, Adikku sayang. Bagaimana bisa kau tidak menyadari hal sekecil itu? Jangan bilang kau juga tidak tahu bahwa Maji juga menyukaimu?"

"Huh? Maji menyukaiku?" tanya Ajul yang sangat kebingungan, Kaira pun menghela napas. Ia merasa sedikit frustrasi dengan pemuda itu. "Bahkan di saat ia telah menciummu? Oh astaga, kau ternyata lebih bodoh dari yang aku perkirakan."

Ajul benar-benar terkejut atas informasi yang baru saja diberitahukan oleh Kaira tersebut, bagaimana bisa ada dua orang lelaki yang menyukainya?

"Beberapa kali OmenD mengeluh kepadaku tentang betapa tidak sadarnya kau atas sikap yang telah ia lakukan, yang mana ternyata kau memang sebodoh itu untuk menyadari hal tersebut."

"Dan kau sendiri pernah berjanji kepadaku untuk tidak memberi tahu Ajul tentang hal ini, Kaira."

Kini kedua saudara angkat itu terkejut sebab pemuda itu tidak sepenuhnya tertidur, perlahan ia pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap wanita itu malas sebelum menatap pemuda bernetra merah itu. "Namun ya, aku rasa ini memang sudah saatnya kau mengetahuinya, Jul."

OmenD pun menghela napas. "Jujur padaku, Ajul .... Apakah kau sedang menaruh perasaan kepada seseorang? Atau mungkin kau sedang merasa nyaman saat berada di dekat seseorang? Atau adakah seseorang yang senantiasa kau ingat dalam benakmu?"

Ajul menggeleng ragu, ia benar-benar tidak siap atas semua pertanyaan yang diajukan oleh OmenD tersebut. Melihat jawaban penuh keraguan dari pemuda itu, OmenD berdecak. "Bagaimana dengan Maji? Apakah kau terkadang masih membayangkan ciuman kalian tempo hari?"

Wajahnya pun merona yang membuat pemuda bermanik oranye itu semakin kesal, benar dugaannya bahwa Ajul masih terbayang akan hal itu. "Apakah kau menyukainya, Jul?"

Meskipun Ajul menggeleng, namun OmenD dapat merasakan bahwa pemuda itu juga tidak yakin atas jawabannya. Dari sana ia mengambil kesimpulan ada kemungkinan bahwa Ajul secara tidak sadar juga menaruh perasaan kepada Maji.

"Apakah kau pernah merasakan perasaan yang sama juga kepadaku, Jul? Perasaan membingungkan yang sama dengan yang kau miliki kepada Maji?"

"Maaf ... aku sendiri tidak tahu. Aku selalu menganggap dirimu sebagai teman," balas Ajul yang membuat pemuda itu menghela napas. "Seharusnya ... sejak awal aku mengambil langkah yang sama seperti Maji dan Garox."

Tanpa memberikan aba-aba, tiba-tiba OmenD mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir Ajul yang membuat pemuda itu terkejut, begitu pula dengan Kaira yang nahasnya sedang duduk di dekat keduanya.

Tidak lama memang, namun berhasil membuat Ajul merona yang membuat OmenD tersenyum miring. "Kita akan segera mengetahui, apakah setelah ini kau bisa membayangkanku atau tidak." Setelah mengatakan hal itu, OmenD kembali merebahkan dirinya dan menggunakan kaki Ajul sebagai bantalnya.

"Aku ... tidak bisa berkata-kata," celetuk Kaira setelah beberapa lama keheningan di antara ketiganya, ia cukup terkejut dengan tindakan nekat pemuda itu. "Aku tidak menyangka bahwa ia akan senekat itu, mengingat dirinya mengakui bahwa kau cenderung dominan."

Ajul pun melirik wanita itu. "Kau yang membuatku terjebak dalam situasi ini, Kaira ...."

"Aku rasa ... situasi bisa menjadi lebih sulit, Ajel," ujarnya sambil menghela napas, kemudian dirinya melirik sekilas ke arah ketiga pria rekan mereka yang lain. "Maji menyadari tindakan OmenD tadi, jadi aku rasa kau harus segera bersiap."

"Itu sama sekali tidak membantu."

"Apa peduliku?" balas Kaira tak acuh, ia pun bersidekap dada. "Aku hanya merasa kasihan kepada OmenD sebab kau itu benar-benar dungu, itu saja!"

"Kau kasihan padanya namun tidak mengasihani diriku juga? Oh ayolah! Kau sendiri yang bilang aku ini sama seperti adikmu!" protes Ajul yang dibalas oleh gelengan oleh wanita itu.

"Aku lebih memilih untuk memperhatikan seseorang yang berada di pekerjaan yang sama denganku, jika kondisi hatinya senang maka pembangunan kastil akan lebih cepat selesai," balas Kaira, ia pun tersenyum miring. "Lagipula, aku lebih menyetujui kau dengan OmenD dibandingkan dengan Maji. Kau sendiri pun tentu tahu betapa bedebahnya pria itu."

"Tapi aku tidak menyukai laki-laki, Kaira," desis Ajul, Kaira pun berdecak mendengar jawaban pemuda itu. "Kalau kau tidak menyukai lelaki, maka kau tidak akan merona dan bersikap malu-malu seperti itu. Lagipula sudah berapa kali kau berciuman dengan orang lain?"

Ajul pun berdecak. "Empat atau lima kali, aku tidak ingat pasti, namun mereka semua menciummu tanpa izin."

"Kalaupun mereka meminta izin, kau juga sudah tentu akan menolak mereka." Kaira pun berdecak sebelum mulai merebahkan diri dan menggunakan paha Ajul yang lain sebagai bantal, sama seperti OmenD. "Kalau kau tidak menyukai Maji, kau pasti sudah memenggal kepalanya sama seperti Garox seperti saat dirinya menggoda dirimu. Reaksimu berbeda berdasarkan cerita yang aku dengar dan yang aku lihat saat ini, dari sana aku menyimpulkan hal itu."

"Kau tidak bisa menyimpulkan hal semudah itu," balas Ajul, namun Kaira malah memukul kaki pemuda itu. "Diamlah, aku ingin tidur. Jadilah adik yang baik dan patuhi aku."

Ajul menghela napas kasar, entah kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga dirinya bisa terjebak di dalam kondisi ini.

T. B. C.

=======================================

Just short because i want, hehehe.

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

Also join my WhatsApp group for information and hidden chapters! 👀
DM for link!























Bonus :

Hehehe, peace? I'm sorry because my drawing is suck 🥹🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hehehe, peace? I'm sorry because my drawing is suck 🥹🙏🏻

AZAZEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang