Gelak tawa penuh kemenangan memenuhi ruang rapat, akhirnya tembok keangkuhan Asgard dapat diruntuhkan dalam sekejap dan orang terkuat di Aliansi pun kini telah berada di sisi mereka.
Berbagai macam jenis daging panggang dan minuman pun turut memenuhi meja rapat, mereka benar-benar akan berpesta dengan meriah untuk merayakan hari kehancuran Asgard.
"Akhirnya, Asgard hancur!" seru Ubi yang disoraki oleh para anggotanya, kecuali Maji yang masih memilih untuk diam. Ajul yang duduk di sebelahnya pun memilih untuk tidak mempedulikan pria itu, dirinya pun mengambil sikap yang sama saat pertama kali bergabung dengan Ragnarok.
"Sebelum kita mulai pestanya, Ubi ..." potong Maji tiba-tiba yang membuat atensi ruangan tersebut teralihkan, ia pun menatap Ubi datar. "Apakah ia sudah memberitahukan mengenai hal itu kepadamu?"
Raut wajah Ubi yang awalnya masih senang atas kemenangan mereka pun berubah menjadi serius, ia pun berdecak. "Ya, aku ingat tentang hal itu. Haruskah kau melakukannya sekarang?"
Maji pun bersidekap dada. "Aku tidak akan bersenang-senang sebelum tugasku selesai, lagipula aku tidak sudi berada di dalam satu tempat yang sama dengan orang itu."
Ubi pun menyandarkan tubuhnya ke kursi dan tersenyum miring. "Lakukan saja kalau begitu, aku sendiri tidak peduli."
Setelah mendapatkan persetujuan dari pria berambut ungu itu, Maji pun bangkit dari kursinya dan menatap ke arah Citem yang duduk tidak jauh darinya. "Bisa kau ikut aku sebentar?"
Citem pun menatapnya heran namun tetap mengikuti langkah pria itu keluar dari ruang rapat, yang seketika menjadi panik sebab Maji tiba-tiba menyerangnya dengan membabi buta dengan senjata legendaris miliknya. Sebisa mungkin dirinya mencoba menghindar, namun hampir tidak ada orang yang mampu selamat dari serangan Maji.
Melihat Citem yang telah tumbang, Maji pun kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi dingin seakan tidak pernah terjadi apapun. Tak lama kemudian, Citem pun kembali untuk mengambil barang-barang miliknya dan menghadap Ubi untuk meminta penjelasan.
"Bukankah sudah jelas, Citem? Kau sudah tidak diterima lagi di tempat ini," ucap Ubi bahkan sebelum Citem membuka mulutnya yang membuat pemuda itu merasa semakin tidak terima.
"Kenapa Ubi? Setelah semua yang telah aku lakukan demi Ragnarok? Kini kau mengusirku?"
"Kau baru saja bertanya kenapa aku mengusirmu?" Ubi pun menatap jengah pemuda itu sembari bersidekap dada. "Karena kau itu lemah, Citem! Apakah kau tidak sadar bertapa tidak bergunanya dirimu di Ragnarok? Pergilah dan jangan pernah kembali!"
Citem pun terdiam dan menunduk, semua yang dikatakan oleh Ubi memang benar. Dengan berat hati, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Jauh dalam lubuk hatinya, ia bersumpah akan membuat Ragnarok menyesal sebab telah mengusirnya.
Semua pun terdiam atas kejadian tersebut, euforia atas kemenangan yang baru saja mereka raih kini berganti menjadi ketegangan yang cukup pekat. Ketakutan dan kekhawatiran membayangi mereka, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalami hal yang sama seperti Citem.
Ubi yang melihat ekspresi kalut para anggotanya pun tertawa remeh. "Kenapa kalian memasang ekspresi seperti itu? Bukankah kalian hendak berpesta atas kemenangan kita atas Asgard?"
Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Ubi hingga akhirnya Jerry memutuskan untuk angkat bicara mewakili isi pikiran rekan-rekannya saat ini. "Apakah suatu hari nanti salah satu dari kami akan mengalami hal yang sama seperti apa yang baru saja terjadi pada Citem, Ubi?"
Mendengar pertanyaan Jerry, Ubi kembali tertawa. "Jadi kalian mengkhawatirkan hal itu?" Ia pun memotong babi panggang yang berada di depannya dan meletakkannya di piring miliknya. "Aku jamin, siapapun yang berada di ruangan ini sekarang tidak akan mengalami hal yang sama seperti apa yang terjadi pada Citem."
Ekspresi tegang mereka pun perlahan menghilang dan nampak lebih lega, lain hal dengan Ajul yang langsung menatap ke sekeliling dan menyadari satu hal. Bagaimana dengan Garox? Bukankah hanya dirinya yang tidak ada di ruangan ini?
"Tunggu apalagi? Cepat keluarkan birnya!" seru Maji sembari mengangkat gelasnya yang masih kosong, Kaira pun bangkit dari kursinya dan segera mengisi gelas-gelas kosong milik mereka hingga penuh.
Begitu Kaira kembali ke tempatnya, Ubi pun berdiri sembari mengangkat gelasnya. "Bersulang untuk kehancuran Asgard!"
Yang lain pun ikut berdiri dan mengangkat gelas mereka. "Bersulang!"
Malam itu mereka semua bersenang-senang, tidak pernah mereka merasa lebih senang dari itu pada hari-hari yang telah lampau. Potongan besar daging panggang memenuhi piring-piring mereka, tak lupa dengan gelas-gelas berisi bir yang selalu diisi.
Ajul sendiri hanya menghabiskan dua gelas bir, ia lebih memilih untuk menikmati hidangan yang amat melimpah. Lain halnya dengan Maji yang bahkan sudah memasuki gelas kesepuluh, wajah pria itu mulai memerah akibat alkohol.
"Kau tidak minum, Jul?" tanya Maji tiba-tiba yang membuat Ajul sedikit terkejut, namun pemuda segera itu menggeleng.
"Aku sudah minum dua gelas, itu sudah cukup."
Maji pun tertawa sebelum menuangkan bir ke gelas milik Ajul. "Ayolah, bersulang denganku. Kau bisa lanjutkan itu nanti, kita harus bersenang-senang layaknya seorang petarung sejati."
Ajul sendiri hanya tersenyum tipis sebelum mengangkat gelasnya dan bersulang menuruti kemauan pria itu, toh hanya satu gelas. Maji pun tertawa sebelum menepuk bahu pemuda itu. "Untuk sementara ini, aku akan tinggal di tempatmu."
Ah sial, dirinya sangat malas untuk berbagi ranah dengan orang lain. Namun mau bagaimana lagi? Pria itu baru saja berada di sini. Mau tak mau, Ajul pun menyetujui permintaan Maji.
"Tolong buatkan sebuah rumah yang berbentuk sama persis dengan rumahku yang berada di Asgard," ucap Maji sebelum kembali menenggak bir dari gelasnya. "Tiga mending sebagai imbalannya."
Ajul pun menghela napas, bahkan dirinya saja belum menyetujui permintaan pria itu. Namun mendengar ada imbalan yang akan diberikan, pemuda itu mengurungkan niatnya untuk protes.
Semakin larut, semakin mabuk pula mereka. Semua hidangan sudah habis tak bersisa, bahkan tong kayu berisi bir yang dibuat oleh Jerry pun telah habis. Hanya OmenD, Kaira, dan Ajul yang masih cukup sadar di antara mereka, mereka bertiga lebih memilih untuk menghabiskan berbagai macam daging panggang yang ada.
"Jul ... ayo pulang ..." lirih Maji, wajahnya benar-benar merah sebab mabuk. Ajul yang awalnya berniat meninggalkan pria itu pun berdecak, kenapa Maji masih belum kehilangan kesadarannya sepenuhnya seperti Ubi, Voiz, dan Jerry?
"Apakah kau sanggup membawanya, Jul? Kau bisa saja meninggalkan dia di sini, toh dirinya tidak akan ingat sebab ia sudah mabuk berat," ucap OmenD, Maji pun segera berdiri hendak menghajarnya yang mana ia langsung mengurungkan niatnya sebab tubuhnya hampir roboh jika Ajul tidak sigap menahannya.
"Kau lihat sendiri, kan? Pria ini memang sangat keras kepala walaupun dalam keadaan mabuk berat sekalipun," balas Ajul, ia pun menatap Maji yang sepenuhnya bertumpu kepadanya. "Ayo kita pulang."
Ajul pun memapah Maji menuju rumahnya, dalam hati sedikit mengeluh sebab pria itu cukup berat dan juga lebih tinggi dari dirinya. Dengan penuh susah payah, dirinya membawa pria itu ke rumahnya.
Pemuda itu membawanya ke kamar dan meletakkan Maji yang sudah tidak sadarkan diri di atas karpet putih yang menutupi lantai kamarnya, yang mana kemudian dirinya langsung merenggangkan ototnya.
Ia pun melepaskan sepatu yang dikenakan oleh Maji dan juga sepatu miliknya, kemudian meletakkannya di dekat pintu utama rumah. Setelah itu, ia pun kembali ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya, barulah ia naik ke atas ranjangnya dan mulai terlelap.
T. B. C.
=======================================
Give your honest reaction about this part 👀
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

KAMU SEDANG MEMBACA
AZAZEL [Completed]
Fanfiction[Revised] Main cast : Ajul / Azazel (Aspect30) Brutal Legends Universe! Phase 2! BxB, Fluff, no lemon, hareem. Terjebak di sebuah dunia yang penuh dengan legenda, kutukan, dan pengkhianatan sama sekali tidak menyurutkan langkahnya, bahkan jika ia ha...